Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Pollen Allergy general_alomedika 2022-07-07T20:12:03+07:00 2022-07-07T20:12:03+07:00
Pollen Allergy
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Pollen Allergy

Oleh :
dr. Pepi Nurapipah
Share To Social Media:

Patofisiologi alergi serbuk sari atau pollen allergy dapat dijelaskan lewat reaksi hipersensitivitas tipe 1 yang terjadi akibat kontak pollen, sebagai alergen, dengan jaringan mukosa nasal dan konjungtiva. Sensitisasi alergen ke antigen presenting cells (APC) di permukaan mukosa, akan menghasilkan beberapa peptida yang akan berikatan dengan molekul major histocompatibility complex (MHC) class II.[4,5]

Terikatnya peptida dengan molekul MHC class II molekul akan menyebabkan diferensiasi sel T naive menjadi T helper 2 (Th2). Sel T yang teraktivasi akan menginduksi sel B menghasilkan sitokin yang menghasilkan IgE spesifik dan proliferasi eosinofil, sel mast, dan neutrofil. Proses ini kemudian berlanjut menjadi 2 fase, yaitu respon awal (early response) dan respon lanjutan (late response/delayed type).[5]

Respon Awal

Respon awal (early response) terjadi ketika IgE berikatan dengan reseptornya yang berada di permukaan sel mast dan basofil, dan mengaktivasi sel-sel ini. Aktivasi sel mast menstimulasi degranulasi sel mast, sehingga melepaskan mediator proinflamasi, seperti histamin, prostaglandin, dan leukotrien.[5-7]

Pelepasan mediator inflamasi ini menyebabkan timbulnya gejala pada respon awal alergi, yaitu bersin dan hidung berair. Gejala muncul dalam 30 menit kemudian menghilang.[5,6]

Pada mata, respon awal akibat aktivasi sel mast menyebabkan peningkatan kadar histamin, triptase, prostaglandin, dan leukotrien di air mata. Respon yang muncul yaitu keluhan mata gatal dan berair. Respon awal pada muncul selama 20 sampai 30 menit.[7]

Respon Lanjutan

Respon lanjutan (late response/ delayed type) terjadi setelah paparan kedua terhadap antigen. Respon ini mengakibatkan adanya pergerakan kemotaksis sel eosinofil yang distimulasi oleh produksi mediator inflamasi pada respon awal (early response).[5,6]

Sel-sel proinflamasi seperti eosinofil, sel mast, dan sel T bermigrasi ke membran mukosa nasal, dan melakukan remodelling jaringan mukosa nasal. Proses remodelling ini menyebabkan munculnya gejala pada fase reaksi lambat yaitu hidung tersumbat. Gejala ini muncul selama 6 jam setelah paparan alergi kemudian perlahan menghilang.[5,6]

Selain pada mukosa nasal, respon lanjutan juga dapat terjadi di mata. Interaksi antara kompleks antigen MHC-II dan sel T memori menstimulasi proliferasi sel T, pada proses ini proliferasi sel T memori menyebabkan terjadinya pelepasan sitokin, chemokines, dan molekul adhesi. Respon lanjutan ini terjadi karena adanya keterlibatan se-sel proinflamasi di mukosa konjungtiva.[5-7]

Referensi

4. World Allergy Week. Pollen Allergy – Adapting to a Changing Climate. World Allergy Week 2016. https://www.worldallergy.org/UserFiles/file/WorldAllergyWeek2016FactSheet.pdf
5. Min Y. The Pathophysiology, Diagnosis and Treatment of Allergic Rhinitis. Allergy, Asthma, and Immunology Research. 2010. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2846743/
6. Birch K, Pearson-Shaver AL. Allergy Testing. Statpearls Publishing. 2022. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537020/
7. La Rosa M, Lionetti E, Reibaldi M, et al. Allergic Conjunctivitis: A Comprehensive Review of the Literature. Italian Journal of Pediatrics. 2013. https://ijponline.biomedcentral.com/track/pdf/10.1186/1824-7288-39-18.pdf

Pendahuluan Pollen Allergy
Etiologi Pollen Allergy
Diskusi Terbaru
dr. ALOMEDIKA
Dibalas 3 jam yang lalu
ALOPALOOZA - Alomedika Points Bonanza Bidang Dermatologi (14-20 Mei 2025)
Oleh: dr. ALOMEDIKA
1 Balasan
ALO Dokter!Masih belum ikuti ALOPALOOZA (ALOMEDIKA POINT BONANZA)?!? Ayo, segera ikuti ALOPALOOZA minggu ini untuk menambah Alomedika Point Anda!Tema minggu...
dr. ALOMEDIKA
Dibalas 48 menit yang lalu
CONGRATULATION! SELAMAT KEPADA PEMENANG ALOPALOOZA 2025 BIDANG RADIOLOGI!
Oleh: dr. ALOMEDIKA
2 Balasan
ALO Dokter.Alomedika dengan bangga mengumumkan pemenang ALOPALOOZA 2025 bidang Radiologi yang telah memposting kasus radiologi menarik di minggu...
dr. Ade Wijaya SpN
Dibalas 22 jam yang lalu
MRI Pasien Stroke Iskemik - ALOPALOOZA
Oleh: dr. Ade Wijaya SpN
1 Balasan
Alodokter, pasien laki2 56 tahun dgn hipertensi dan diabetes mendadak lemah sisi tubuh kanan. MRI DWI memperlihatkan gambaran berikut. Arteri apa yang...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.