Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Addison Disease general_alomedika 2023-02-28T13:26:45+07:00 2023-02-28T13:26:45+07:00
Addison Disease
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Addison Disease

Oleh :
dr.Krisandryka
Share To Social Media:

Gejala klinis Addison disease bersifat non spesifik, sehingga diagnosis Addison disease umumnya baru diketahui ketika pemicu tertentu mengakibatkan kondisi akut berupa krisis Addison.

Anamnesis

Perjalanan Addison disease bersifat kronis dengan gejala-gejala nonspesifik, seperti kelelahan, penurunan berat badan, mual, muntah, pusing berputar, penurunan nafsu makan, dan rasa berdebar-debar. Gejala klinis umumnya muncul setelah terjadi kerusakan adrenal >90%.[1-3]

Pada anamnesis lebih lanjut dapat ditemukan adanya keluhan pusing berputar dengan hipotensi ortostatik, yang terkadang dapat mengakibatkan sinkop. Keluhan lainnya dapat berupa mialgia, paralisis flaccid, nyeri sendi, dan salt craving.[2]

Karena perjalanan penyakit sering kali tidak disadari, Addison disease umumnya baru terdiagnosis setelah stresor atau penyakit tertentu, misalnya infeksi, memperjelas kondisi defisiensi kortisol dan mineralokortikoid, dan memicu terjadinya krisis Addison.[5,9]

Pada krisis adrenal, dapat dijumpai tanda-tanda akut abdomen berupa nyeri perut dan mual muntah hebat. Keadaan umum pasien dapat berupa gelisah, penurunan kesadaran, hingga koma.[2,3,9]

Pemeriksaan Fisik

Tanda-tanda vital dapat menunjukkan hipotensi dan takikardia sebagai akibat defisiensi glukokortikoid dan mineralokortikoid.[1,2]

Pada inspeksi kulit, dapat dijumpai hiperpigmentasi pada kulit dan mukosa, umumnya lebih banyak pada area kulit yang terpapar sinar matahari, sisi ekstensor, siku, buku-buku jari, lutut, dan bekas luka yang muncul setelah onset penyakit. Dapat pula dijumpai vitiligo bersamaan dengan hiperpigmentasi pada Addison disease autoimun idiopatik.[1-3,5]

Pasien yang mengalami krisis Addison dapat menunjukkan tanda-tanda dehidrasi berat, syok refrakter, sianosis, dan hiperpireksia.[1-3,5,9]

Sumber Gambar: Openi, 2010. Gambar 1. Hiperpigmentasi pada Wajah dan Bekar Luka pada Pasien. Sumber Gambar: Openi, 2010.

Diagnosis Banding

Diagnosis banding Addison disease cukup luas, tergantung oleh gejala yang muncul. Oleh karena Addison disease umumnya terdiagnosis setelah muncul gejala akut berupa krisis adrenal, maka perlu dipikirkan juga diagnosis banding dengan kondisi lain yang memiliki manifestasi klinis menyerupai krisis adrenal.[2]

Insufisiensi Adrenal Sekunder

Insufisiensi adrenal sekunder disebabkan oleh kelainan pada kelenjar pituitari anterior, sehingga mengganggu sekresi ACTH. Defisiensi ACTH dapat disertai defisiensi hormon pituitari lainnya. Insufisiensi adrenal sekunder menunjukkan beberapa gejala yang serupa dengan Addison disease akibat defisiensi glukokortikoid dan mineralokortikoid, seperti hipotensi dan takikardia.[1,2,16]

Untuk membedakan Addison disease dan insufisiensi adrenal primer, diperlukan pemeriksaan penunjang berupa prolonged ACTH stimulation test. Pada insufisiensi adrenal sekunder, kelenjar adrenal dapat mensekresi kortisol setelah stimulasi prolonged dengan ACTH, sedangkan pada Addison disease, kelenjar adrenal tidak berespons terhadap ACTH.[16]

Peritonitis

Salah satu gejala krisis adrenal akibat Addison disease adalah gejala akut abdomen, berupa nyeri perut berat disertai mual muntah hebat, yang dapat menyerupai gejala peritonitis. Peritonitis akut dapat terjadi akibat ruptur atau perforasi organ berongga, yang umumnya memerlukan pembedahan.[17,18]

Untuk mencari tahu penyebab kondisi akut abdomen, diperlukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang komprehensif, juga pemeriksaan penunjang berupa USG abdomen atau CT scan abdomen untuk menentukan penyebab dan tindakan selanjutnya.[17]

Pemeriksaan Penunjang

Tinjauan cepat pada gejala dan temuan klinis dapat mengarahkan ke pemeriksaan penunjang untuk dapat menegakkan diagnosis.

Pemeriksaan Laboratorium

Rapid Adrenocorticotropic Hormone Stimulation Test:

Rapid ACTH stimulation test bertujuan mengetahui kapasitas fungsional korteks adrenal untuk menyintesis kortisol. Peningkatan kortisol dan aldosteron plasma di atas nilai basal setelah injeksi ACTH menggambarkan fungsi korteks adrenal.[2]

Sebelum tes, sampel darah pasien diambil terlebih dahulu untuk pemeriksaan kortisol dan aldosteron basal. Kemudian, 250 mcg ACTH sintetik disuntikkan secara IM atau IV. Pada menit ke-30 dan 60, sampel darah pasien diambil kembali untuk pemeriksaan kortisol dan aldosteron.[2]

Pada kondisi normal, kortisol serum meningkat pada menit ke-30 atau 60 setelah injeksi menjadi di atas 18 g/dL. Nilai kortisol kurang dari 18-20 mcg/dL bersifat diagnostik. Sedangkan nilai aldosteron basal kurang dari 5 ng/100 mL yang tidak meningkat setidaknya sebanyak 4 ng/100 mL pada menit ke-30 setelah injeksi menunjukkan fungsi mineralokortikoid abnormal dari korteks adrenal.[1,2,9]

Pada pasien dengan Addison disease, kortisol dan aldosteron tidak berespons atau berespons minimal terhadap ACTH, bahkan setelah stimulasi diperpanjang selama 24-48 jam.[2]

Pemeriksaan Adrenocorticotropic Hormone Plasma:

Jika respons kortisol setelah rapid ACTH stimulation test menunjukkan hasil inadekuat, diperlukan pemeriksaan ACTH plasma. Pemeriksaan ACTH plasma berguna untuk membedakan Addison disease dengan insufisiensi adrenal sekunder.[2,9]

Pada pasien dengan Addison disease, nilai ACTH umumnya meningkat melebihi 250 pg/mL.Sedangkan pada insufisiensi adrenal sekunder akibat kelainan pituitari, plasma ACTH normal atau rendah.[1,9]

Pemeriksaan Kortisol Serum Pagi:

Kortisol serum pagi lebih dari 18 g/dL umumnya menyingkirkan diagnosis Addison disease, sedangkan nilai di bawah 6 g/dL sugestif menunjukkan insufisiensi adrenal.[9]

Pemeriksaan Kimia Darah:

Pemeriksaan kimia darah pasien Addison disease umumnya menunjukkan hiponatremia, hiperkalemia, dan asidosis metabolik ringan. Hiponatremia disebabkan oleh rendahnya kadar kortisol dan aldosteron. Hilangnya aktivitas aldosteron menyebabkan natriuresis dan retensi kalium, sehingga dapat mengakibatkan hiperkalemia yang mengancam nyawa.[1,2,5]

Kreatinin dan blood urea nitrogen (BUN) mengalami peningkatan akibat hipovolemia dan penurunan filtrasi glomerulus. Pada sebagian pasien juga dapat ditemukan hiperkalsemia dan hipoglikemia. Hipoglikemia dapat disebabkan berkurangnya asupan oral dan/atau defisiensi glukokortikoid yang dibutuhkan untuk glukoneogenesis.[2]

Pemeriksaan Darah Lengkap:

Pemeriksaan darah lengkap dapat menunjukkan anemia normositik normokromik yang awalnya dapat tersamarkan oleh dehidrasi dan hemokonsentrasi. Kondisi tersebut umumnya responsif terhadap terapi penggantian glukokortikoid.[2]

Kadar Thyroid Stimulating Hormone (TSH):

Peningkatan TSH dapat ditemukan pada Addison disease atau insufisiensi adrenokortikal sekunder akibat defisiensi ACTH. Temuan tersebut mungkin dapat bersifat reversibel dengan terapi penggantian kortisol.[2]

Pemeriksaan Autoantibodi:

Pemeriksaan autoantibodi dapat menunjukkan adanya autoantibodi adrenal, seperti antibodi 21-hidroksilase; dan/atau autoantibodi tiroid, seperti antithyroglobulin (anti-Tg) dan antithyroid peroxidase (anti-TPO).[1,2,5]

Pemeriksaan Aktivitas Renin Plasma (PRA):

Aktivitas renin plasma meningkat pada Addison disease dan terkadang berguna membedakan Addison disease dan insufisiensi adrenal sekunder. Pada Addison disease, peningkatan PRA sering kali ditemukan pada tahap penyakit lebih lanjut, akibat defisiensi mineralokortikoid.[1,9]

Kadar Prolaktin:

Hiperprolaktinemia sederhana telah dilaporkan terjadi pada beberapa kasus Addison disease dan insufisiensi adrenokortikal sekunder.[2]

Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan radiologi dapat membantu menentukan penyebab Addison disease, namun tidak dapat mendiagnosis insufisiensi adrenal. CT scan abdomen dapat menunjukkan kelenjar adrenal yang mengecil (akibat destruksi autoimun), perdarahan, kalsifikasi (akibat tuberkulosis), atau massa pada kelenjar adrenal.

Rontgen toraks dapat membantu mendeteksi tuberkulosis sebagai penyebab Addison disease.[1,5]

Pemeriksaan Lainnya

Tes Purified Protein Derivative (PPD) dapat dilakukan untuk mengetahui adanya infeksi tuberkulosis.[5]

Referensi

1. S. Munir and M. Waseem, Addison Disease, StatPearls [Internet], Treasure Island (FL): StatPearls Publishing, 2020. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441994/
2. G. T. Griffing, 2020, Addison Disease. https://emedicine.medscape.com/article/116467-overview#showall
3. S. B. Sarkar, S. Sarkar, S. Gosh, et al., Addison's disease, Contemp Clin Dent. 2012;3(4):484-486. doi:10.4103/0976-237X.107450
5.A. Michells and N. Michells, Addison Disease: Early Detection and Treatment Principles, Am Fam Physician. 2014;89(7):563-568. https://www.aafp.org/afp/2014/0401/p563.html
9. A. J. Chakera and B. Vaidya, Addison Disease in Adults: Diagnosis and Management. The American Journal of Medicine, 2010;123(5), 409–413. doi:10.1016/j.amjmed.2009.12.017
16. N. C. Nicolaides,G. P. Chrousos, and E. Charmandari,South Darmouth (MA): MDText.com, 2017. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK279083/
17. J. W. Patterson, S. Kashyap, and E. Dominique, Acute Abdomen, In: StatPearls [Internet], Treasure Island (FL): StatPearls Publishing, 2020. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459328/
18. B. J. Daley, 2019, Peritonitis and Abdominal Sepsis. https://emedicine.medscape.com/article/180234-overview#a5

Epidemiologi Addison Disease
Penatalaksanaan Addison Disease

Artikel Terkait

  • Penyakit Addison akibat Tuberkulosis
    Penyakit Addison akibat Tuberkulosis
Diskusi Terbaru
Anonymous
Dibalas 22 jam yang lalu
Seftriaxon 250 mg Injeksi IM harus di larutkan Nacl 0.9% atau Aquabides berapa ml ya dok ?
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Maaf dok, izin bertanya bila ada pasien gonore. Lalu mau diberikan Injeksk Ceftriaxon.  Seftriaxon 250 mg Injeksi IM harus di larutkan Nacl 0.9% atau...
Anonymous
Dibalas 1 jam yang lalu
Salbutamol dan metilprednisolon tablet
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, izin bertanya ada pasien bumil minum salbutamol hanya 3 tablet berturut-turut dan metilprednisolon 4mg 1 tablet saat asthmanya kambuh. Pasien UK...
Anonymous
Dibalas 09 Mei 2025, 16:20
Pemberian cotrimoksazol pada pasien Hiv-TB
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Halo dok, izin diskusi. Saya ada pasien tb dan juga terdiagnosis hiv. Hiv (+) lewat RDT saja tanpa cek cd4. Sudah di berikan arv dan cotrimoksazol 1x960mg....

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.