Pendahuluan Cimetidine
Cimetidine adalah obat golongan antagonis H₂-reseptor yang digunakan dalam manajemen ulkus peptikum dan ulkus duodenum. Sebagai antagonis reseptor H₂, cimetidine bekerja dengan menghambat reseptor H₂ secara selektif dan reversibel. Penggunaan cimetidine dapat menyebabkan supresi sekresi asam lambung dan mempengaruhi volume serta kadar pepsin cairan lambung.[1-3]
Selain bekerja di lambung, cimetidine juga dapat memblokade kemampuan histamin dalam menstimulasi aktivitas limfosit T supresor, menghambat aktivitas sel natural killer (NK), dan menghambat produksi interleukin-2. Cimetidine juga diduga dapat menghambat pertumbuhan tumor dengan menekan aktivitas growth factor dari histamin, serta memblokade stimulasi vascular endothelial growth factor (VEGF) yang diinduksi histamin.[4]
Obat cimetidine tersedia dalam sediaan oral berbentuk tablet dan sirup, serta sediaan injeksi dalam bentuk ampul. Efek samping yang berpotensi timbul pada penggunaan cimetidine umumnya berhubungan dengan penghambatan terhadap reseptor H₂ seperti nyeri kepala, pusing, malaise, mual, dan diare. Pada kasus yang jarang, cimetidine dapat menyebabkan cedera hepar akut. Penggunaan cimetidine bersamaan dengan obat psikotropika dapat menimbulkan gejala dementia. Sementara itu, penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan defisiensi vitamin B12.[4-6]
Referensi
(Konten ini khusus untuk dokter. Registrasi untuk baca selengkapnya)