Efek Samping dan Interaksi Obat Kalium Klorida
Kalium klorida memiliki efek samping berupa hiperkalemia jika pemberian terlalu cepat atau melebihi dosis terapeutik. Hiperkalemia dapat menyebabkan aritmia jantung yang berujung pada kematian.
Kalium klorida memiliki interaksi dengan berbagai obat, seperti antikolnergik dan penghambat ACE (angiotensin converting enzyme) yang dapat menimbulkan lesi pada saluran pencernaan dan meningkatkan risiko hiperkalemia.
Efek Samping
Efek samping kalium klorida yang paling penting untuk diperhatikan adalah hiperkalemia. Pasien dengan hiperkalemia akan menunjukkan gejala berupa:
- Kelemahan otot
- Parestesia
- Gangguan kesadaran
- Paralisis flaksid
- Kulit pucat dan tampak keabuan
- Penurunan perfusi perifer
- Penurunan tekanan darah
- Aritmia
- Blok jantung. [13]
Pengawasan hiperkalemia dapat dilakukan dengan memantau gejala, pemeriksaan EKG, dan pemeriksaan kadar kalium berkala. Perubahan EKG yang dapat ditemukan adalah menghilangnya gelombang P, melebarya kompleks QRS, perubahan segmen ST, dan meningkatnya puncak gelombang T. Jika aritmia tidak segera ditatalaksana, henti jantung dapat terjadi.
Selain daripada itu, kalium klorida juga dapat menyebabkan mual, muntah, flatulens, nyeri perut, diare, dan reaksi alergi. Efek samping klaium klorida selengkapnya disajikan dalam Tabel 1. [13]
Tabel 1. Efek Samping Kalium Klorida
Efek Samping | Sistem Organ |
Metabolik | Hiperkalemi |
Gastrointestinal | Mual, muntah, flatulens, nyeri perut, diare, pendarahan saluran cerna, ulserasi, perforasi, iritasi lokal pada mukosa |
Lokal | Nyeri pada lokasi injeksi, flebitis, infeksi pada lokasi injeksi, trombosis vena, ekstravasasi |
Kardiovaskular | Aritmia |
Kulit | Ruam, urtikaria, pruritus |
Lain-lain | Demam |
Interaksi Obat
Interaksi kalium klorida dengan obat lain dapat menyebabkan peningkatan risiko lesi pada saluran cerna atau peningkatan risiko hiperkalemia.
Interaksi obat kalium klorida dapat meningkatkan risiko lesi saluran cerna, misalnya jika diberikan bersama atropin, triheksifenidil, dan fesoterodin.
Risiko hiperkalemia akan meningkat jika kalium klorida digunakan bersama captopril, candesartan, valsartan, spironolactone, dan amilorid.
Penggunaan kalium klorida bersama dengan laksatif stimulan dapat meningkatkan risiko ulserasi mukosa saluran cerna dan kolitis iskemik.
Penggunaan bersama dengan likoris dapat menurunkan efektivitas kalium klorida. Interaksi obat kalium klorida selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2. [5]
Tabel 4. Interaksi Kalium Klorida dengan Obat Lain
Interaksi dengan Kalium Klorida | Obat | |
Meningkatkan risiko lesi pada saluran pencernaan | Klidinium Benztropin Prosiklidin Hioscyamin Scopolamin Atropin Biperiden Belladonna Trospium | Disiklomin Solifenacin Oksibutinin Triheksifenidil Tolterodin Amantadin Glikopirolat Darifenacin Fesoterodin |
Meningkatkan risiko hiperkalemi | Penghambat enzim ACE (angiotensin converting enzyme) Penghambat ARB (angiotensin II receptor blocker) Diuretik hemat kalium | Canrenoat Indometasin Triamteren Dandelion Aliskiren Eplerenon Amilorid |
Meningkatkan risiko ulserasi mukosa saluran pencernaan dan kolitis iskemik | Laksatif stimulan | |
Menurunkan efektivitas kalium | Likoris |