Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Inflammatory Bowel Disease general_alomedika 2023-07-31T14:35:41+07:00 2023-07-31T14:35:41+07:00
Inflammatory Bowel Disease
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Inflammatory Bowel Disease

Oleh :
dr.Monica
Share To Social Media:

Diagnosis Inflammatory Bowel Disease (IBD) perlu dicurigai pada pasien dengan keluhan nyeri abdomen dan diare persisten. Diare bisa disertai atau tanpa darah. Diagnosis bisa dikonfirmasi dengan melakukan ileoskopi atau endoskopi gastrointestinal lain, dengan atau tanpa biopsi usus.[1,2]

Anamnesis 

Pada anamnesis, tanyakan keluhan pasien, gejala gastrointestinal, serta faktor risiko pasien.[2,3,18]

Keluhan Intestinal

Manifestasi klinis IBD mencakup nyeri perut dan diare dengan atau tanpa lendir atau darah. Pasien juga bisa mengeluhkan inkontinensia, konstipasi, dan obstipasi. Abnormalitas peristaltik usus bisa dikeluhkan, yang ditandai nyeri atau pendarahan rektum, urgensi, dan tenesmus. Gejala sistemik bisa berupa demam, penurunan berat badan, malaise, dan arthralgia. Pada anak, dapat dijumpai gagal tumbuh atau pubertas yang tertunda.[2,3,18]

Manifestasi Ekstraintestinal

Pasien IBD juga bisa mengalami gejala ekstraintestinal seperti sariawan, clubbing, eritema nodosum, pyoderma gangrenosum, uveitis atau artritis.[2,3,18]

Faktor Risiko

Perlu ditanyakan mengenai riwayat keluarga dengan IBD, penyakit Celiac, kanker kolorektal, penggunaan antibiotik, obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), serta riwayat merokok.[2,3,18]

Gejala Berdasarkan Lokasi Lesi pada Crohn’s Disease

Gejala pada Crohn’s disease bisa berbeda sesuai lokasi lesi. Ileokolitis ditandai dengan adanya massa yang teraba dan terasa nyeri di kuadran perut kanan bawah. Massa yang teraba tersebut merupakan bagian dari usus yang mengalami inflamasi, indurasi mesenterium, dan pembesaran kelenjar limfa abdomen yang tampak sebagai gambaran “string sign” pada pemeriksaan radiologi.

Jejunoileitis ditandai dengan adanya gangguan malabsorpsi yang menyebabkan anemia, hipoalbuminemia, hipokalsemia, hipomagnesium, koagulopati, dan hiperoksaluria.

Kolitis dan penyakit pada perianal ditandai dengan adanya demam, malaise, diare, nyeri abdomen dan hematoskezia.[2,3,18]

Gejala Kolitis Ulseratif

Pada kolitis ulseratif, gejala utama yang timbul adalah diare, perdarahan rektum, pengeluaran lendir, tenesmus, dan nyeri abdomen. Pasien dengan proktitis biasa mengalami keluhan pengeluaran lendir dengan bercak darah yang tercampur pada feses. Pada tahap lanjut, lendir dan darah dapat bercampur dengan feses.

Selain diare, pasien dengan proktitis atau proctosigmoiditis juga dapat mengalami konstipasi. Beberapa gejala lain yang dapat timbul adalah anoreksia, mual, muntah, demam hingga penurunan berat badan.[2,3,18]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang ditemukan pada Crohn’s disease adalah massa yang teraba pada perut kanan bawah, fisura atau fistula perianal, abses, dan prolaps rektum. Pada pemeriksaan rektal didapatkan feses dengan darah.

Pada kolitis ulseratif, bisa didapatkan nyeri pada palpasi area kanal anus serta ditemukan darah pada pemeriksaan colok dubur.

Pada toksik megakolon, salah satu komplikasi akut dari IBD, dapat ditemukan adanya hepatic tympany disertai gejala demam tinggi, menggigil, takikardia, nyeri perut, nyeri tekan dan distensi.[2,3,18]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding IBD mencakup irritable bowel syndrome, tuberkulosis intestinal, dan amoebiasis.[18,21]

Irritable Bowel Syndrome (IBS)

Manifestasi klinis pada Irritable Bowel Syndrome (IBS) antara lain adanya perubahan frekuensi, konsistensi dan tampilan feses yang dapat disertai lendir, rasa kembung, tidak nyaman pada perut, serta kolik abdomen yang hilang setelah buang air. Jika gejala bersifat progresif, perlu curiga mengarah ke Crohn’s disease. Kolonoskopi dapat membedakan IBS dan IBD.[18,21]

Kolitis Infeksiosa

Jika kecurigaan diagnosis mengarah pada kolitis infeksiosa, perlu ditanyakan riwayat kontak dengan penderita kolitis infeksiosa dan bepergian ke daerah endemis. Manifestasi klinis dan gambaran endoskopi serupa kolitis ulseratif sehingga diperlukan pemeriksaan penunjang berupa kultur feses dan jaringan serta biopsi kolon.[18,21]

Kolitis Radiasi

Kolitis radiasi terjadi setelah paparan sinar radiasi eksternal pada abdomen dan pelvis beberapa minggu atau tahun sebelumnya. Manifestasi klinis berupa nyeri perut, tenesmus dan perdarahan kronik. Gambaran endoskopi serupa kolitis ulseratif, namun yang membedakan terdapat infiltrat eosinofilik, epitel atipik, fibrosis dan telangiektasia kapiler.[18,21]

Kolitis Pseudomembranosa

Pada kolitis pseudomembranosa, terdapat riwayat penggunaan antibiotik sebelumnya. Pada pemeriksaan feses ditemukan bakteri Clostridium difficile serta pada kolonoskopi terdapat pseudomembran di atas mukosa tanpa ulserasi pada jaringan di bawahnya.[18,21]

Tuberkulosis Intestinal

Manifestasi klinis berupa penurunan berat badan, nyeri perut, demam, serta gambaran infeksi tuberkulosis di bagian lain seperti hemoptisis. Pada pemeriksaan pencitraan, dapat ditemukan gambaran ileitis terminal dan limfadenopati, sedangkan pada biopsi didapatkan caseating granulomata.[18,21]

Amebiasis

Manifestasi klinis amebiasis dapat serupa Crohn’s disease pada ileum dan sekum. Diperlukan pemeriksaan feses untuk konfirmasi diagnosis.[18,21]

Kanker Kolorektal

Risiko kanker kolorektal meningkat seiring meningkatnya usia dan adanya riwayat keluarga dengan kanker kolorektal. Diperlukan pemeriksaan penunjang seperti CT-Scan dan kolonoskopi untuk membedakan dengan IBD.[18,21]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis IBD merupakan gabungan dari pencitraan dan biopsi dengan bantuan endoskopi.[1-3]

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan meliputi pemeriksaan darah lengkap, panel metabolik, penanda inflamasi, dan pemeriksaan feses. Perinuclear antineutrophil cytoplasmic antibodies (pANCA) merupakan marker serologi terkait kolitis ulseratif, sedangkan anti-Saccharomyces cerevisiae antibodies (ASCA) terkait Crohn’s disease.

Pada Crohn’s disease, temuan laboratorium yang abnormal adalah peningkatan kadar laju endap darah dan C-reactive protein (CRP). Beberapa temuan lain yang juga dapat ditemukan adalah hipoalbuminemia, anemia, dan leukositosis.

Pada kolitis ulseratif dapat ditemukan peningkatan CRP, trombosit, laju endap darah, dan penurunan hemoglobin.[1-3,18]

Endoskopi dengan Biopsi

Endoskopi dengan atau tanpa biopsi umumnya dilakukan pada pasien suspek IBD walaupun tanpa gejala gastrointestinal bagian bawah.  Biopsi dilakukan pada ileum terminal dan setiap segmen usus besar untuk pemeriksaan histopatologis.

Kolitis Ulseratif:

Temuan endoskopi bisa berupa inflamasi mukosa difus, angiogenesis telah menghilang, dan mukosa menjadi kasar atau granular. Bisa juga ditemukan beberapa erosi, ulkus atau pseudopoliposis.

Temuan histologi khas kolitis ulseratif meliputi perluasan inflamasi kronik pada mukosa. Pada kasus ringan, dijumpai kriptitis akut yang berkembang menjadi abses kripta pada kasus sedang. Pada kasus yang berat, dapat terbentuk ulserasi mukosa. Area yang tidak ulserasi membentuk gambaran polypoid atau "pseudopolip".  Displasia mukosa kolon dapat meningkatkan risiko adenokarsinoma kolorektal.

Crohn’s Disease:

Temuan endoskopi bisa berupa:

  • Ulkus longitudinal, terutama pada perlekatan mesenterika
  • Gambaran cobblestone

  • Ulkus ireguler hingga bulat yang luas atau aphthae di saluran pencernaan

Temuan histologi khas pada Crohn's disease meliputi keterlibatan transmural dinding usus oleh infiltrat limfoid yang mengandung granuloma mirip sarkoid serta perubahan proliferatif pada mukosa muskularis dan saraf pada dinding usus dan pleksus mienterikus.[1,18,20]

Rontgen Abdomen

Rontgen abdomen pada kolitis ulseratif derajat berat dapat menunjukkan edema, kolon iregular dengan gambaran thumb printing, pneumatosis coli, serta adanya udara bebas dan megakolon toksik dengan gambaran dilatasi kolon dengan diameter >6 cm.[18,20]

Barium Enema

Barium enema double-contrast radiographic menunjukkan lead-pipe/stove-pipe appearance pada kolitis ulseratif kronik, ataupun skip lession dan rectal sparing pada Crohn’s disease dengan adanya perubahan inflamasi pada bagian lain dari kolon. Thumbprinting menunjukkan mukosa inflamasi.[18,20]

CT Scan

CT Scan dengan kontras memberikan visualisasi yang baik pada lumen usus dan dinding usus serta dalam deteksi komplikasi ekstraintestinal seperti abses. Beberapa temuan CT Scan pada IBD, antara lain penebalan dari dinding usus dan adanya perubahan inflamatori seperti mesenteric fat stranding, wall enhancement, dan vaskularisasi meningkat dengan gambaran Coomb sign.[18,20]

MRI

Magnetic Resonance Imaging (MRI) umumnya digunakan untuk pencitraan pada usus kecil dan mengevaluasi temuan ekstraintestinal seperti fistula perianal. MRI dapat menilai ketebalan dinding usus, derajat edema dan ulkus pada Crohn’s disease .[18,20]

Pencitraan Lainnya

Ultrasonography (USG) merupakan teknik non-invasif dalam mendiagnosis Crohn’s disease dengan sensitivitas 84% dan spesifisitas 92%.

Upper Gastrointestinal Series with Small Bowel Follow-Through (UGI/SBFT) merupakan teknik pencitraan untuk mengevaluasi usus kecil suspek Crohn’s disease. Pemeriksaan ini memiliki visualisasi yang baik dari lumen usus kecil dan dapat menunjukkan striktur dan fistula.

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Karina Sutanto

Referensi

1. Kucharzik T, Ellul P, Greuter T, Rahier JF, Verstockt B, Abreu C, et al. ECCO Guidelines on the Prevention, Diagnosis, and Management of Infections in Inflammatory Bowel Disease. Journal of Crohn’s and Colitis. 2021;879-913. DOI: https://doi.org/10.1093/ecco-jcc/jjac104.
2. Okobi OE, Udoete IO, Fasehun OO, Okobi T, Evbayekha EO, Ekabua JJ, Elukeme H, Ebong IL, Ajayi OO, Olateju IV, Taiwo A, Anaya IC, Omole JA, Nkongho MB, Ojinnaka U, Ajibowo AO, Ogbeifun OE, Ugbo OO, Okorare O, Akinsola Z, Olusoji RA, Amanze IO, Nwafor JN, Ukoha NA, Elimihele TA. A Review of Four Practice Guidelines of Inflammatory Bowel Disease. Cureus. 2021 Aug 3;13(8):e16859. doi: 10.7759/cureus.16859. PMID: 34513436; PMCID: PMC8413108.
3. Seyedian SS, Nokhostin F, Malamir MD. A Review of the Diagnosis, Prevention, and Treatment Methods of Inflammatory Bowel Disease. Journal of Medicine and Life. 2019;12(2):113-22.
18. Rowe WA. Inflammatory Bowel Disease. Medscape, 2020. https://emedicine.medscape.com/article/179037-overview
20. Higuchi L, Bousvaros A. Epidemiology and Environmental Factors in Inflammatory Bowel Disease in Children and Adolescents. Uptodate, 2013. https://www.uptodate.com/contents/epidemiology-and-environmental-factors-in-inflammatory-bowel-disease-in-children-and-adolescents
21. Tontini G, Vecchi M, Pastorelli L, Neurath M, Neumann H. Differential Diagnosis in Inflammatory Bowel Disease Colitis: State of the Art and Future Perspectives. World J Gastroenterol. 2015; 21(1): 21–46.

Epidemiologi Inflammatory Bowel ...
Penatalaksanaan Inflammatory Bow...

Artikel Terkait

  • Inflammatory Bowel Disease Meningkatkan Risiko Parkinson
    Inflammatory Bowel Disease Meningkatkan Risiko Parkinson
  • Hubungan NSAID dan Inflammatory Bowel Disease
    Hubungan NSAID dan Inflammatory Bowel Disease
  • Pemeriksaan Fecal Calprotectin untuk Membedakan Inflammatory Bowel Disease dan Irritable Bowel Syndrome
    Pemeriksaan Fecal Calprotectin untuk Membedakan Inflammatory Bowel Disease dan Irritable Bowel Syndrome
  • Penanganan Fistula Perianal pada Crohn’s Disease
    Penanganan Fistula Perianal pada Crohn’s Disease
  • Terapi Induksi Dan Rumatan Upadacitinib Pada Penyakit Crohn – Telaah Jurnal Alomedika
    Terapi Induksi Dan Rumatan Upadacitinib Pada Penyakit Crohn – Telaah Jurnal Alomedika

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr. Livia Kurniati Saputra
Dibalas 02 Maret 2022, 10:31
Terapi bedah Chron's Disease - Bedah Ask the Expert
Oleh: dr. Livia Kurniati Saputra
1 Balasan
ALO dr. Irene, Sp.B,Mohon bertanya apa indikasi dilakukannya tindakan bedah pada Chron's Disease?Terima kasih
dr.Indah Purnama
Dibalas 29 Oktober 2019, 15:16
Penyebab BAB berwarna merah disertai demam yang hilang timbul pada anak usia 2 tahun
Oleh: dr.Indah Purnama
1 Balasan
Pasien anak, umur, 2 tahun. Demam sejak 1 minggu yang lalu, demam hilang timbul, suhu tertinggi tidak diukur oleh orang tua pasien. Selain demam, nyeri perut...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.