Indikasi dan Dosis Norethisterone
Indikasi pemberian norethisterone diantaranya untuk perdarahan uterus disfungsional, amenore primer dan sekunder, endometriosis, sindrom premenstrual, penundaan periode menstruasi, dan adjuvan pada terapi sulih hormon estrogen yang bertujuan sebagai kontrasepsi oral.[1,3,4,6]
Perdarahan Uterus Disfungsional
Dosis untuk perdarahan uterus disfungsional adalah norethisterone 5 mg, 3 kali sehari, selama 10 hari. Dosis tersebut, pada sebagian besar kasus, akan menghentikan perdarahan uterus yang tidak berhubungan dengan lesi organik dalam waktu 1-3 hari.[3-5]
Namun, untuk memastikan keberhasilan terapi norethisterone harus dikonsumsi selama 10 hari. Sekitar 2-4 hari setelah penghentian terapi, dapat terjadi withdrawal bleeding dengan intensitas dan durasi yang sama dengan menstruasi normal. Kadang terjadi pula sedikit perdarahan setelah perdarahan awal berhenti, tapi ini tidak berarti konsumsi tablet harus dihentikan. Jika perdarahan tidak berhenti meskipun pemberian tablet sudah tepat, harus dipertimbangkan adanya penyebab organik atau faktor ekstra genital, seperti polip, kanker serviks uterus, kanker endometrium, mioma uteri, residu aborsi, kehamilan ektopik, atau gangguan koagulasi. Hal tersebut juga patut dicurigai terjadi apabila setelah perdarahan awal berhenti, kembali terjadi perdarahan uterus disfungsional berat selama mengonsumsi obat.[3-5]
Untuk mencegah rekurensi perdarahan uterus disfungsional pada pasien dengan siklus anovulatorik, norethisterone 5 mg dapat diberikan sebagai profilaksis dengan dosis 1 tablet sebanyak 1-2 kali sehari dari hari ke-16 hingga hari ke-25 siklus menstruasi. Withdrawal bleeding dapat terjadi setelah terakhir kali mengonsumsi obat.[3,5]
Amenore Primer dan Sekunder
Dosis terapi hormon untuk amenore primer dan sekunder adalah norethisterone 5 mg, 1-2 kali sehari, selama 10 hari. Terapi hormon untuk amenore sekunder dapat dilakukan setelah dipastikan tidak terjadi kehamilan pada pasien.[3-5]
Sebelum memulai terapi amenore primer atau sekunder, tumor pituitari yang memproduksi prolaktin harus dieksklusi. Endometrial priming dengan estrogen harus dilakukan selama 14 hari sebelum memulai terapi norethisterone. Withdrawal bleeding biasa terjadi dalam beberapa hari setelah mengonsumsi obat terakhir.[3-5]
Pada pasien yang sudah cukup produksi estrogen endogennya, terapi estrogen dapat dihentikan. Selanjutnya, untuk menginduksi perdarahan siklikal, diberikan norethisterone 5 mg 1 tablet sebanyak 2 kali sehari dari hari ke-16 hingga ke-25 dari siklus menstruasi.[3,5]
Endometriosis
Dosis untuk endometriosis adalah norethisterone 5 mg, 1 tablet, 2 kali sehari. Apabila terjadi flek/perdarahan, dosis dapat dinaikkan menjadi 2 tablet, 2 kali sehari. Jika flek/perdarahan berhenti, harus dipertimbangkan penurunan dosis menjadi seperti dosis awal. Terapi harus dimulai antara hari pertama hingga hari ke-5 siklus, dan harus dilanjutkan selama minimal 4-6 bulan. Setelah terapi dihentikan, dapat terjadi withdrawal bleeding.[3,5]
Sindrom Premenstrual
Dosis untuk sindrom premenstrual adalah norethisterone 5 mg, 1 tablet, 1-3 kali sehari selama fase luteal. Tujuan terapi adalah untuk meringankan atau memperbaiki gejala premenstrual, seperti sakit kepala, mood depresif, retensi air, dan rasa tegang di payudara.[3,5,7]
Penundaan Periode Menstruasi
Menstruasi dapat ditunda dengan pemberian norethisterone 5 mg dosis 1 tablet, 2-3 kali sehari, selama tidak lebih dari 10-14 hari, dimulai sekitar 3 hari sebelum tanggal perkiraan menstruasi. Perdarahan menstruasi akan terjadi 2-3 hari setelah penghentian pengobatan.[3,4]
Kontrasepsi Oral
Norethisterone dosis rendah 0,35 mg diindikasikan sebagai kontrasepsi oral pada wanita yang tidak dapat mentoleransi kontrasepsi oral lain. Cara pemberian norethisterone kontrasepsi oral adalah norethisterone tablet 0,35 mg diminum tiap hari, 1 tablet. Dimulai dari hari pertama menstruasi, dan tablet harus diminum secara kontinyu, tanpa interupsi, baik terjadi perdarahan atau tidak. Jika terlambat atau lupa diminum lebih dari 3 jam setelah waktu normalnya, efektivitas obat dapat berkurang.[3,11]