Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Tecovirimat
Keamanan penggunaan tecovirimat pada kehamilan dan ibu menyusui belum diketahui. Belum ada basis bukti ilmiah yang meneliti mengenai efek buruk tecovirimat pada populasi ini.[8,10]
Penggunaan pada Kehamilan
FDA dan TGA belum memasukkan tecovirimat dalam kategori kehamilan spesifik. Di Indonesia, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia juga belum memastikan keamanan penggunaan tecovirimat pada kehamilan. Dari tiga obat yang disetujui penggunaannya untuk pengobatan monkeypox di Indonesia, belum ada yang disarankan untuk digunakan pada ibu hamil.[8-10]
Pada studi hewan, tecovirimat diberikan secara oral kepada tikus hamil dengan dosis hingga 1000 mg/kg/hari sejak hari ke-6 hingga ke-15 kehamilan. Tidak ada toksisitas embrio-janin yang diamati pada dosis hingga 1000 mg/kg/hari, yakni sekitar 23 kali lebih tinggi daripada paparan manusia.
Pada kelinci hamil, tecovirimat dengan dosis hingga 100 mg/kg/hari diberikan sejak hari ke-6 hingga ke-19 kehamilan. Tidak ada toksisitas embrio-janin yang diamati pada dosis hingga 100 mg/kg/hari, yakni sekitar 0,4 kali paparan manusia.[8]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Belum ada bukti adekuat terkait tingkat ekskresi tecovirimat dalam ASI, efek obat pada bayi yang disusui, atau pada produksi ASI. Secara umum, pasien smallpox tidak disarankan untuk menyusui karena potensi penularan virus melalui kontak langsung dengan bayi yang disusui.
Dalam studi laktasi di tikus, tecovirimat yang diberikan dalam dosis hingga 1000 mg/kg/hari dikeluarkan ke ASI dengan rerata rasio susu terhadap plasma hingga sekitar 0,8 pada 6 dan 24 jam pasca-dosis. Pada ibu menyusui, pertimbangkan rasio manfaat dan risiko untuk ibu dan bayi sebelum pemberian tecovirimat ataupun menyusui.[8]