Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Vaksin Varicella
Pemberian vaksin varicella pada kehamilan masih menjadi kontraindikasi, di mana FDA memasukkan ke dalam kategori X. Sementara itu, penggunaan pada ibu menyusui diperbolehkan.[4,7]
Penggunaan pada Kehamilan
Wanita hamil hingga saat ini masih menjadi kontraindikasi pemberian vaksin varicella. Wanita dalam usia produktif dan tidak hamil sebaiknya menghindari kehamilan sampai 1 bulan setelah vaksin.[4]
Pemberian vaksin varicella pada trimester awal ditakutkan akan menyebabkan congenital varicella syndrome, yang terjadi akibat ibu terinfeksi cacar air atau chicken pox pada awal kehamilan. Manifestasi dari congenital varicella syndrome ini di antaranya berat badan lahir rendah, mikrosefali, atrofi kortikal, dan katarak.[7,14]
Food and Drug Administration (FDA) memasukkan pemberian vaksin varicella pada kehamilan sebagai kontraindikasi dan kategori X, yaitu tidak digunakan dalam kehamilan.[7]
Sedangkan Therapeutic Goods Administration (TGA) memasukan vaksin varicella ke dalam kategori B2. Obat telah digunakan oleh sejumlah kecil wanita hamil dan wanita usia subur, tanpa peningkatan frekuensi malformasi atau efek berbahaya langsung atau tidak langsung lainnya pada janin. Studi pada hewan tidak memadai atau mungkin kurang, tetapi data yang tersedia tidak menunjukkan bukti terjadinya peningkatan kerusakan janin.[7]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Menyusui setelah vaksinasi varicella tetap dianjurkan, karena tidak ada studi yang menunjukkan vaksin varicella dapat disekresikan melalui ASI. Menurut sebuah studi yang dilakukan pada 12 wanita yang diberikan vaksin varicella, tidak ada bukti adanya DNA Varicella Zoster Virus pada 217 sampel ASI. Pada studi ini, tidak terdapat bayi yang mengalami serokonversi.[4,7]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini