Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Keratosis Seboroik general_alomedika 2023-01-10T07:43:02+07:00 2023-01-10T07:43:02+07:00
Keratosis Seboroik
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Keratosis Seboroik

Oleh :
dr. Giovanni Gilberta
Share To Social Media:

Patofisiologi keratosis seboroik seringkali dianggap sebagai tanda penuaan pada kulit dan tanda penuaan pada manusia secara umumnya. Hal ini dikarenakan patofisiologinya belum sepenuhnya dipahami. Beberapa teori mengaitkan dengan eksposur kronis sinar ultraviolet terhadap kulit.[3]

Terdapat beberapa hipotesis yang mengaitkan keterlibatan human papilloma virus (HPV) pada patofisiologi keratosis seboroik. Bukti sebab akibat masih belum diketahui namun ekspresi HPV p16 ditemukan pada keratosis seboroik di area genital dengan frekuensi antara 65%-69,6%. [3]

Ekspresi dari amyloid precursor protein (APP) terlihat lebih tinggi pada kulit yang terekspos sinar ultraviolet dibanding yang tidak terekspos. Ekspresi APP meningkat seiring dengan bertambahnya usia.[3]

Ekspresi dari APP dievaluasi pada kasus keratosis seboroik dibandingkan dengan kulit normal melalui analisis imunohistokimia, Western blotting, dan RT-PCR kuantitatif. Terlihat bahwa APP dan produk turunannya seperti amyloid-β42 lebih kuat diekspresikan pada keratosis seboroik dibanding pada kulit normal.[3]

Sebagai kontrasnya, ekspresi dari sekretasenya yaitu β-sekretase 1 pada keratosis seboroik rendah. Temuan tersebut mengarah bahwa ekspresi berlebih dari APP dapat memicu terjadinya keratosis seboroik dan merupakan penanda dari penuaan kulit serta kerusakan akibat sinar ultraviolet.[3]

Pada berbagai studi dengan ras yang berbeda, bagian tubuh yang terekspos sinar matahari lebih banyak dan lebih lama mengalami lesi keratosis seboroik yang lebih banyak dibanding yang tidak terekspos. Menariknya, keratosis seboroik lebih banyak terlihat pada kulit yang mengalami photoaging dengan jenis atrofi dibanding hipertrofi.[5]

Pada pengurutan exome dari keratosis seboroik menunjukkan hasil adanya tiga mutase per pasangan megabase dari urutan yang ditargetkan. Pola mutasi tersebut menunjukkan adanya tanda khas keterlibatan sinar ultraviolet. Mutasi yang paling sering terdeteksi adalah mutasi FGFR3, terdeteksi pada 48% lesi, PIK3CA sebanyak 32%, promotor TERT 24% dan promotor DPH3 24%.[4,5]

Keratosis seboroik diketahui terjadi karena mutasi onkogenik dalam kaskade sinyal reseptor tirosin kinase/fosfatidilinositol 3-kinase/Akt. Mutase ini menunjukkan bahwa keratosis seboroik memiliki hipersensitivitas terhadap penghambatan Akt.[4,5]

FoxN1 merupakan biomarker baru dari fenotipe yang diaktifkan secara onkogenik namun bersifat jinak pada keratosis seboroik. Penghambatan Akt menyebabkan peningkatan ekspresi protein p53, tetapi bukan ekspresi RNA dan bahwa apoptosis yang dimediasi Akt bergantung pada p53 dan FoxO3 yang merupakan target dari Akt.[4,5]

 

 

Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja

Referensi

3. Wollina U. Recent advances in managing and understanding seborrheic keratosis. F1000Res. 2019 Aug 28;8:F1000 Faculty Rev-1520.
4. Wollina U. Seborrheic Keratoses - The Most Common Benign Skin Tumor of Humans. Clinical presentation and an update on pathogenesis and treatment options. Open Access Maced J Med Sci. 2018 Nov 23;6(11):2270-2275.
5. Sun MD, Halpern AC. Advances in the etiology, detection, and clinical management of seborrheic keratoses. Dermatology. 2022;238(2):1-3.

Pendahuluan Keratosis Seboroik
Etiologi Keratosis Seboroik
Diskusi Terbaru
dr. ALOMEDIKA
Dibalas 9 jam yang lalu
ALOPALOOZA - Alomedika Points Bonanza Bidang Dermatologi (14-20 Mei 2025)
Oleh: dr. ALOMEDIKA
1 Balasan
ALO Dokter!Masih belum ikuti ALOPALOOZA (ALOMEDIKA POINT BONANZA)?!? Ayo, segera ikuti ALOPALOOZA minggu ini untuk menambah Alomedika Point Anda!Tema minggu...
dr. ALOMEDIKA
Dibalas 6 jam yang lalu
CONGRATULATION! SELAMAT KEPADA PEMENANG ALOPALOOZA 2025 BIDANG RADIOLOGI!
Oleh: dr. ALOMEDIKA
2 Balasan
ALO Dokter.Alomedika dengan bangga mengumumkan pemenang ALOPALOOZA 2025 bidang Radiologi yang telah memposting kasus radiologi menarik di minggu...
Anonymous
Dibalas 2 jam yang lalu
Apakah praktek dokter umum boleh dispensing obat untuk pasien?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter. Saya baru buka praktek mandiri dokter umum, saat visitasi dengan puskesmas disarankan harus ada obat emergency, Selain obat emergency apakah di...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.