Diagnosis Paronikia
Diagnosis paronikia perlu dicurigai pada pasien dengan keluhan nyeri, bengkak, dan abses pada kuku. Digital pressure test membantu menentukan adanya abses pada kasus paronikia akut. Pemeriksaan penunjang jarang dilakukan kecuali terdapat komplikasi atau etiologi penyakit diragukan.[2,5,6]
Anamnesis
Keluhan paronikia adalah nyeri akut disertai kemerahan, bengkak, dan nanah pada tepi kuku. Paronikia akut biasanya disebabkan oleh infeksi. Di sisi lain, paronikia kronik lebih banyak berkaitan dengan dermatitis iritan. Iritan yang umum termasuk asam, alkali, atau bahan kimia lain yang biasa digunakan oleh pembantu rumah tangga, pencuci piring, bartender, pekerja binatu, atau tukang roti.
Pada anamnesis, gali informasi mengenai riwayat trauma, infeksi, abnormalitas struktur kuku, riwayat penyakit, konsumsi obat, serta pekerjaan. Paronikia akibat medikamentosa dan penyakit inflamasi biasanya melibatkan beberapa jari (multipel). Pada paronikia kronik, keluhan berlangsung lebih dari 6 minggu, namun nyeri tidak seberat kasus akut dan jarang ditemukan abses.[1-3,5]
Pemeriksaan Fisik
Pada paronikia akut, jari yang terinfeksi tampak eritema, bengkak, dan disertai pus pada tepi kuku atau membentuk abses. Jari yang terkena umumnya hanya satu, terjadi 2-5 hari pasca trauma. Jika tidak diterapi, infeksi dapat menyebar hingga ke eponikium.[1-3,5]
Digital pressure test merupakan teknik yang dapat dilakukan untuk menentukan adanya abses. Pemeriksa dapat memberikan tekanan ringan pada aspek volar jari yang terkena. Peningkatan tekanan menyebabkan perubahan warna menjadi putih (blanching) dan menunjukkan demarkasi yang jelas dari abses. Jika terdapat pus dalam lempeng kuku dapat terlihat saat inspeksi dan terdapat ballotable saat palpasi.[1-4]
Pada paronikia kronik, eritema dan pembengkakan pada jari yang terkena minimal, tidak terdapat fluktuasi dan kutikula kuku hilang. Infeksi kronik dan rekuren dapat merubah struktur matriks kuku sehingga terdapat nail ridging, diskolorasi warna kuku, Beau’s lines dan onikomadesis.[1-3,5]
Diagnosis Banding
Paronikia biasanya bisa dengan mudah didiagnosis. Apabila diagnosis meragukan, maka perlu dipikirkan penyebab lain, seperti herpetic Whitlow dan keganasan.[5]
Herpetic Whitlow
Herpetic Whitlow disebabkan oleh virus herpes simpleks (VHS) tipe 1 dan 2 akibat paparan langsung atau inokulasi pada barier kulit yang rusak. Terdapat fase prodromal yang ditandai keluhan seperti nyeri, rasa terbakar, dan gatal pada jari, lalu diikuti dengan munculnya vesikel multipel dengan dasar eritema pada sekitar kuku.
Vesikel dapat bergabung membentuk bula seperti sarang lebah dalam 5-6 hari. Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan Tzank test. Herpetic Whitlow bersifat self-limiting dalam waktu 2-4 minggu.[1,2,6,9]
Felon
Felon merupakan infeksi pada ruang pulpa distal falang distal jari. Kondisi ini berbeda dengan paronikia akut, namun paronikia akut dapat berkembang menjadi felon. Area yang terinfeksi tampak merah, teraba hangat, sangat nyeri, dan keras akibat peningkatan tekanan pada kompartemen jari. Umumnya dibutuhkan tindakan insisi drainase untuk mengatasi kongesti vaskular.[1-3,6]
Malignansi
Beberapa keganasan dapat menyerupai paronikia seperti karsinoma sel skuamosa, melanoma, dan sarkoma Kaposi. Paronikia kronik yang melibatkan satu jari disertai kondisi imunosupresi dapat meningkatkan kecurigaan adanya keganasan. Nyeri pada saat elevasi lempeng kuku, perubahan warna lempeng kuku kebiruan, dan kaburnya batas lunula dapat menjadi suatu kecurigaan adanya tumor.[1-3,6]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang umumnya jarang dilakukan kecuali terdapat keraguan diagnosis atau mengarah pada komplikasi.
Pemeriksaan Mikrobiologi
Pemeriksaan Gram dan kultur dilakukan untuk menentukan organisme penyebab. Bakteri yang paling sering berkaitan dengan paronikia akut adalah Staphylococcus aureus.
Pemeriksaan KOH 5% dilakukan bila terdapat kecurigaan infeksi jamur dan bila hasil pemeriksaan Gram negatif. Pemeriksaan Tzank test dilakukan bila terdapat kecurigaan infeksi virus herpes. Kerokan diambil dari dasar vesikel dan ditemukan sel raksasa berinti banyak, seringkali dengan inklusi virus yang terlihat.[1-4,6]
Pencitraan
Jika dokter ragu mengenai adanya abses, ultrasonografi dapat dilakukan. Gambaran pengumpulan cairan menunjukkan adanya abses, sedangkan gambaran cobblestone subkutan menunjukkan selulitis.
Rontgen dilakukan bila terdapat progresi penyakit ke arah osteomyelitis.[1-4,6]