Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Cerebral Palsy general_alomedika 2024-10-01T15:25:25+07:00 2024-10-01T15:25:25+07:00
Cerebral Palsy
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Cerebral Palsy

Oleh :
dr. Irwan Supriyanto PhD SpKJ
Share To Social Media:

Diagnosis cerebral palsy ditegakkan sebagai diagnosis klinis berdasarkan informasi informasi mengenai riwayat perkembangan dan kelahiran, serta hasil pemeriksaan fisik pasien. Gangguan ini bersifat permanen dan stagnan, sehingga adanya perburukan gejala menggugurkan diagnosis cerebral palsy.[1,9]

Anamnesis

Anamnesis untuk kasus cerebral palsy sebaiknya difokuskan untuk mengidentifikasi faktor risiko dan kemungkinan etiologinya. Riwayat yang digali mencakup riwayat prenatal, kelahiran, dan perkembangan anak.

Riwayat perkembangan yang digali adalah riwayat perkembangan motorik yang mengalami keterlambatan pada masa kanak yang permanen tanpa adanya regresi. Bila terdapat riwayat dalam keluarga dengan karakteristik gangguan yang mirip atau ada gangguan neurologis dalam keluarga yang serupa, maka penyebab genetik perlu dipertimbangkan.

Anamnesis juga menggali gangguan-gangguan komorbid yang mungkin muncul bersama dengan cerebral palsy, termasuk epilepsi, abnormalitas muskuloskeletal, nyeri, gangguan pendengaran dan penglihatan, masalah makan, gangguan komunikasi, dan masalah perilaku.[1,10]

Tabel 2. Gejala Dini Cerebral Palsy

Bayi Usia 3-6 Bulan Kepala jatuh ke belakang ketika diangkat sambil berbaring telentang
Terasa kaku
Terasa lemas
Tampak meregangkan punggung dan leher secara berlebihan ketika dipeluk oleh seseorang
Kaki menjadi kaku dan menyilang atau menggunting saat diangkat
Bayi Usia Di Atas 6 Bulan Tidak berguling ke kedua arah
Tidak bisa menyatukan tangan
Mengalami kesulitan mendekatkan tangan ke mulut
Mengulurkan tangan hanya dengan satu tangan dan tangan lainnya tetap mengepal
Bayi Usia Di Atas 10 Bulan Merangkak dengan posisi miring, mendorong dengan satu tangan dan kaki sambil menyeret tangan dan kaki yang berlawanan
Bergeser dengan bokong atau melompat dengan lutut, tetapi tidak merangkak dengan empat kaki

Sumber: dr. Bedry Qintha, Alomedika, 2024.[5,6]

Gejala Klinis

Terdapat ahli yang berpendapat bahwa diagnosis cerebral palsy lebih dapat diandalkan setelah usia 2 tahun karena tanda dan gejala awal bisa saja merupakan variasi normal atau keterlambatan perkembangan yang hilang seiring usia bayi. Pada beberapa anak, temuan klinis cerebral palsy dapat terus berkembang hingga usia 4-5 tahun.

Gejala utama cerebral palsy meliputi kegagalan untuk mencapai tonggak perkembangan motorik dan menetapnya refleks primitif di luar usia yang diharapkan. Menetapnya refleks primitif ini dapat menghambat perkembangan motorik dan menyulitkan pasien dalam menguasai keterampilan neuromotor yang lebih tinggi. Gangguan neurologis pada sistem motorik dapat ditandai dengan spastisitas, diskinesia, hipotonia, dan ataksia.[6,17]

Tipe Spastik

Spastik diplegia (35%) ditandai dengan kerusakan pada oligodendroglia yang belum matang antara usia kehamilan 20 dan 34 minggu, dengan temuan neuropatologis umum berupa leukomalasia periventrikular. Kedua jalur kortikospinal motorik dan talamokortikal terpengaruh, tetapi sebagian besar anak memiliki fungsi kognitif normal dan prognosis baik untuk pergerakan independen.

Spastik quadriplegia (20%) biasanya terkait dengan kelahiran prematur dan menunjukkan leukomalasia periventrikular yang berat serta ensefalomalasia kortikal multikistik pada neuroimaging. Tipe ini sering disertai dengan keterbatasan fungsional signifikan, defisit kognitif, epilepsi, gangguan visual, dan prognosis buruk untuk pergerakan independen.

Spastik hemiplegia (25%) umumnya terjadi pada bayi lahir cukup bulan dan paling sering disebabkan oleh stroke intrauterin atau perinatal. Sebagian besar anak dengan spastik hemiplegia memiliki kemampuan kognitif normal dan mampu mempertahankan pergerakan independen dan memiliki tingkat kemampuan fungsional yang tinggi.[6,17]

Tipe Ekstrapiramidal

Tipe ekstrapiramidal mencakup fenotipe klinis koreoatetotik, distonik, atau diskinetik. Sebagian besar kasus terjadi pada bayi yang lahir cukup bulan, terkait dengan ensefalopati hipoksik-iskemik, kernikterus, atau gangguan neurometabolik atau neurogenetik.

Anak dengan cerebral palsy ekstrapiramidal memiliki insiden lebih tinggi untuk kondisi terkait seperti defisit kognitif, kejang, masalah perilaku, gangguan tidur, gangguan visual, ataupun gangguan pendengaran.[6,17]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik difokuskan untuk mengidentifikasi tanda-tanda klinis dari cerebral palsy. Pemeriksaan fisik mencakup lingkar kepala, status mental, tonus dan kekuatan otot, postur, refleks (primitif, postural, dan tendon dalam), dan gait.

Tanda dan gejala klinis yang harus dicari mencakup mikroensefali atau makroensefali, iritabilitas yang berlebihan, penurunan interaksi, hipertonia atau hipotonia, spastisitas, distonia, kelemahan otot, persistensi refleks primitif, refleks postural yang tidak ada atau abnormal, inkoordinasi, atau hiperrefleksia.[1,5,6]

Hasil pemeriksaan fisik juga digunakan untuk mengidentifikasi tipe cerebral palsy. Tipe-tipe tersebut adalah:

  • Spastik diplegik: spastisitas dan gangguan motorik lebih banyak mengenai ekstremitas bawah dibanding ekstremitas atas
  • Spastik hemiplegik: spastisitas dan gangguan motorik lebih banyak mengenai satu sisi tubuh, terutama ekstremitas atas
  • Spastik quadriplegik: spastisitas dan gangguan motorik lebih banyak mengenai 4 ekstremitas
  • Diskinetik/hiperkinetik (koreoathetoid): pasien mempunyai gerakan involunter yang eksesif, biasanya kontraksi otot seperti gerakan menari dan menggeliat yang lambat
  • Distonia: pasien mempunyai gerakan involunter, kontraksi otot yang bertahan lama menyebabkan gerakan memutar dan repetitif
  • Ataksia: pasien mempunyai gait yang tidak stabil, inkoordinasi, dan hipotonia[1-3]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding yang perlu dipertimbangkan saat melakukan evaluasi pasien yang dicurigai cerebral palsy adalah spinal muscular atrophy, distonia familial, dan defisiensi arginase.

Spinal Muscular Atrophy

Pada pasien yang lahir dengan spinal muscular atrophy, akan terlihat floppy dan mengalami kelemahan yang progresif tanpa disertai spastisitas, namun dapat terjadi kontraktur. Diagnosis dapat ditegakkan dengan analisis DNA, elektromiografi (EMG), dan biopsi otot.[18]

Distonia Familial

Pada distonia familial, terjadi deformitas otot setelah beberapa tahun perkembangan yang normal. Pasien dengan penyakit ini mengalami kontraksi otot yang bertahan selama beberapa saat dan distonia tanpa kontraktur. Dapat terlihat gerakan yang cepat dan mendadak. Distonia familial bersifat diturunkan dan dapat diperiksa dengan pemeriksaan genetik molekuler.[19]

Defisiensi Arginase

Pada pasien dengan kondisi ini, terjadi spastik displegia yang progresif dan dementia pada masa mendatang. Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan serum asam amino arginine yang meningkat drastis dan peningkatan kadar ammonia.[20]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada anak dengan cerebral palsy meliputi MRI otak, ultrasonografi (USG) kranial, elektroensefalografi (EEG), dan EMG. Pemeriksaan laboratorium tidak secara definitif mendiagnosis cerebral palsy, namun membantu menyingkirkan diagnosis banding.[6,17]

Pencitraan

Pemeriksaan penunjang yang direkomendasikan untuk mengidentifikasi etiologi cerebral palsy adalah MRI karena lebih sensitif mengidentifikasi struktur neuroanatomi dibandingkan CT scan. Pemeriksaan USG kranial juga bisa dilakukan pada neonatus untuk mengidentifikasi adanya perdarahan intraventrikluar, ventrikulomegali, atau leukomalasia periventrikular.[1,5,10,11]

EEG dan EMG

EEG wajib dilakukan pada anak dengan riwayat kejang atau apabila anak tidak mencapai perkembangan sesuai dengan standar yang berlaku. Tujuan utama EEG adalah mendeteksi adanya epilepsi serta membantu menentukan jenis dan penyebabnya. EMG dan tes konduksi saraf dilakukan untuk membantu menemukan gangguan otot atau persarafan.[1,5,10,11]

Pemeriksaan Laboratorium

Karena salah satu etiologi cerebral palsy adalah stroke, maka pasien juga perlu menjalani skrining thrombofilia. Koagulasi pro-trombotik ditemukan pada 50-60% pasien dengan riwayat stroke.[1,10]

Instrumen Untuk Menilai Kemampuan Motorik

Beberapa instrumen bisa digunakan untuk menilai kemampuan motorik pada bayi. Gross Motor Function Classification System (GMFCS) digunakan untuk menilai keterampilan motorik kasar dan kemampuan berjalan pada anak usia 2-18 tahun. Manual Ability Classification System (MACS) digunakan untuk menilai penggunaan tangan dan ekstremitas atas pada anak usia 4-18 tahun.

Communication Function Classification System (CFCS) digunakan untuk menilai kemampuan komunikasi sehari-hari. Eating and Drinking Ability Classification System (EDACS) menilai kemampuan makan dan minum pada anak usia 3 tahun ke atas.[1,5,6,12]

Tabel 3. Klasifikasi Fungsional Cerebral Palsy

Level GMFCS MACS CFCS EDACS
1 Berjalan tanpa hambatan Mengambil objek dengan mudah Memberi dan menerima secara efektif Makan dan minum baik dan efisien
2 Berjalan dengan hambatan Mengambil kebanyakan objek dengan kecepatan yang berkurang Memberi dan menerima secara efektif namun melambat Makan dan minum dengan baik, namun efisiensi berkurang
3 Berjalan dengan memegang alat bantu Kesulitan mengambil objek, membantu mempersiapkan atau memodifikasi aktivitas Menerima dan memberi dengan efektif tetapi pada rekan yang familiar Makan dan minum kurang baik, dapat ditemukan hambatan efisiensi
4 Mobilitas diri terhambat Mengambil objek secara terbatas dalam situasi adaptif Menerima dan memberi secara inkonsisten pada rekan yang familiar Makan dan minum dengan hambatan signifikan
5 Diperlukan kursi roda Tidak dapat mengambil objek Jarang menerima dan memberi secara efektif dengan rekan yang familiar Tidak dapat makan dan minum dengan baik, perlu dipertimbangkan alat bantu makan.

Sumber: dr. Bedry Qintha, Alomedika, 2024.[6]

 

Penulisan pertama oleh: dr. Adrian Prasetio

Referensi

1. Hallman-Cooper JL, Rocha Cabrero F. Cerebral Palsy. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538147/
2. WHO. International Classification of Disease 11 for Mortality and Morbidity Statistic. 2019. https://icd.who.int/browse11/l-m/en
3. Upadhyay J, Tiwari N, Ansari MN. Cerebral palsy: Aetiology, pathophysiology and therapeutic interventions. Clin Exp Pharma Physio 2020;47:1891–901.
5. Hoei-Hansen CE, Weber L, Johansen M, Fabricius R, Hansen JK, Viuff ACF, et al. Cerebral Palsy - Early Diagnosis and Intervention Trial: protocol for the prospective multicentre CP-EDIT study with focus on diagnosis, prognostic factors, and intervention. BMC Pediatr 2023;23:544.
6. Patel DR, Neelakantan M, Pandher K, Merrick J. Cerebral palsy in children: a clinical overview. Transl Pediatr 2020;9:S125–35.
9. Paul S, Nahar A, Bhagawati M, Kunwar AJ. A Review on Recent Advances of Cerebral Palsy. Oxid Med Cell Longev 2022;2022:2622310.
10. Morgan C, Fahey M, Roy B, Novak I. Diagnosing cerebral palsy in full-term infants. J Paediatr Child Health 2018;54:1159–64.
11. McLean G, Razak A, Ditchfield M, Lombardo P, Malhotra A. Evaluation of a Cranial Ultrasound Scoring System for Prediction of Abnormal Early Neurodevelopment in Preterm Infants. Newborn 2023;2:122–7. https://www.newbornjournal.org/doi/JNB/pdf/10.5005/jp-journals-11002-0062
12. Kapil N, Majmudar-Sheth B, Johnson T. Hammersmith Infant Neurological Examination Subscores Are Predictive of Cerebral Palsy. Pediatric Neurology 2024;151:84–9.
17. Sadowska M, Sarecka-Hujar B, Kopyta I. Cerebral Palsy: Current Opinions on Definition, Epidemiology, Risk Factors, Classification and Treatment Options. Neuropsychiatr Dis Treat. 2020 Jun 12;16:1505-1518. doi: 10.2147/NDT.S235165.
18. Nishio H, Niba ETE, Saito T, Okamoto K, Takeshima Y, Awano H. Spinal Muscular Atrophy: The Past, Present, and Future of Diagnosis and Treatment. Int J Mol Sci. 2023 Jul 26;24(15):11939. doi: 10.3390/ijms241511939.
19. Pozojevic J, Beetz C, Westenberger A. The importance of genetic testing for dystonia patients and translational research. J Neural Transm (Vienna). 2021 Apr;128(4):473-481. doi: 10.1007/s00702-021-02329-9.
20. Morales A, Sticco KL. Arginase Deficiency. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482365/

Epidemiologi Cerebral Palsy
Penatalaksanaan Cerebral Palsy

Artikel Terkait

  • Pencegahan Cerebral Palsy pada Asfiksia Neonatorum
    Pencegahan Cerebral Palsy pada Asfiksia Neonatorum
  • Pemberian Magnesium Sulfat Sebelum Persalinan Preterm untuk Mencegah Cerebral Palsy
    Pemberian Magnesium Sulfat Sebelum Persalinan Preterm untuk Mencegah Cerebral Palsy
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 05 Agustus 2024, 09:39
Apakah boleh pasien dengan cerebral palsy mendapatkan vaksin polio OPV?
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alodok, izin bertanya apakah boleh pasien dengan cerebral palsy mendapatkan vaksin polio opv saat PIN di posyandu?
Anonymous
Dibalas 17 April 2024, 12:43
Pemeriksaan penunjang cerebral palsy di puskesmas
Oleh: Anonymous
1 Balasan
halo dokter, mohon izin bertanya, jika ditemukan pasien anak dengan cerebral palsy di puskesmas bagaimana pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan di...
Anonymous
Dibalas 13 September 2022, 08:25
Faktor resiko cerebral palsy pada neonatus kurang bulan dengan periodic apnea
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter, saya memiliki pasien neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan dengan riwayat asfiksia neonatorum datang dengan kondisi periodic apnea. Izin...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.