Pendahuluan Labetalol
Labetalol adalah obat antihipertensi yang digunakan dalam penanganan hipertensi atau tekanan darah tinggi, angina, preeklampsia, dan hipertensi pada kehamilan. Labetalol bekerja dengan memblokade reseptor alfa dan beta adrenergik. Labetalol bersifat selektif terhadap reseptor α1 dan non-selektif terhadap reseptor β-adrenergik.[1-3]
Durasi kerja dan rentang terapi labetalol cukup panjang, sehingga umumnya obat ini diberikan dalam rentang dosis oral 200-400 mg 2 kali sehari. Pasien yang rentan terhadap bronkospasme, seperti pasien asma, sebaiknya tidak menggunakan labetalol kecuali jika mereka tidak responsif atau tidak toleran terhadap obat antihipertensi lain.[4]
Indikasi penggunaan labetalol yang telah disetujui adalah untuk terapi hipertensi, baik krisis hipertensi maupun hipertensi kronik. Labetalol juga digunakan secara off label untuk terapi hipertensi akut pada kehamilan dan hipertensi yang berhubungan dengan stroke iskemik akut dan perdarahan intrakranial.[1,3]
Labetalol harus digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan fungsi jantung yang menurun, karena gagal jantung kongestif dapat dipicu oleh blokade stimulasi beta-adrenergik ketika terapi labetalol diberikan. Selain itu, pada pasien dengan insufisiensi jantung laten, blokade beta-adrenergik yang berkepanjangan dapat menyebabkan gagal jantung.[4]
Di Indonesia, labetalol hanya tersedia dalam bentuk generik.[9,10]
Tabel 1. Deskripsi Singkat Labetalol
Perihal | Deskripsi |
Kelas | Antihipertensi.[3,6-8] |
Subkelas | Beta-blocker.[3,6-9] |
Akses | Resep.[10] |
Wanita hamil | Kategori FDA: C.[3,9] Kategori TGA: C.[2] |
Wanita menyusui | Dikeluarkan ke ASI.[3] |
Anak-anak | Belum ada data mengenai efikasi dan keamanannya.[3] |
Infant | |
FDA | Approved.[3] |