Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Inkompatibilitas Rhesus general_alomedika 2022-10-07T15:15:44+07:00 2022-10-07T15:15:44+07:00
Inkompatibilitas Rhesus
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Inkompatibilitas Rhesus

Oleh :
dr. Felicia
Share To Social Media:

Tujuan penatalaksanaan pada inkompatibilitas rhesus adalah untuk memastikan kesehatan bayi dan mengurangi risiko kehamilan yang akan datang. Adanya rekomendasi penggunaan imunoglobulin anti-D (anti-Rh) pada ibu yang berisiko tersensitisasi, dilaporkan telah mengurangi angka komplikasi hemolytic disease of the newborn (HDN). [13]

Terapi Farmakologis

Pada inkompatibilitas rhesus (Rh), terapi farmakologis yang paling dianjurkan adalah pemberian profilaksis imunoglobulin anti-D (anti-R). [13]

Rekomendasi pemberian sebagai profilaksis antenatal :

  • Secara rutin tiap usia kehamilan 28 minggu apabila diagnosis inkompatibilitas Rh didapatkan saat kehamilan
  • Secara rutin ketika terjadi peristiwa yang berisiko menyebabkan sensitisasi, misalnya kehamilan ektopik, abortus, versi externa, atau prosedur obstetri yang invasif seperti pengambilan sampel dari villi chorionic atau amniocentesis

Rekomendasi sebagai profilaksis postpartum :

  • 72 jam setelah melahirkan anak pertama apabila bayi ternyata rhesus positif
  • Apabila terlambat, maka pemberian dapat dilakukan sampai dengan 28 hari postpartum

Immunoglobulin anti-Rh mengandung antibodi anti-Rh yang nantinya akan menempel pada eritrosit dengan antigen Rh (Rh positif), sehingga sistem imun tubuh tidak akan memproduksi antibodi Rh untuk bereaksi dengan eritrosit dari bayi maupun dari luar tubuh. Inti mekanisme kerjanya adalah melakukan pemberian IgG anti-Rh secara pasif ke tubuh ibu sebelum antigen Rh menstimulasi ibu untuk memproduksi antibodi anti-Rh sendiri.

Apabila antibodi Rh telah terbentuk sebelum immunoglobulin anti-Rh diberikan, maka pemberian immunoglobulin anti-Rh tidak lagi berguna. Hal ini yang menyebabkan pentingnya profilaksis.

Immunoglobulin anti-Rh diberikan secara intramuskular di otot deltoid maupun gluteus. Efek samping pemberiannya antara lain adalah nyeri pada area yang diinjeksi dan demam subfebris. [19]

Tabel 1. Indikasi dan Dosis Immunoglobulin Anti-Rh

Indikasi Dosis
Pada kondisi yang rentan sensitisasi - Trimester 1 dan kehamilan tunggal : 250 IU via injeksi intramuskular lambat

- Trimester 1 dan kehamilan multipel : 625 IU via injeksi intramuskular lambat

- Trimester 2 : 625 IU dengan dosis tambahan dapat diberikan jika diperlukan

Profilaksis - Antenatal : 625 IU via injeksi intramuskular lambat (seluruh wanita rhesus negatif yang belum terbentuk antibodi anti rhesus pada usia kehamilan 28-34 minggu)

- Postnatal : 625 IU dengan dosis tambahan dapat diberikan jika diperlukan (seluruh wanita rhesus negatif yang melahirkan bayi rhesus positif , kecuali jika terbukti sudah terjadi aloimunisasi)

Bagi Bayi dengan Anemia Hemolitik yang Lahir dari Keadaan Inkompatibilitas Rhesus

Terapi pada bayi dengan anemia hemolitik yang lahir dari keadaan inkompatibilitas rhesus tergantung dari tingkat keparahan penyakit. Manifestasi klinis pada bayi bisa ringan hingga berat seperti hydrops fetalis. Pada kasus yang ringan, bisa saja tidak diperlukan terapi. [6] Namun perlu diketahui bahwa untuk kasus ringan maupun berat perlu dilakukan konsultasi dengan dokter spesialis.

Pada keadaan anemia hemolitik yang berat, bayi dapat membutuhkan transfusi darah melalui tali pusat. Selain itu, pada anemia hemolitik yang berat, apabila usia kehamilan sudah aterm dapat dilakukan terminasi persalinan lebih cepat sehingga bayi dapat secepatnya mendapatkan terapi. [9,24]

Terapi Nonfarmakologis

Terapi nonfarmakologis pada inkompatibilitas rhesus (Rh) sebenarnya lebih ditunjukkan pada bayi yang lahir dari keadaan ini, mengingat sebenarnya manifestasi klinis yang terlihat pada ibu tidak sesignifikan janin yang dikandungnya.

Terapi yang dilakukan intinya adalah untuk memperbaiki keadaan klinis bayi dari komplikasi anemia hemolitik yang terjadi karena reaksi antigen-antibodi Rh.

Fototerapi

Keadaan hiperbilirubinemia pada bayi akibat hemolisis eritrosit dapat diterapi dengan menggunakan fototerapi. Hiperbilirubinemia akan menyebabkan kerusakan otak karena sifat neurotoksiknya. Inisiasi fototerapi dilakukan menurut normogram yang dikeluarkan oleh American Academy of Pediatric (AAP). Fototerapi dapat dikombinasi dengan transfusi tukar (exchange transfusion/ET) sesuai dengan keadaan klinis pasien.[12,16,18,19]

Mekanisme kerja fototerapi adalah dengan melakukan foto-isomerisasi bilirubin sehingga berubah menjadi substansi yang larut air, dengan begitu dapat membantu ekskresi bilirubin lewat ginjal dan feses tanpa melewati metabolisme di hepar. Pada pasien hemolytic disease of the newborn (HDN), fototerapi intensif diperlukan. Namun, perlu diperhatikan juga bahwa pada fototerapi terjadi peningkatan ekskresi cairan, sehingga insensible water loss (IWL) meningkat dan asupan cairan neonatus perlu dijaga. [25]

Transfusi Intrauterine

Pada keadaan di mana alloimunisasi sudah terjadi, pemberian immunoglobulin anti-Rh menjadi tidak efektif lagi. Transfusi intrauterine (IUT) dilakukan sebagai rescue therapy pada keadaan anemia berat. Apabila hal ini tidak dilakukan, maka risikonya adalah hydrops fetalis dan intrauterine fetal death (IUFD). Tujuan tata laksana adalah meningkatkan hematokrit hingga 35-40% pada tengah trimester awal dan 45-55% setelahnya. [5,26]

IUT diberikan lewat vena umbilicalis. Setelah prosedur ini, perlu dilakukan pengambilan darah sebanyak 1 ml untuk memeriksa hematokrit post transfusi. Transfusi selanjutnya dapat diberikan dalam 10-14 hari, dan dapat dilanjutkan kembali dengan interval 3 minggu. [5]

Exchange Transfusion (ET)

Exchange transfusion (ET) atau transfusi tukar dilakukan bila kadar total bilirubin serum > 20 mg/dl. ET membantu klirens bilirubin yang berlebihan pada keadaan hiperbilirubinemia karena anemia hemolitik. Selain itu, ET juga memperbaiki keadaan anemia dengan memberikan darah yang kompatibel terhadap bayi. [16,24]

Adanya pemberian profilaksis immunoglobulin anti-Rh antepartum membuat perlunya melakukan ET pada bayi yang lahir dari keadaan inkompatibilitas Rh berkurang. Biasanya ET diperlukan pada kasus inkompatibilitas rhesus dengan komplikasi anemia berat pada bayi. [8,21]

Referensi

5. Agarwal K, Rana A, Ravi AK. Treatment and Prevention of Rh Isoimmunization. J Fetal Med. 2014 Jun 1;1(2):81–8.
6. Bi S-H, Jiang L-L, Dai L-Y, et al. Rh-incompatible hemolytic disease of the newborn in Hefei. World J Clin Cases. 2019 Oct 26;7(20):3202–7.
8. Idi HT, Awwalu S, Abjah U, et al. Association of ABO neo-maternal incompatibility and neonatal jaundice in Nguru, Nigeria. Niger J Basic Clin Sci. 2019 Jan 1;16(1):51.
9. Mukhtar. Frequencies of ABO and Rhesus (D) blood group phenotypes among pregnant women attending antenatal clinic at Murtala Muhammad Specialist Hospital, Kano, Nigeria. Available from: http://www.jmedtropics.org/article.asp?issn=2276-7096;year=2019;volume=21;issue=1;spage=31;epage=36;aulast=Mukhtar
12. Celik K, Koker SA, Ozkul M, et al. Hong Kong Journal of Paediatrics [HK J Paediatr (New Series) 2019;24:120-126]. Available from: http://www.hkjpaed.org/details.asp?id=1239&show=1234
13. Silver R. Practice Bulletin No. 181: Prevention of Rh D Alloimmunization. Obstet Gynecol. 2017 Aug;130(2):e57.
16. Chacham S, Reddy DS, Reddy UN, et al. Neonatal Outcomes of Rh-Negative Pregnancies in a Tertiary Level Neonatal Intensive Care Unit: A Prospective Study. J Compr Pediatr. 2016 Aug 1;7(3). Available from: http://comprped.com/en/articles/19862.html
18. Tugcu AU, Ince DA, Turan O, et al. Hemolytic anemia caused by non-D minor blood incompatibilities in a newborn. Pan Afr Med J. 2019 29;33(262). Available from: https://www.panafrican-med-journal.com/content/article/33/262/full/
19. Shrba SA, Saheb BH. Factors Affecting Rh Isoimmunization and Suggested Protective Measures. Med J Babylon, 2013. 10(4):12.
21. Kaur D, Sidana P, Mandhan G, et al. Oblivious of the yellow world – A newborn’s telltale: ABO hemolytic disease of newborn. Glob J Transfus Med. 2019;4(1):87–9.
24. Mayer B, Hinkson L, Hillebrand W, et al. Efficacy of Antenatal Intravenous Immunoglobulin Treatment in Pregnancies at High Risk due to Alloimmunization to Red Blood Cells. Transfus Med Hemotherapy. 2018;45(6):429–36.
25. Ree IM, Simts-Wintjens VE, Bom JG van der, et al. Neonatal management and outcome in alloimmune hemolytic disease. J Expert Rev Hematol. 2017 Jun 5;10(7):607–16.
26. Bek SG, Eren N, Uzay A, et al. Rh (D) alloimmunization treated by double filtration plasmapheresis. Transfus Apher Sci. 2019 Feb 1;58(1):83–6.

Diagnosis Inkompatibilitas Rhesus
Prognosis Inkompatibilitas Rhesus
Diskusi Terbaru
dr. Ade Wijaya SpN
Dibalas 6 jam yang lalu
MRI Pasien Stroke Iskemik - ALOPALOOZA
Oleh: dr. Ade Wijaya SpN
1 Balasan
Alodokter, pasien laki2 56 tahun dgn hipertensi dan diabetes mendadak lemah sisi tubuh kanan. MRI DWI memperlihatkan gambaran berikut. Arteri apa yang...
dr. Hudiyati Agustini
Dibalas 9 jam yang lalu
H-7 Webinar ALOMEDIKA: Peran Dokter dalam Persiapan Haji dan Umroh - Selasa, 20 Mei 2025 Pukul 13.00 - 14.30 WIB
Oleh: dr. Hudiyati Agustini
1 Balasan
ALO Dokter!Ikuti ALOMEDIKA Webinar - "Peran Dokter dalam Persiapan Haji dan Umroh" untuk memahami peran strategis dokter dalam menjaga kesehatan para jemaah...
dr.Eurena Maulidya Putri P
Dibalas 10 jam yang lalu
Jurnal Paling Zonk di Bulan Mei 2025😱
Oleh: dr.Eurena Maulidya Putri P
1 Balasan
ALO Dokter!Selalu tinjau bacaan dokter dengan kritis, karena tidak semua penelitian yang dipublikasikan dapat diandalkan!Penelitian terkait efek konsumsi...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.