Efek Samping dan Interaksi Obat Methylprednisolone
Salah satu efek samping dari methylprednisolone adalah supresi adrenal. Interaksi obat yang harus diperhatikan di antaranya menurunnya respon tubuh terhadap vaksin hidup yang dilemahkan.
Efek Samping
Efek samping methylprednisolone cukup luas karena obat ini mempengaruhi hormon kortikosteroid. Pada penggunaan jangka panjang, dapat terjadi efek samping supresi adrenal. Secara umum, penggunaan lebih dari 5 hari harus tappering off.
Efek samping berdasarkan sistem organ antara lain:
- Reaksi alergi: hipersensitivitas, reaksi anafilaksis, angioedema.
- Kardiovaskular: bradikardia, henti jantung, aritmia,gagal jantung kongestif, sinkop, hipertensi.
- Dermatologis: atrofi kutan dan subkutan, hiperpigmentasi, hipopigmentasi, kulit kering bersisik, ekimosis dan petekie, eritema, striae.
- Endokrin: toleransi karbohidrat dan glukosa menurun, peningkatan kebutuhan insulin atau obat antidiabetes, cushingoid state, hirsutisme, menstruasi ireguler, secondary adrenocortical and pituitary unresponsiveness, dan supresi pertumbuhan pada pasien pediatrik.
- Gangguan elektrolit: retensi natrium, retensi cairan, menurunnya kalium.
- Gastrointestinal: distensi abdomen, hepatotoksisitas, hepatomegali, mual, ulkus peptikum dengan kemungkinan perforasi atau perdarahan.
- Muskuloskeletal: nekrosis aseptik bonggol femoral dan humerus, Charcot-like arthropathy, penurunan massa otot, osteoporosis, fraktur patologis, fraktur kompresi vertebra.
- Neurologis/psikiatrik: konvulsi, depresi, instabilitas emosional, euforia, sakit kepala, peningkatan tekanan intrakranial dengan papiledema, insomnia, perubahan mood.
- Ophtalmik: glaukoma, katarak subkapsular posterior, eksoftalmus.
- Lainnya: meningkatnya kemungkinan infeksi.[2,3]
Osteoporosis dan Osteonekrosis
Penggunaan methylprednisolone dapat menghambat kerja osteoblast, meningkatkan kematian osteosit dan osteoblas, serta meningkatkan aktivitas osteoklas dan potensi adipogenik sel-sel mesenkimal sumsum tulang. Proses ini menyebabkan berkurangnya massa tulang dan matinya jaringan tulang, sehingga terjadi osteoporosis dan osteonekrosis. Osteonekrosis paling banyak terjadi pada kepala femur.[28]
Sindrom Cushing Sekunder
Sebagaimana glukokortikoid lainnya, penggunaan jangka panjang methylprednisolone mengganggu fungsi aksis hipotalamus-pituitari-adrenal (HPA) dan mengurangi produksi steroid sebagai bagian dari negative feedback.[29]
Penggunaan jangka panjang methylprednisolone juga mengubah jalur metabolisme ke arah katabolik untuk glukosa. Akibatnya terjadi redistribusi jaringan lemak ke bagian trunkal dan resistensi insulin.[24,30]
Imunosupresi dan Infeksi Oportunistik
Methylprednisolone dapat menyebabkan imunosupresi yang akan meningkatkan risiko infeksi oportunistik seperti pneumocystis pneumonia.[24,30-32]
Reaksi pada Area Injeksi
Pada beberapa kasus, pasien dilaporkan mengeluhkan nyeri dan rasa tidak nyaman pada area injeksi.[15]
Interaksi Obat
Interaksi methylprednisolone yang perlu diwaspadai adalah risiko hilangnya induksi supresi adrenal oleh kortikosteroid pada penggunaan bersama aminoglutethimide. Selain itu, methylprednisolone juga sebaiknya tidak diberikan bersama obat-obatan yang memicu ekskresi kalium, seperti furosemide dan amphotericin B, karena akan meningkatkan risiko hipokalemia.
Penggunaan methylprednisolone jangka panjang dapat menurunkan respon antibodi tubuh terhadap toksoid, vaksin hidup, atau vaksin hidup dilemahkan. Vaksin sebaiknya diberikan setelah penggunaan methylprednisolone dihentikan. Interaksi obat selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel 1.[2,3]
Tabel 1. Interaksi Obat Methylprednisolone
Interaksi Obat | Nama Obat |
Peningkatan risiko hipokalemia | Amphotericin B dan golongan diuretik |
Meningkatkan konsentrasi obat dalam plasma | Penghambat CYP3A4, misalnya ketoconazole dan erythromycin |
Menurunkan konsentrasi obat dan meningkatkan klirens | Cholestyramine |
Mengurangi klirens obat | Antibiotik golongan makrolida, seperti azithromycin |
Meningkatkan risiko aritmia | Glikosida digitalis seperti digoxin |
Peningkatan metabolisme obat | Estrogen, termasuk kontrasepsi oral |
Penurunan metabolisme obat | CYP3A4 inducers, misalnya rifampicin dan barbiturat |
Meningkatkan efek antikoagulan | Warfarin |
Mengurangi efek terapeutik | Antidiabetik seperti metformin dan glimepiride |
Sumber: dr. Eveline, Alomedika. 2022.[2,3]
Penulisan pertama: dr. Tanessa Audrey Wihardji