Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Hipotensi Ortostatik general_alomedika 2023-05-12T10:37:57+07:00 2023-05-12T10:37:57+07:00
Hipotensi Ortostatik
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Hipotensi Ortostatik

Oleh :
dr. Reren Ramanda
Share To Social Media:

Diagnosis hipotensi ortostatik didapatkan dari perubahan tekanan darah sistolik minimal 20 mmHg atau diastolik minimal 10 mmHg yang diukur dan dibandingkan setelah 3 menit berdiri dari posisi berbaring. Posisi berbaring yang dimaksud adalah supine selama 5 menit atau pada meja pemeriksaan dengan tinggi kepala 60 derajat.[1,4,9]

Anamnesis

Anamnesis untuk hipotensi ortostatik dapat meliputi keluhan rasa kepala yang ringan (lightheadedness), pusing mengambang (dizziness), penglihatan kabur, bahkan sinkop. Keluhan lain, seperti nyeri kepala, nyeri tengkuk, dan kelemahan tungkai (leg buckling) lebih jarang terjadi. Selain itu, gangguan kognitif saat berdiri juga ditemukan pada usia di atas 60 tahun.

Pada pasien dengan penyakit vaskular seperti stenosis arterial, gejala dapat berupa iskemia pada organ tertentu, seperti angina pektoris serta mual atau nyeri abdomen. Penting juga untuk menanyakan posisi saat keluhan terjadi atau kegiatan yang sedang dilakukan saat keluhan timbul. Namun, perlu diingat bahwa pada hipotensi ortostatik dapat bersifat asimptomatik pada kebanyakan pasien.[4,6,7]

Riwayat penyakit yang berkaitan dengan etiologi dan faktor risiko hipotensi ortostatik, seperti parkinson, ataksia serebelar, dan diabetes mellitus juga harus ditanyakan.[3,4,6,7]

Anamnesis juga meliputi obat-obatan yang sedang dikonsumsi pasien. Jenis obat-obatan tertentu dapat berisiko menimbulkan hipotensi ortostatik, antara lain diuretik, seperti furosemide dan spironolactone; alpha blockers, seperti prazosin dan tamsulosin; beta blockers, seperti atenolol; dan nitrat, seperti nitrogliserin.

Calcium channel blockers dan angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitors kurang berisiko hipotensi ortostatik daripada obat lain yang mengganggu aktivitas simpatis. Selain itu, agen sedatif, hipnotik, obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), neuroleptik, dan antidepresan juga ditemukan memiliki kaitan dengan hipotensi ortostatik.[4,6,7]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan tekanan darah merupakan pemeriksaan fisik utama untuk menegakkan hipotensi ortostatik. Pemeriksaan dilakukan dengan membandingkan tekanan darah diastolik dan sistolik pada posisi berbaring dan berdiri. Lama berbaring pada posisi supine adalah 5 menit atau pada meja pemeriksaan setinggi 60 derajat. Sedangkan posisi berdiri adalah 3 menit.

Hipotensi ortostatik didapatkan bila terdapat perbedaan tekanan darah sistolik sebanyak 20 mmHg atau 10 mmHg untuk diastolik. Mengingat pasien hipotensi ortostatik dapat asimptomatik, pemeriksaan sederhana ini terutama dilakukan sebagai skrining pada pasien dengan faktor risiko, yaitu usia lanjut, pasien yang mengonsumsi obat antihipertensi dan obat lain yang berkaitan dengan hipotensi ortostatik, pasien dengan diabetes, dan pasien dengan kelainan neurologis, seperti Parkinson.[4,9]

Selain itu, pemeriksaan fisik lainnya yang berkaitan dengan gangguan kardiovaskular dan neurologi juga perlu dilakukan. Misalnya pulsasi nadi lemah, pola napas Cheyne-Stokes, narrow pulse pressure, dan orthopnea pada pasien gagal jantung.[3,4,10,11]

Pemeriksaan Tanda Vital Ortostatik

Tanda vital ortostatik sangat penting dilakukan untuk mendiagnosis hipotensi ortostatik. Berikut langkah-langkah pemeriksaan tanda vital ortostatik:

  1. Pastikan area pemeriksaan aman bagi pasien, terutama pasien dengan risiko sinkop
  2. Minta pasien untuk beristirahat dalam posisi berbaring terlentang
  3. Lakukan pemeriksaan tekanan darah dan detak jantung
  4. Setelah lima menit, minta pasien untuk berdiri dengan tenang
  5. Lakukan pemeriksaan tekanan darah dan denyut jantung pada menit pertama, ketiga, dan kelima dan catat keluhan pasien saat berdiri[4,7]

Jika ada penurunan tekanan darah sistolik 20 mmHg atau penurunan tekanan darah diastolik 10 mmHg, seseorang dapat didiagnosis sebagai penderita hipotensi ortostatik.[4,7]

Kriteria Diagnosis Hipotensi Ortostatik

Kriteria diagnostik hipotensi ortostatik adalah penurunan tekanan darah sistolik minimal 20 mmHg atau tekanan darah diastolik minimal 10 mmHg dalam waktu 3 menit saat berdiri atau saat kepala ditinggikan lebih dari >60° saat berbaring. Pada pasien hipertensi, penurunan tekanan darah sistolik sebanyak 30 mmHg dinilai lebih akurat untuk mendiagnosis hipotensi ortostatik.[5]

Head-Up Tilt-Table Testing

Pemeriksaan tilt-table testing dilakukan pada ruangan yang tenang dengan suhu antara 20°C hingga 24°C. Pasien berbaring istirahat posisi supine selama lima menit sebelum pemeriksaan dimulai. Denyut jantung harus dipantau terus-menerus dan automated device juga harus digunakan untuk mengukur tekanan darah dalam interval tertentu.[12,13]

Meja kemudian perlahan diangkat dalam sudut antara 60 dan 80 derajat selama 5 menit. Pemeriksaan dinyatakan positif bila tekanan darah sistolik turun 20 mmHg dibawah baseline atau tekanan darah diastolik turun 10 mmHg dibawah baseline.[12,13]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding hipotensi ortostatik antara lain sinkop vasovagal, sindom takikardia ortostatik, dan sindrom sinus karotis.

Sinkop Vasovagal

Sinkop vasovagal dan hipotensi ortostatik sama-sama dapat menyebabkan penurunan tekanan darah dan sinkop. Sinkop vasovagal dapat terjadi secara tiba-tiba pada pasien dengan refleks baroreseptor yang baik. Keluhan sering terjadi karena dipicu oleh rasa nyeri, seperti karena disuntik, pengambilan darah, atau memiliki stimulus emosional.[1]

Faktor pembeda antara vasovagal sinkop dan hipotensi ortostatik neurogenik adalah kecepatan penurunan tekanan darah. Pada pasien vasovagal sinkop, pasien akan mengalami penurunan tekanan darah dalam beberapa menit setelah tes kemiringan tegak lurus (tilt table testing). Kondisi ini sering berhubungan dengan bradikardia relatif dan gejala prodromal seperti diaforesis, nausea, dan rasa hangat. Pada hipotensi ortostatik, penurunan tekanan darah langsung terjadi saat tes dimulai.[7]

Kedua keadaan tersebut berbeda seperti analogi batu yang turun perlahan melalui turunan dan batu yang jatuh tiba-tiba di dalam jurang.[7]

Sindrom Takikardia Ortostatik

Sindrom takikardia ortostatik ditandai dengan takikardia ortostatik. Keadaan ini terjadi akibat peningkatan jumlah volume cairan di ekstremitas bawah yang menyebabkan denyut jantung meningkat hingga lebih dari 30 denyut lebih besar daripada normal, sebagai mekanisme kompensasi untuk mengalirkan darah ke otak.[1]

Kondisi ini dapat dibedakan dengan jelas pada hipotensi ortostatik melalui pemeriksaan denyut jantung. Denyut jantung pasien sindrom takikardia ortostatik meningkat saat berdiri, sedangkan denyut jantung pasien hipotensi ortostatik dapat saja normal dan menurun saat sinkop.[1]

Sindrom Sinus Karotis

Sindrom sinus karotis adalah sinkop yang dimediasi secara neurologis. Diagnosis sindrom sinus karotis dapat ditegakkan apabila ada asistol lebih dari 3 detik atau tekanan darah sistolik menurun sebanyak 50 mmHg, atau keduanya. Gejala dapat muncul dengan pijatan sinus karotis.[5]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang diperlukan untuk mengeksklusi penyebab lain hipotensi ortostatik selain hipovolemia dan fenomena venous pooling, seperti faktor neurogenik. Pemeriksaan penunjang yang dimaksud, antara lain:

Autonomic Reflex Screen

Autonomic reflex screen terdiri dari sejumlah pemeriksaan yaitu the quantitative sudomotor axon reflex test (QSART), pemeriksaan fungsi kardiovagal, dan pemeriksaan fungsi adrenergik. QSART mengevaluasi volume postganglionic di lengan atas dan 3 tempat di kaki. Kemudian diukur variasi detak jantung dan pemeriksaan rasio valsava untuk memeriksa fungsi kardiovagal.[1]

Untuk mengevaluasi refleks adrenergik, dilakukan evaluasi denyut demi denyut tekanan darah dan respons denyut jantung pada manuver valsava dan posisi kepala head up tilt. Autonomic reflex screen bermanfaat untuk menentukan beratnya dan distribusi sudomotor, kardiovagal, dan kegagalan adrenergik.[1]

Tes Keringat Termoregulasi

Tes keringat termoregulasi dilakukan dengan mengevaluasi distribusi anhidrosis. Pola anhidrosis dapat sangat membantu. Keadaan length-dependent neuropathy memiliki karakteristik hilangnya keringat di bagian distal dan otonom ganglionopati autoimun memiliki karakteristik hilangnya keringat pada regional tertentu. Sedangkan kegagalan otonom murni memiliki keadaan global anhidrosis. Menggabungkan antara tes keringat termoregulasi dengan QSART juga dapat menentukan perkiraan lokasi lesi.[1]

Kadar Natrium pada Urine 24 Jam

Pemeriksaan kadar natrium pada urine 24 jam dilakukan untuk identifikasi apakah intake cairan dan natrium pasien sudah sesuai. Volume urine yang dianggap sesuai adalah sejumlah 1,500 hingga 2,500 mL urine dalam 24 jam. Sedangkan kadar natrium dalam urine yang dianggap sesuai adalah >170 mmol/24 jam.[1]

Pemeriksaan Laboratorium Lainnya

Selain itu, perlu juga dilakukan pemeriksaan laboratorium, seperti pemeriksaan glukosa darah untuk menyingkirkan diabetes. Selain itu, pemeriksaan aspirasi lemak dan protein serta imunoelektrofotoretogram juga dapat dilakukan untuk menyingkirkan amiloidosis, dan pemeriksaan darah untuk menyingkirkan porfiria dan defisiensi vitamin B12.[1,5]

 

 

Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli

Referensi

1. Low. PA and Tomalia, VA. Orthostatic Hypotension: Mechanisms, Causes, Management. Orthostatic Hypotension: Mechanisms, Causes, Management. J Clin Neurol 2015;11(3):220-226. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4507375/pdf/jcn-11-220.pdf
2. Arnold AC and Raj SR. Orthostatic Hypotension: A Practical Approach to Investigation and Management. Can J Cardiol. 2017 Dec;33(12):1725-1728. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5693784/pdf/nihms877430.pdf
3. BMJ. orthostatic hypotension. 2019. https://bestpractice.bmj.com/topics/en-us/972
4. Ringer M, Lappin SL. Orthostatic Hypotension. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448192/
5. Joseph, A et al. Orthostatic hypotension: A review. Nephrol Ther. 2017 Apr;13 Suppl 1:S55-S67. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/28577744
6. Mudamakin,JRGA et al. Risiko hipotensi ortostatik pada pasien geriatri dengan hipertensi di Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Kabupaten Singaraja, Propinsi Bali. MEDICINA 2018, Volume 49, Number 2: 227-231.
7. Jones, PK et al. Orthostatic hypotension: managing a difficult problem. Expert Rev Cardiovasc Ther. 2015;13(11):1263–1276. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4883667/#!po=3.84615
9. Fessel, Joshua and Robertson, David. Orthostatic Hypertension: When Pressor Reflexes Overcompensate. Medscape. Nat Clin Pract Nephrol. 2006;2(8):424-431. https://www.medscape.com/viewarticle/543590_7
10. Srivastav,S et al. Valsalva Maneuver. Statpearl. 2019. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537248/
11. Pstras, L. et al. The Valsalva manoeuvre: physiology and clinical examples. Acta Physiol (Oxf). 2016 Jun;217(2):103-19. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26662857
12. Lanier,JB et al. Evaluation and Management of Orthostatic Hypotension. Am Fam Physician. 2011 Sep 1;84(5):527-536. https://www.aafp.org/afp/2011/0901/p527.html
13. Kocyigit, SE et al. What is the relationship between frailty and orthostatic hypotension in older adults?. J Geriatr Cardiol. 2019 Mar;16(3):272-279. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6500562/

Epidemiologi Hipotensi Ortostatik
Penatalaksanaan Hipotensi Ortost...

Artikel Terkait

  • Fludrocortisone Sebagai Terapi Hipotensi Ortostatik
    Fludrocortisone Sebagai Terapi Hipotensi Ortostatik
Diskusi Terbaru
Anonymous
Dibalas 1 jam yang lalu
Seftriaxon 250 mg Injeksi IM harus di larutkan Nacl 0.9% atau Aquabides berapa ml ya dok ?
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Maaf dok, izin bertanya bila ada pasien gonore. Lalu mau diberikan Injeksk Ceftriaxon.  Seftriaxon 250 mg Injeksi IM harus di larutkan Nacl 0.9% atau...
Anonymous
Dibalas 09 Mei 2025, 16:20
Pemberian cotrimoksazol pada pasien Hiv-TB
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Halo dok, izin diskusi. Saya ada pasien tb dan juga terdiagnosis hiv. Hiv (+) lewat RDT saja tanpa cek cd4. Sudah di berikan arv dan cotrimoksazol 1x960mg....
Anonymous
Dibalas 09 Mei 2025, 16:09
Pemberian VAR dan SAR pada pasien terduga rabies
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, selamat sore. Saya ingin bertanya apakah pemberian VAR/SAR dapat diberikan pada pasien dengan risiko tinggi rabies yang kejadian tergigit hewan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.