Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Kardiomiopati general_alomedika 2023-02-17T13:19:56+07:00 2023-02-17T13:19:56+07:00
Kardiomiopati
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Kardiomiopati

Oleh :
Alexandra Francesca Chandra
Share To Social Media:

Berdasarkan patofisiologinya, kardiomiopati dibedakan menjadi kardiomiopati dilatasi, kardiomiopati hipertrofi, kardiomiopati aritmogenik, kardiomiopati restriktif dan Takotsubo syndrome. Semua jenis kardiomiopati yang dibiarkan tanpa penatalaksanaan adekuat, pada akhirnya akan berujung menjadi gagal jantung.

Kardiomiopati Dilatasi

Patofisiologi kardiomiopati dilatasi awalnya diyakini terkait dengan adanya riwayat infeksi virus pada jantung sebelumnya, atau paparan cardiac toxin, seperti alkohol, kokain, amfetamin, atau obat kemoterapi, misalnya fluorouracil, yang menyebabkan kerusakan sel-sel miokard. Kerusakan sel-sel miokard ini lama-kelamaan memicu reaksi imun aberan terhadap sel miokard host itu sendiri. Reaksi autoimun ini menyebabkan terjadinya disfungsi ventrikel dan dilatasi ventrikel di kemudian hari.[2,10]

Namun, terdapat lebih dari 50% kasus kardiomiopati dilatasi tidak terkait hal tersebut, sehingga dianggap idiopatik. Sekitar 35% dari kasus idiopatik diperkirakan terkait genetik, dan sisanya merupakan kardiomiopati sekunder akibat penyakit sistemik lainnya, misalnya Duchenne muscular dystrophy, serta kelainan mitokondrial, metabolik, atau endokrin.[2,10]

Berbagai studi sudah menunjukkan bahwa kardiomiopati dilatasi berhubungan dengan mutasi berbagai gen. Studi berbasis populasi keluarga menunjukkan 15–30% pasien kardiomiopati dilatasi memiliki keluarga dengan kondisi yang sama. Beberapa gen yang kerap dihubungkan dengan kardiomiopati dilatasi, antara lain LMNA, MYH7, TNNT2, TTN, RBM20, dan BAG3.[8]

Gen TTN diduga berperan dalam 25% kasus kardiomiopati dilatasi familial dan pada 18% kasus sporadis. Mutasi pada gen TTN, yang berfungsi mengkode protein titin, menyebabkan perubahan viskoelastisitas miokard. Mutasi pada gen ini diduga berhubungan dengan konsumsi alkohol berlebihan dan infeksi virus, misalnya human immunodeficiency virus (HIV).[8,11]]

Kardiomiopati Hipertrofi

Pada kardiomiopati hipertrofi, terdapat gradien tekanan yang dinamis pada left ventricular outflow tract (LVOT). Penyempitan outflow semakin terlihat pada fase sistolik. Obstruksi LVOT dapat dijumpai pada 75% pasien kardiomiopati hipertrofi. Kelainan katup jantung, khususnya regurgitasi katup mitral dapat terjadi akibat obstruksi LVOT.

Obstruksi LVOT disebabkan oleh katup mitral yang tertarik ke arah septum saat muskulus papilaris berkontraksi. Hal ini diakibatkan lokasi katup yang abnormal dan adanya hipertrofi septum. Katup mitral akan terdorong ke arah septum akibat posisinya yang abnormal pada jalur outflow, serta karena adanya tekanan yang lebih rendah saat darah dipompa dengan kecepatan tinggi melalui jalur outflow yang menyempit.

Sebagian pasien dengan kardiomiopati hipertrofi memiliki fungsi diastolik yang abnormal, meskipun gradien tekanan normal. Hal ini mengganggu proses pengisian ventrikel dan meningkatkan tekanan pengisian. Pasien akan memiliki kadar kinetik kalsium yang tinggi dan iskemia subendokardial, yang menyebabkan hipertrofi semakin parah dan terjadinya proses miopatik.[7,12,13]

Kardiomiopati Aritmogenik

Kardiomiopati aritmogenik dapat bermanifestasi sebagai kardiomiopati ventrikel kiri atau kanan, amyloidosis jantung, sarkoidosis, penyakit Chagas, dan nonkompaksi ventrikel kiri. Manifestasi kelainan ini serupa dengan kardiomiopati dilatasi, yaitu adanya gejala klinis aritmia akibat dilatasi ventrikel atau gangguan fungsi sistolik.

Miokard akan digantikan dengan jaringan fibrotik dan lemak, dimulai dari epikardium hingga transmural, dan terbentuk aneurisma. Lokasi kelainan biasanya pada dysplasia triangle, yaitu apeks, jalur influks, dan jalur outflow pada ventrikel kanan dan kiri pada 76% kasus. Genetik diduga memegang peranan pada kardiomiopati aritmogenik. Beberapa gen yang diduga berperan, antara lain JUP, SDP, PKP2, DSG2, dan DSC2.[2,10,11]

Kardiomiopati Restriktif

Patofisiologi kardiomiopati restriktif didasarkan pada kekakuan ventrikel yang menyebabkan disfungsi diastolik, peningkatan tekanan end-diastolic dan dilatasi atrium. Kekakuan ventrikel ini dapat diakibatkan kelainan genetik secara langsung, misalnya mutasi gen troponin I TNNI3, ataupun akibat penyakit sistemik lainnya, misalnya penyakit infiltratif amyloidosis.

Pada amyloidosis, adanya deposit protein amyloid pada ruang ekstrasel menyebabkan otot miokard menjadi kaku. Hal ini dapat meningkatkan tekanan intraventrikel dan gangguan hemodinamik, sehingga volume diastolik dapat berkurang dan fungsi sistolik akan terganggu.[2,7]

Kardiomiopati Takotsubo

Kardiomiopati Takotsubo dikenal juga sebagai Takotsubo syndrome atau kardiomiopati akibat stres. Pada sindrom ini, ditemukan disfungsi transien ventrikel kiri pada sistolik dan diastolik. Jika dilakukan pemeriksaan elektrokardiografi (EKG), dan enzim jantung, akan ditemukan hasil yang serupa dengan infark miokard akut, padahal tidak terjadi penyakit jantung koroner.

Disfungsi ventrikel biasanya terjadi secara mendadak akibat stres psikologis. Sindrom ini cukup banyak terjadi pada wanita postmenopause. Takotsubo syndrome dapat menyebabkan komplikasi, seperti syok kardiogenik atau gagal jantung.[11,14]

 

 

Direvisi oleh: dr. Livia Saputra

Referensi

2. Braunwald E. Cardiomyopathies: an overview. Circ Res. 2017; 121: 711-21. https://www.ahajournals.org/doi/full/10.1161/CIRCRESAHA.117.311812.
7. Shah SN. Hypertrophic Cardiomyopathy. Medscape. 2022. https://emedicine.medscape.com/article/152913-overview#a5
8. Schultheiss HP, Fairweather D, Caforio ALP, et al. Dilated cardiomyopathy. Nat Rev Dis Primers. 2019 May 9;5(1):32. doi: 10.1038/s41572-019-0084-1.
9. Brown KN, Pendela VS, Ahmed I, et al. Restrictive Cardiomyopathy. StatPearls Publishing. 2022 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537234/
10. Saini H, Tabtabai S, Stone JR, Ellinor PT. Pathophysiology of Cardiomyopathies. Cellular and Molecular Pathobiology of Cardiovascular Disease. Massachusetts; Elsevier: 2014. Chapter 6; p.101–119. https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/B9780124052062000065.
11. Ciarambino T, Menna G, Sansone G, Giordano M. Cardiomyopathies: An Overview. Int J Mol Sci. 2021 Jul 19;22(14):7722. doi: 10.3390/ijms22147722.
12. Basit H, Brito D, Sharma S. Hypertrophic Cardiomyopathy. StatPearls Publishing. 2022. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430788/
13. Ommen SR, Mital S, Burke MA, et al. 2020 AHA/ACC Guideline for the Diagnosis and Treatment of Patients With Hypertrophic Cardiomyopathy: A Report of the American College of Cardiology/American Heart Association Joint Committee on Clinical Practice Guidelines. Circulation. 2020 Dec 22;142(25):e558-e631. doi: 10.1161/CIR.0000000000000937.
14. Khalid N, Ahmad SA, Shlofmitz E, et al. Pathophysiology of Takotsubo Syndrome. StatPearls Publishing. 2022. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538160/

Pendahuluan Kardiomiopati
Etiologi Kardiomiopati

Artikel Terkait

  • Insidensi Stres Kardiomiopati selama Pandemi Coronavirus Disease 2019 – Telaah Jurnal Alomedika
    Insidensi Stres Kardiomiopati selama Pandemi Coronavirus Disease 2019 – Telaah Jurnal Alomedika
Diskusi Terkait
dr.Sarah Marsa Tamimi
Dibalas 07 Oktober 2022, 14:38
Pasien ibu hamil trimester 3 usia 28 tahun G1P0A0 dengan gejala cardiomiopati peripartum
Oleh: dr.Sarah Marsa Tamimi
2 Balasan
Alo dokter. Saya ada pasien usia 28 tahun, G1P0A0 saat ini UK 38-39 minggu.Tensi: saat datang 110/80, lain2 normal termasuk SpO2 98-99%Mengeluhkan nyeri dada...
drg. Annisa Widiandini
Dibalas 25 Januari 2022, 06:28
Live Webinar Alomedika-Virtual Book Tour Part 2/8: Kardiomiopati Peripartum. Rabu 26 Januari 2022 (19.00 - 20.00 WIB)
Oleh: drg. Annisa Widiandini
1 Balasan
ALO, Dokter!Jangan lewatkan Live Webinar dengan topik, "Virtual Book Tour 2/8: Kardiomiopati Peripartum".Narasumber: dr. Melisa Aziz, Sp.JP, FIHA Pada hari &...
Anonymous
Dibalas 26 Oktober 2021, 15:42
Menangani pasien yang mengalami miopati akibat statin - Jantung Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dr. Adelin, Sp.JPIzin bertanya dok. Bila ada pasien dislipidemia yang mengonsumsi obat golongan statin tetapi mengalami tanda-tanda miopati, kira-kira...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.