Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Etiologi Gangguan Disforik Pramensturasi annisa-meidina 2024-02-05T11:06:24+07:00 2024-02-05T11:06:24+07:00
Gangguan Disforik Pramensturasi
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Etiologi Gangguan Disforik Pramensturasi

Oleh :
dr.Giovanny Azalia Gunawan
Share To Social Media:

Etiologi gangguan disforik pramenstruasi atau premenstrual dysphoric disorder pada umumnya tidak diketahui secara pasti, tetapi dapat dipengaruhi oleh faktor hormonal, faktor serotonin, dan faktor psikososial. Hal-hal yang dinilai menjadi faktor risiko adalah riwayat gangguan disforik pramenstruasi dalam keluarga, stres, obesitas, dan riwayat pelecehan seksual.[2,3]

Perubahan Hormonal

Perubahan aktivitas serotoninergik di dalam otak memegang peranan penting terhadap terjadinya gangguan disforik pramenstruasi (GDPM) pada wanita usia reproduktif. Hormon estrogen dan progesteron dari ovarium juga ikut mengatur kadar monoamin termasuk kadar serotonin. Menurut teori saat ini, adanya ketidakseimbangan hormonal maupun perubahan proses biokimia yang melibatkan serotonin di otak dapat memicu terjadinya GDPM.[3,6]

Pengaruh Psikososial

Terjadinya gangguan disforik pramenstruasi diperkirakan berhubungan dengan kondisi psikologis, misalnya adanya konflik internal wanita tentang femininitas atau kehidupan sebagai ibu maupun adanya metode coping maladaptif terkait premenstrual syndrome (PMS). Adanya tekanan sosial dan riwayat trauma psikologis juga diperkirakan bisa berpengaruh, tetapi belum diketahui dengan jelas.[3,6]

Faktor Risiko

Ada beberapa faktor risiko GDPM, misalnya faktor genetik, stres, obesitas, dan riwayat trauma akibat pelecehan seksual.

Faktor Genetik

Dalam suatu survei, sekitar 70% anak perempuan dari ibu yang mengalami PMS dilaporkan mengalami PMS, sehingga PMS diduga berkaitan dengan faktor genetik. Riwayat keluarga dengan depresi juga sering ditemukan pada wanita dengan gejala GDPM, khususnya gejala depresi.[2,3,6]

Stres

Stres merupakan respons nonspesifik terhadap stressor untuk tetap mempertahankan homeostasis tubuh. Berbagai faktor yang dapat menyebabkan stres yaitu lingkungan kerja dan tuntutan kerja, tuntutan pendidikan, dan tuntutan sosial lainnya. Stres dapat memicu produksi hormon kortisol di mana hormon ini dapat menghambat sensitivitas organ terhadap estrogen yang merupakan protektor terhadap depresi.[3,7]

Obesitas

Obesitas, terutama yang dialami sebelum usia reproduktif, memengaruhi fase pubertas dan periode menstruasi. Hal ini berhubungan dengan efek negatif psikososial dan memiliki efek terhadap kesehatan saat dewasa. Hormon yang berhubungan dengan obesitas seperti leptin, kisspeptin, dan insulin memengaruhi aksis hipotalamus-pituitari. Pada obesitas, ada perubahan berbagai hormon yang dapat mencetuskan terjadinya gangguan pada menstruasi termasuk GDPM.[3,8]

Riwayat Trauma dan Pelecehan Seksual

Riwayat trauma bisa menjadi salah satu faktor risiko GDPM. Adanya trauma, termasuk trauma akibat pelecehan seksual yang pernah dialami sebelumnya, berhubungan erat dengan gangguan mental pada kehidupan selanjutnya yang dipengaruhi oleh aktivitas aksis hipotalamus-pituitari. Trauma ini bisa meningkatkan risiko GDPM.[9]

Referensi

2. Carlini SV, et al. Management of Premenstrual Dysphoric Disorder: A Scoping Review. International Journal of Women’s Health. 2022;14:1783-1801.
3. Nappi RE, et al. Premenstrual Syndrome and Premenstrual Dysphoric Disorder as Centrally Based Disorders. Endocrines. 2022;3:127-138.
6. Mishra S, et al. Premenstrual Dysphoric Disorder. StatPearls Publishing. 2023.
7. Yulianingsih R, et al. Stres Kerja Perawat Meningkatkan Gejala Sindrom Pramenstruasi di Rumah Sakit X Bekasi. Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia. 2020;4(1):7-16.
8. Itriyeva K. The Effects of Obesity on the Menstrual Cycle. Current Problems in Pediatric and Adolescent Health Care. 2022;52(8):101241.
9. Kulkarni J, et al. The Prevalence of Early Life Trauma in Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD). Psychiatry Research. 2022;308:114381.

Patofisiologi Gangguan Disforik ...
Epidemiologi Gangguan Disforik P...
Diskusi Terbaru
Anonymous
Dibalas 2 jam yang lalu
Antibiotik selulitis sudah 10 hari namun belum sembuh pada pasien DM, perlukah dilanjutkan?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter, ingin mendiskusikan pasien saya, lansia dengan keluhan luka di tungkai bawah kananLuka awalnya tanggal 18 karena jatuh, kemudian tgl 24 mengeluh...
Anonymous
Dibalas 1 jam yang lalu
Diagnosis yang tepat untuk lemah separuh badan
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, saya dapat pasien masuk IGD datang dengan keluhan anggota gerak sisi kanan tidak bisa digerakkan tiba2 sejak 1 hari SMRS. awalnya pasien...
Anonymous
Dibalas 13 jam yang lalu
Bisakah menegakkan pneumonia pada bayi <1 tahun tanpa demam dan batuk?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter. Saya dokter klinik, memiliki pasien bayi 21 hari dengan RR 61x/menit dan tarikan dinding dada. Riwayat sedang pilek. Demam, batuk disangkal oleh...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.