Penggunaan Pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Kalium Klorida
Penggunaan kalium klorida pada kehamilan termasuk dalam kategori C oleh FDA. Sementara itu, penggunaan kalium klorida pada ibu menyusui dilaporkan tidak memengaruhi ASI jika diberikan dalam dosis rendah, tetapi mungkin memengaruhi ASI pada dosis tinggi.
Penggunaan pada Kehamilan
Penggunaan kalium klorida dalam kehamilan masuk dalam kategori FDA C. Artinya, studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol pada wanita hamil. Obat hanya boleh digunakan jika bsarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin. [14]
Menurut TGA, penggunaan pada kehamilan masuk dalam Kategori X. Artinya, obat dikeluarkan dari kategorisasi namun tidak sepenuhnya aman digunakan selama kehamilan. Beberapa obat dapat berinteraksi dengan obat lain dan menginduksi efek samping yang tidak diinginkan pada ibu atau janin. [15]
Pada beberapa studi kasus sindrom Gitelman pada wanita hamil, pemberian kalium klorida dosis tinggi secara oral dan intravena memberikan manfaat yang baik. Sindrom Gitelman adalah kelainan tubulopati kongenital yang menyebabkan individu mengalami hipokalemia, hipomagnesemia, alkalosis metabolik, dan hipokalsiuria. Pemberian kalium tidak menimbulkan gangguan selama proses kehamilan maupun kepada perkembangan janin. [16,17]
Di lain sisi, kalium klorida juga dapat digunakan untuk menghentikan kehamilan, seperti pada kasus kehamilan ektopik. Injeksi kalium klorida secara intraamnion bersamaan dengan injeksi methotrexate secara intramuskular dilaporkan aman untuk mengakhiri kehamilan ektopik. [18]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Kalium klorida yang berada di dalam suplemen dalam dosis yang rendah sampai saat ini tidak menunjukkan efek pada ASI. Rata-rata suplemen mengandung sekitar 10–20 mEq/sediaan. Akan tetapi pemberian dengan dosis tinggi perlu diperhatikan karena kalium akan diekskresikan ke dalam ASI. Kadar kalium normal pada ASI adalah 13 mEq/L. [3-5]