Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Gangguan Disforik Pramensturasi annisa-meidina 2024-02-05T11:17:02+07:00 2024-02-05T11:17:02+07:00
Gangguan Disforik Pramensturasi
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Gangguan Disforik Pramensturasi

Oleh :
dr.Giovanny Azalia Gunawan
Share To Social Media:

Penatalaksanaan untuk gangguan disforik pramenstruasi atau premenstrual dysphoric disorder dapat berupa terapi farmakologis seperti antidepresan atau anxiolytic maupun terapi nonfarmakologis seperti perubahan gaya hidup dan cognitive-behavioral therapy atau CBT.[2,3,15,18]

Terapi Nonfarmakologis

Terapi nonfarmakologis merupakan lini pertama untuk tata laksana gangguan disforik pramenstruasi (GDPM). Pada kasus ringan, terutama pada pasien yang tidak ingin menggunakan farmakoterapi, terapi nonfarmakologis dapat dijalani tanpa obat-obatan. Terapi ini mencakup perubahan gaya hidup (diet, aktivitas fisik), relaksasi, dan CBT.[19]

Perubahan Gaya Hidup

Olahraga aerobik dengan intensitas moderat yang dilakukan secara teratur dilaporkan dapat mengurangi gejala-gejala GDPM, terutama yang berkaitan dengan depresi dan retensi cairan. Olahraga berkaitan dengan peningkatan endorfin dan perubahan yang positif pada fisiologi tubuh.[2,3,15,18]

Pasien GDPM juga harus menyesuaikan dietnya. Pasien sebaiknya mengurangi kafein (mengurangi gejala jittery atau tidak tenang) dan membatasi garam untuk mengurangi retensi cairan. Alkohol juga sebaiknya dihindari. Sementara itu, makanan yang kaya karbohidrat kompleks dapat dikonsumsi karena dilaporkan dapat mengurangi gejala GDPM dalam studi klinis.[2,3,15,18]

Suplemen nutrisi berupa vitamin B6 100 mg/hari juga dilaporkan dapat bermanfaat bagi pasien GDPM dan dianjurkan oleh Royal College of Obstetricians and Gynaecologists (RCOG) dalam pedoman klinis GDPM.[19]

Cognitive Behavioral Therapy atau CBT

Terapi ini melatih pasien untuk mengenali pola pikir yang ekstrem atau negatif (yang diperkirakan menjadi dasar keluhan) dan menggantinya dengan pandangan yang lebih adaptif. CBT untuk pasien GDPM mencakup kontrol amarah, penghentian pikiran, dan reduksi emosi negatif melalui restrukturisasi kognitif.[19]

Teknik Relaksasi

Relaksasi dapat dilakukan dengan pengulangan kata-kata, frase, suara, atau aktivitas otot untuk menenangkan diri dan memperlambat laju napas dan denyut jantung. Teknik relaksasi saat ini masih menunjukkan bukti yang inkonsisten dalam terapi GDPM tetapi dilaporkan dapat digunakan sebagai terapi tambahan untuk terapi lainnya.[19]

Terapi Farmakologis

Terapi farmakologis mencakup pemberian antidepresan golongan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI). Terapi lain dapat berupa anxiolytic maupun terapi hormonal. Terapi farmakologis umumnya dianjurkan untuk kasus yang sedang hingga berat dan kasus yang tidak merespons terapi nonfarmakologis.[2,3,15,18]

Antidepresan

Antidepresan golongan SSRI merupakan pilihan medikamentosa untuk kasus GDPM. Obat yang sering digunakan adalah fluoxetine 20 mg/hari. Selain itu, paroxetine dengan dosis 10–30 mg/hari juga dilaporkan dapat memperbaiki mood dan gejala fisik pada GDPM. Opsi lain mencakup sertraline 50–150 mg/hari. Golongan SSRI ini umumnya digunakan selama 1–2 bulan.[2,3,15,18]

Anxiolytic

Studi melaporkan bahwa alprazolam efektif mengatasi kecemasan pada pasien GDPM. Alprazolam hanya boleh diberikan dosis rendah, yaitu 0,375–1,5 mg/hari. Risiko efek samping dapat dikurangi dengan penggunaan hanya selama fase luteal dan hanya sebagai opsi kedua jika antidepresan gagal memperoleh respons optimal.[2,3,15,18]

Terapi Hormonal

Pil kontrasepsi berisi kombinasi drospirenone dan ethinyl estradiol disetujui oleh FDA untuk terapi GDPM pada wanita yang memang ingin menggunakan kontrasepsi oral. Pil kombinasi ini dilaporkan dapat mengurangi skor keparahan gejala dalam catatan harian pasien GDPM.[19]

Analog gonadotropin-releasing hormone (GnRH) dilaporkan dapat mengurangi gejala GDPM. Namun, analog GnRH berisiko tinggi menyebabkan osteoporosis jika dipakai >6 bulan berturut-turut, sehingga kegunaannya terbatas. Analog GnRH hanya ditujukan untuk GDPM parah yang tidak merespons terapi nonfarmakologis dan farmakologis lain yang telah disebutkan.[19]

Pembedahan

Pada wanita yang tidak merespons terapi apa pun dan memang sudah tidak berencana hamil, tindakan bedah berupa oophorectomy dapat dipertimbangkan. Studi melaporkan bahwa gejala umumnya tidak mengalami rekurensi setelah oophorectomy.[19]

Referensi

2. Carlini SV, et al. Management of Premenstrual Dysphoric Disorder: A Scoping Review. International Journal of Women’s Health. 2022;14:1783-1801.
3. Nappi RE, et al. Premenstrual Syndrome and Premenstrual Dysphoric Disorder as Centrally Based Disorders. Endocrines. 2022;3:127-138.
15. Chan K, et al. Exploring Diagnosis and Treatment of Premenstrual Dysphoric Disorder in the U.S. Healthcare System: A Qualitative Investigation. BMC Women’s Health. 2023;23:272.
18. Carlini SV, et al. Evidence-Based Treatment of Premenstrual Dysphoric Disorder: A Concise Review. J Clin Psychiatry. 2020;8:1-2.
19. Htay TT. Premenstrual Dysphoric Disorder. Medscape. 2021. https://emedicine.medscape.com/article/293257-clinical

Diagnosis Gangguan Disforik Pram...
Prognosis Gangguan Disforik Pram...
Diskusi Terbaru
Anonymous
Dibalas 2 jam yang lalu
Antibiotik selulitis sudah 10 hari namun belum sembuh pada pasien DM, perlukah dilanjutkan?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter, ingin mendiskusikan pasien saya, lansia dengan keluhan luka di tungkai bawah kananLuka awalnya tanggal 18 karena jatuh, kemudian tgl 24 mengeluh...
Anonymous
Dibalas 1 jam yang lalu
Diagnosis yang tepat untuk lemah separuh badan
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, saya dapat pasien masuk IGD datang dengan keluhan anggota gerak sisi kanan tidak bisa digerakkan tiba2 sejak 1 hari SMRS. awalnya pasien...
Anonymous
Dibalas 13 jam yang lalu
Bisakah menegakkan pneumonia pada bayi <1 tahun tanpa demam dan batuk?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter. Saya dokter klinik, memiliki pasien bayi 21 hari dengan RR 61x/menit dan tarikan dinding dada. Riwayat sedang pilek. Demam, batuk disangkal oleh...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.