Pendahuluan Vaksin COVID-19 Zifivax
Vaksin zifivax diindikasikan untuk pencegahan penyakit COVID-19 pada orang yang berusia 18 tahun ke atas. Suntikan vaksin zifivax diberikan sebanyak 3 kali secara intramuskular, dengan dosis 25 μg (0,5 mL) dengan interval 1 bulan setelah penyuntikan sebelumnya.[1-3]
Vaksin zifivax merupakan produk vaksin COVID-19 baru ke-10 yang mendapatkan izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), setelah melalui serangkaian uji praklinik dan uji klinik. Uji klinik fase 3 vaksin zifivax dilakukan pada beberapa negara, termasuk di Indonesia dengan jumlah subjek sekitar 4.000 orang.[2,4]
Vaksin zifivax dikembangkan dan diproduksi oleh Anhui Zhifei Longcom Biopharmaceutical dengan platform rekombinan protein subunit.[1-3]
Efek samping vaksin zifivax pada umumnya sama dengan vaksin untuk mencegah COVID-19 lainnya. Efek samping lokal berupa nyeri pada tempat suntikan, kemerahan dan bengkak. Efek samping sistemik yg sering terjadi berupa sakit kepala, kelelahan, demam, myalgia, batuk, mual, dan diare. Kejadian efek samping demam dan kelelahan dilaporkan bersifat lebih ringan daripada vaksin COVID-19 lainnya, seperti vaksin berbasis mRNA atau vaksin vektor adenovirus.[2-4]
Nama Sinonim: ZF2001, vaksin Anhui[4,5]
TABEL 1. Deskripsi Singkat Vaksin Zifivax
Perihal | Deskripsi |
Kelas | Vaksin COVID-19[2-5] |
Subkelas | Vaksin protein subunit[2-5] |
Akses | EUA dari BPOM[2] |
Wanita hamil | Data keamanan dan efikasi pada wanita hamil belum tersedia[4,6] |
Wanita menyusui | Data keamanan dan efikasi pada wanita menyusui belum tersedia[4,6] |
Anak-anak | Efikasi dan keamanan pada anak belum tersedia[4,6] |
Infant | Efikasi dan keamanan pada infant belum tersedia[4,6] |
FDA | - |