Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Akalasia general_alomedika 2022-10-06T14:17:57+07:00 2022-10-06T14:17:57+07:00
Akalasia
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Akalasia

Oleh :
dr. Audrey Amily
Share To Social Media:

Penatalaksanaan akalasia atau achalasia adalah pneumatic balloon dilatation atau miotomi laparoskopi. Bila pneumatic balloon dilatation tidak memungkinkan untuk dilakukan, dokter dapat memberikan injeksi toksin botulinum secara endoskopi atau memberikan nifedipine dan nitrat. Pada pasien akalasia kronis, penatalaksanaan cenderung mengutamakan pencegahan aspirasi kronis.[4,9,12]

Terapi Nonfarmakologis

Berdasarkan rekomendasi dari American Clinical Gastroenterology, tindakan pneumatic balloon dilatation atau miotomi laparoskopi adalah penatalaksanaan definitif akalasia. Penatalaksanaan nonfarmakologis cenderung menghasilkan respons baik pada gejala akalasia. Namun, kekambuhan masih mungkin terjadi. Pembedahan pada akalasia cenderung bervariasi tetapi umumnya mencakup pneumodilation, laparoscopic Heller myotomy, dan peroral endoscopic myotomy.[1,4,9,12]

Pneumodilation

Pada pneumatic balloon dilatation, ballon dikembangkan secara melintang pada sfingter esofagus bawah, sehingga mengakibatkan ruptur otot sekitarnya. Hal ini memperbaiki lapisan otot yang memiliki kontraksi abnormal. Tujuan terapi ini adalah menurunkan tekanan sfingter esofagus bawah dengan memberikan tekanan pada sfingter esofagus bawah menggunakan noncompliant polyethylene balloons.[1,4,9,12]

Terapi pneumatic dilation ini dapat diberikan pada pasien rawat jalan selama 2–6 jam. Setelah itu, pasien dapat kembali beraktivitas secara normal esok harinya. Komplikasi yang mungkin disebabkan oleh pneumodilation ini adalah perforasi sfingter esofagus bawah. Terapi pneumodilation disarankan diberikan pada pasien dengan akalasia tipe 2 dan usia <60 tahun. Hal ini dikarenakan komplikasi lebih sering terjadi pada pasien yang berusia >60.[1,4,9,12]

Laparoscopic Heller Myotomy (LHM)

Pada LHM, sfingter esofagus bawah dioperasi untuk menurunkan tekanan agar dapat berelaksasi dengan baik. Terapi LHM baik dilakukan pada pasien dengan usia <40 tahun, akalasia tipe 2, tekanan istirahat sfingter esofagus bawah >30 mmHg, dan morfologi esofagus yang lurus tanpa perubahan morfologi signifikan di bagian distal. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah perforasi dan refluks pascaoperasi.[1,4,9,12]

Peroral Endoscopic Myotomy (POEM)

Miotomi secara endoskopi menjadi tata laksana alternatif pada akalasia. Secara singkat, POEM membentuk lubang di lapisan submukosa untuk bisa mencapai sfingter esofagus bawah serta melakukan diseksi pada lapisan otot untuk menurunkan tekanan di sfingter esofagus bawah. Angka kesuksesan POEM tinggi, yaitu 89–100%.[1,4,9,12]

Terapi Farmakologis

Penatalaksanaan medikamentosa yang menjadi pilihan untuk pasien akalasia adalah obat-obatan yang menurunkan tekanan sfingter esofagus bawah, terutama relaksan otot. Dua golongan obat yang paling sering digunakan dan diakui efektif adalah nitrat dan calcium channel blocker (CCB). Contoh CCB yang paling sering digunakan untuk terapi akalasia adalah nifedipine. Obat-obat ini bekerja dengan memproduksi nitrogen oksida yang diikuti dengan penurunan kadar kalsium intraseluler.[1,4,12]

Agen farmakologis lain yang juga dapat menjadi terapi akalasia adalah toksin botulinum yang merupakan neurotoksin. Neurotoksin ini menghambat pelepasan asetilkolin dari ujung saraf. Toksin botulinum ini diinjeksikan langsung pada sfingter esofagus bawah dengan endoskopi. Kelemahan terapi ini adalah efek terapi tidak bertahan lama dan terapi perlu diulang untuk menghasilkan respons yang baik.[1,4,9,12]

Penatalaksanaan Akalasia Stadium Akhir

Pasien akalasia stadium akhir sering mengalami megaesofagus atau sigmoid esofagus. Hal ini ditandai dengan dilatasi esofagus yang besar dan berputar. Pada stadium akhir ini, reseksi esofagus dibutuhkan untuk memperbaiki kualitas hidup.[1,3,12]

Beberapa konsensus menyatakan bahwa miotomi perlu dilakukan lebih dulu sebelum reseksi esofagus. Apabila reseksi esofagus telah dilakukan, rekonstruksi saluran cerna lainnya perlu dilakukan. Pemindahan posisi lambung menjadi pilihan pertama dalam rekonstruksi.[1,3,12]

 

 

Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur

Referensi

1. Moonen A, Boeckxstaens G. Current Diagnosis and Management of Achalasia. Journal of Clinical Gastroenterology. 2014;48(6):484-490.
3. O’Neill O, Johnston BT, Coleman HG. Achalasia: A review of clinical diagnosis, epidemiology, treatment and outcomes. World Journal of Gastroenterology. 2013;19(35):5806-5812.
4. Pandolfino J, Gawron A. Achalasia A Systematic Review. JAMA. 2015;313(18):1841-1852.
9. Swanström LL. Achalasia: treatment, current status and future advances. Korean J Intern Med. 2019 Nov;34(6):1173-1180.
12. Vaezi, Michael, et al. ACG Clinical Guideline: Diagnosis and Management of Achalasia. American Journal of Gastroenterology. 2013;108(8):1238-1249.

Diagnosis Akalasia
Prognosis Akalasia
Diskusi Terbaru
Anonymous
Dibalas 11 Mei 2025, 19:30
Seftriaxon 250 mg Injeksi IM harus di larutkan Nacl 0.9% atau Aquabides berapa ml ya dok ?
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Maaf dok, izin bertanya bila ada pasien gonore. Lalu mau diberikan Injeksk Ceftriaxon.  Seftriaxon 250 mg Injeksi IM harus di larutkan Nacl 0.9% atau...
Anonymous
Dibalas 10 jam yang lalu
Salbutamol dan metilprednisolon tablet
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, izin bertanya ada pasien bumil minum salbutamol hanya 3 tablet berturut-turut dan metilprednisolon 4mg 1 tablet saat asthmanya kambuh. Pasien UK...
Anonymous
Dibalas 09 Mei 2025, 16:20
Pemberian cotrimoksazol pada pasien Hiv-TB
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Halo dok, izin diskusi. Saya ada pasien tb dan juga terdiagnosis hiv. Hiv (+) lewat RDT saja tanpa cek cd4. Sudah di berikan arv dan cotrimoksazol 1x960mg....

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.