Efek Samping dan Interaksi Obat Risperidone
Efek samping risperidone yang sering terjadi adalah agitasi, kecemasan, konstipasi, mengantuk, peningkatan berat badan, dan gejala ekstrapiramidal. Interaksi obat risperidone perlu diwaspadai jika digunakan bersamaan dengan obat lain yang juga dimetabolisme oleh enzim CYP 2D6, seperti phenytoin dan fluoxetine.
Efek Samping
Efek samping dari risperidone yang sering terjadi adalah kecemasan, konstipasi, mengantuk, hiperprolaktinemia, peningkatan berat badan, dan gejala ekstrapiramidal.[4]
Efek samping pemberian risperidone berdasarkan sistem organ adalah sebagai berikut:
- Kardiovaskular: takikardia, gangguan konduksi jantung, hipertensi
- Organ indera: tinnitus, pandangan kabur
- Respirasi: dispnea, batuk, epistaksis
- Pencernaan: mual muntah, nyeri abdomen, diare
- Muskuloskeletal: spasme otot, nyeri punggung
- Metabolisme: penurunan atau peningkatan nafsu makan
- Reproduksi: amenorrea, penurunan libido
Efek samping yang berpotensi berbahaya adalah peningkatan risiko stroke, sindrom neuroleptik maligna, agranulositosis, hiperprolaktinemia, dan gangguan konduksi jantung.[4,5]
Gejala Ekstrapiramidal
Risperidone tetap berisiko menyebabkan gejala ekstrapiramidal. Gejala yang dapat terjadi adalah distonia, akatisia, Parkinsonisme, dan diskinesia tardif dalam jangka panjang. Sindrom ekstrapiramidal ini disebabkan oleh blokade reseptor D2 pada jaras nigrostriatal. Umumnya penghentian terapi akan atau mengganti antipsikotik yang memiliki efek blokade D2 lebih rendah, seperti clozapine, akan mengurangi gejala ekstrapiramidal. Namun diskinesia tardif akan tetap ada meskipun obat sudah dihentikan dan kemungkinan bersifat permanen.[2,6]
Hiperprolaktinemia dan Gangguan Sistem Reproduksi
Blokade reseptor D2 pada jaras tuberoinfundibular akan menyebabkan peningkatan pada kadar prolaktin. Hiperprolaktinemia akan menurunkan sekresi gonadotropin yang kemudian menghambat steroidogenesis dari gonad. Efek samping yang akan terjadi adalah disfungsi seksual, penurunan libido, galaktorea, dan amenorea. Efek ini dipotensiasi blokade pada reseptor adrenergik dah histamine-2. Pada laki-laki juga dilaporkan terjadi priapismus.[2,5]
Sindrom Neuroleptik Maligna
Efek samping yang berbahaya adalah sindrom neuroleptik maligna. Patogenesis dari kondisi ini tidak diketahui secara jelas, diduga karena ada reaksi idiosinkrasi antara obat dan tubuh pasien yang tidak terkait dosis. Beberapa manifestasi dari kondisi ini adalah penurunan status mental, kaku, demam, dan gangguan otonom. Sindrom neuroleptik maligna mengancam nyawa. Obat harus dihentikan dan pasien diberikan terapi suportif.[1,2]
Overdosis
Gejala overdosis pada risperidone adalah letargia, hipotensi, sedasi, takikardia, bradikardia, gejala ekstrapiramidal, pemanjangan interval QT, dan kejang. Dosis toksisitas risperidone cukup bervariasi, dengan rentang dosis 20-300 mg. Tidak ada antidotum spesifik pada toksisitas risperidone. Pada kondisi overdosis, tindakan pertama adalah menjaga ventilasi, patensi jalan napas, dan memastikan oksigenasi tercukupi, selanjutnya adalah tata laksana simptomatik.
Tindakan bilas lambung berisiko menyebabkan aspirasi, terutama pada pasien yang kejang atau terjadi distonia. Namun, dapat dipertimbangkan apabila pasien baru mengonsumsi obat kurang dari 1 jam.
Pada semua pasien yang mengalami overdosis perlu dilakukan pemantauan terhadap gangguan irama jantung. Lakukan pemantauan EKG secara kontinu untuk mendeteksi aritmia secara cepat.[1,2,4]
Interaksi Obat
Interaksi obat risperidone umumnya diakibatkan oleh metabolisme pada enzim hati yang sama.
Obat yang Metabolismenya Dipengaruhi Enzim CYP2D6
Pasien yang mendapatkan obat yang meningkatkan kerja dari enzim CYP2D6, misalnya carbamazepine, perlu mendapatkan dosis tambahan untuk mencapai efek terapeutik yang adekuat. Di sisi lain, pada pasien yang mendapatkan obat inhibitor CYP2D6, seperti phenytoin dan fluoxetine, perlu dilakukan pengurangan dosis secara bertahap dengan dosis harian maksimal 8 mg.
Peningkatan Efek Obat Lain
Risperidone dapat meningkatkan efek hipotensif obat antihipertensi seperti captopril dan amlodipine, serta meningkatkan efek sedatif depresan saraf pusat seperti diazepam dan morfin.
Peningkatan Risiko Pemanjangan Interval QT
Risiko pemanjangan interval QT akan meningkat jika risperidone digunakan bersama obat antiaritmia seperti amiodarone dan digoxin, serta antidepresan trisiklik seperti amitriptyline.
Interaksi Antagonistik
Risperidone akan bersifat antagonistik jika diberikan bersama dengan levodopa.[4,5]
Penulisan pertama oleh: dr. Karina