Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Kanker Ovarium general_alomedika 2023-02-27T14:05:26+07:00 2023-02-27T14:05:26+07:00
Kanker Ovarium
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Kanker Ovarium

Oleh :
dr. Novita
Share To Social Media:

Patofisiologi kanker ovarium masih belum diketahui secara pasti. Meski demikian, terdapat beberapa teori yang diduga berperan dalam terjadinya kanker ovarium, yakni teori ovulasi incessant, teori two-pathways, dan teori tuba falopi.[1,3]

Teori Ovulasi Incessant

Kanker ovarium pada mulanya selalu berasal dari lapisan epitel dari permukaan sel-sel ovarium. Selama proses ovulasi, permukan sel epitel mengalami trauma, yang nantinya akan diperbaiki dengan cepat dan secara otomatis. Selama siklus hidup wanita, ovulasi terjadi berulang kali yang menyebabkan trauma berulang pada epitel, sehingga menyebabkan terjadinya kerusakan seluler DNA.

Sel-sel epitel yang mengalami kerusakan DNA sangat rentan terhadap perubahan yang dapat memfasilitasi terjadinya invaginasi pada stroma kortikal. Invaginasi ini pada akhirnya akan terjebak dan membentuk bola sel epitel di dalam stroma yang disebut dengan kista inklusi kortikal. Sementara itu, di dalam ovarium sel epitel terpapar dengan hormon ovarium yang menstimulasi terjadinya proliferasi sel, sehingga terbentuklah sel kanker.

Kelemahan dari teori ini adalah tidak dapat menjelaskan beberapa tipe histologik lain dari kanker ovarium. Selain itu, teori ini kontradiktif pada pasien dengan kondisi sindrom ovarium polikistik (PCOS), yang memiliki siklus ovulasi lebih sedikit tapi memiliki risiko tinggi untuk mengalami kanker ovarium.[3]

Teori Tuba Falopi

Berdasarkan teori ini, diduga lesi prekursor dari kanker ovarium berasal dari tuba falopi. Pada 50% tuba falopi wanita yang memiliki mutasi pada gen BRCA 1/2 mengalami displasia epitelial. Displasia epitelial atau disebut dengan Karsinoma Intraepitelial Tubal (TIC) ini memiliki karakteristik histologik yang serupa dengan karsinoma ovarium tipe serosa derajat tinggi (high grade serous ovarian carcinoma) dan kanker peritoneum tipe serosa derajat tinggi.

Pada pasien dengan kanker ovarium yang disertai dengan displasia epitelial pada tuba falopi, ditemukan bahwa pada ovarium yang sehat (kontralateral) tidak ditemukan adanya kelainan histologik ataupun morfologik, sehingga dapat disimpulkan bahwa tuba falopi merupakan lesi prekursor kanker yang kemudian menyebar ke ovarium. Selain adanya keterlibatan dari mutasi gen BRCA, mutasi gen TP53 juga diduga berperan dalam terjadinya TIC. Ekspresi dari TP53 merupakan respon dari kerusakan DNA pada sel epitelial pada tuba akibat paparan dari sitokin dan oksidan.[3]

Teori Two-Pathways

Berdasarkan teori ini, kanker ovarium terbagi menjadi 2 tipe, yakni tipe I dan tipe II. Kanker ovarium tipe I terdiri dari serosa derajat rendah, musinosa, endometrioid, clear cell, dan tipe histologik transisional. Kanker ovarium tipe II terdiri dari serosa derajat tinggi, undifferentiated, dan tipe histologik karsinosarkoma.

Pada kanker ovarium tipe I, lesi prekursor diduga berasal dari ovarium, bersifat jinak, secara genetik stabil, dan pertumbuhan kanker sifatnya lambat. Patogenesisnya pun bersifat tradisional, permukaan ovarium menerima stimulasi proliferasi dari lingkungan, dan terjadi perubahan menjadi sel kanker. Mutasi genetik yang paling sering ditemukan pada tipe I yakni mutasi KRAS dan BRAF, keduanya mengaktivasi jalur onkogenik MAPK.[3]

Pada kanker ovarium tipe II, lesi prekursor berasal dari luar ovarium, salah satunya yakni tuba falopi. Kanker umumnya bersifat ganas, secara genetik tidak stabil, dan pertumbuhan kanker sifatnya cepat. Biasanya kanker ovarium tipe II baru terdiagnosis pada stadium lanjut. Mutasi gen yang paling sering ditemukan pada kanker ovarium tipe II yakni mutasi gen BRCA1/2, gen TP53, HER2/neu, dan gen AKT.[1,3]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Yelvi Levani

Direvisi oleh: dr. Bedry Qhinta

Referensi

1. Arora T, Mullangi S, Lekkala MR. Ovarian Cancer. NCBI. StatPearls. 2022
2. Momenimovahed Z, Tiznobaik A, Taheri S, Salehiniya H. Ovarian cancer in the world: epidemiology and risk factors. Int J Womens Health. 2019; 30(11):287-299.
3. Budiana ING, Angelina M, Pemayun TGA. Ovarian cancer: Pathogenesis and current recommendations for prophylactic surgery. J Turk Ger Gynecol Assoc. 2019; 20(1):47-54.

Pendahuluan Kanker Ovarium
Etiologi Kanker Ovarium

Artikel Terkait

  • Risiko Kanker Ovarium pada Endometriosis
    Risiko Kanker Ovarium pada Endometriosis
  • Bedak Talc dan Risiko Kanker Ovarium
    Bedak Talc dan Risiko Kanker Ovarium
  • Kanker Ovarium Stadium Lanjut - Pembedahan atau Kemoterapi Neodajuvan
    Kanker Ovarium Stadium Lanjut - Pembedahan atau Kemoterapi Neodajuvan
  • Deteksi Dini Kanker Ovarium: Peran Human Epididymis Protein 4
    Deteksi Dini Kanker Ovarium: Peran Human Epididymis Protein 4
  • Salpingectomy untuk Pencegahan Primer Kanker Ovarium
    Salpingectomy untuk Pencegahan Primer Kanker Ovarium

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr. Nurul Falah
Dibalas 03 September 2021, 13:40
Peranan pemeriksaan radiologi dalam diagnosis kanker ovarium - Obgyn Ask The Expert
Oleh: dr. Nurul Falah
1 Balasan
Alo dr. Iwan, Sp.OG, (K) Onk., izin bertanya dokter.Pemeriksaan radiologi apa saja yang akan bermanfaat dalam diagnosis kanker ovarium?Terimakasih sebelumnya...
drg.Erwin Sutono, Sp.Pros
Dibalas 13 April 2021, 21:32
Penanganan yang tepat bagaimana untuk pasien kanker ovarium metastase paru
Oleh: drg.Erwin Sutono, Sp.Pros
2 Balasan
Mohon teman sejawat sekalian memberikan info apakah ada saran terbaik untuk penanganan pasien dan rumah sakit yang bisa membantu dalam penanganan kasus...
Anonymous
Dibalas 07 Oktober 2019, 12:29
Penarikan Ranitidine oleh BPOM Karena Risiko terjadinya kanker
Oleh: Anonymous
3 Balasan
Dok, ada kabar yang Saya dengar bahwa Ranitidine akan ditarik karena dapat memicu kanker, apakah isu itu benar?

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.