Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Sindrom Kompartemen Orbita annisa-meidina 2025-05-13T10:27:27+07:00 2025-05-13T10:27:27+07:00
Sindrom Kompartemen Orbita
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Sindrom Kompartemen Orbita

Oleh :
dr. Felicia
Share To Social Media:

Diagnosis sindrom kompartemen orbita dapat ditegakkan berdasarkan trias klinis yang khas, yaitu penurunan visus, adanya relative afferent pupillary defect atau RAPD, dan peningkatan tekanan intraokular atau TIO. Pada sindrom kompartemen orbita, kenaikan tekanan intraorbita ditunjukkan dengan kenaikan TIO yang bukan karena glaukoma.[2]

Sindrom kompartemen orbita sering terjadi bersamaan dengan trauma kepala dan leher atau trauma iatrogenik. Kegawatdaruratan yang berhubungan dengan trauma kepala dan leher, termasuk instabilitas hemodinamik, perlu ditangani secara simultan dengan sindrom kompartemen orbita.[2,4]

Anamnesis

Anamnesis diawali dengan gejala-gejala sindrom kompartemen orbita, yaitu penglihatan ganda (diplopia), penurunan penglihatan, dan nyeri pada mata. Tanyakan juga etiologi yang dicurigai sebagai penyebab, misalnya operasi area orbita, bedah saraf, trauma mata, maupun trauma kepala-leher. Pada etiologi trauma, tanyakan juga onset dan mekanisme trauma, ada tidaknya penurunan kesadaran terkait trauma, serta gangguan orientasi.[2–4,6]

Anamnesis juga meliputi riwayat operasi dan tindakan pada area orbita. Selain operasi mata, operasi kraniofasial, seperti operasi sinus dan bedah saraf juga perlu ditanyakan. Pasien juga harus ditanya mengenai riwayat gangguan perdarahan serta penggunaan obat-obatan antikoagulan rutin, seperti warfarin.[4]

Adanya riwayat gangguan vaskular, malformasi pada pembuluh darah, dan keganasan stadium lanjut juga perlu digali karena dapat menjadi penyebab timbulnya perdarahan retrobulbar.[4]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik sindrom kompartemen orbita diutamakan untuk identifikasi instabilitas hemodinamik dan identifikasi gejala khas sindrom kompartemen orbita, yaitu penurunan visus, adanya RAPD atau pupil Marcus Gunn, dan peningkatan TIO. Proptosis, retraksi kelopak mata, dan gangguan pergerakan bola mata juga dapat ditemukan pada mata yang mengalami sindrom kompartemen orbita.[2–4,6]

Gambaran RAPD diidentifikasi lewat pemeriksaan pupil dengan penlight, di mana pupil sisi mata yang defek tetap dilatasi saat disinari penlight. Selanjutnya, pada pemeriksaan swing light test, kedua pupil tetap dilatasi. Adanya RAPD menandakan gangguan pada jaras aferen pupil. Karena adanya iskemia saraf optik pada sindrom kompartemen orbita, gambaran RAPD dapat ditemukan.[2,10]

Tanda lainnya yang dapat ditemukan pada pemeriksaan fisik pasien dengan sindrom kompartemen orbita adalah edema periorbita, ekimosis, perdarahan subkonjungtiva dan nyeri tekan pada palpasi okular.[3,4,6]

Pemeriksaan fisik juga harus mengidentifikasi adanya ruptur bola mata, terutama pada kondisi trauma. Gambaran yang dapat ditemukan pada ruptur bola mata adalah laserasi bola mata, enoftalmos maupun protrusi isi intraokular, kamera okuli anterior dangkal, dan perubahan pada bentuk pupil. Selain itu, jaringan uvea yang terekspos keluar dan gambaran Seidel test positif juga dapat menjadi penanda ruptur bola mata.[6]

Pada pemeriksaan dengan oftalmoskop, dokter bisa menemukan edema diskus optikus dan/atau retina, atrofi optik, dan red cherry macula. Selanjutnya, pada pemeriksaan pembuluh darah retina, dokter dapat menemukan dilatasi vena retina dan dilatasi diikuti konstriksi arteri retina sentral yang ritmik (pulsasi arteri retina sentral).[3,4,6]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding untuk sindrom kompartemen orbita meliputi kondisi klinis yang dapat menyebabkan gangguan visus mendadak maupun proptosis yang sifatnya akut atau subakut. Beberapa kondisi tersebut adalah selulitis orbita dan thyroid eye disease (TED).[5]

Selulitis Orbita

Selulitis orbita adalah infeksi jaringan sekitar bola mata di dalam ruang orbita, yaitu otot dan lemak. Pasien dapat datang dengan nyeri orbita, oftalmoplegia, gangguan gerakan mata, proptosis, serta edema dengan/tanpa eritema. Selulitis orbita dapat dibedakan secara klinis dengan sindrom kompartemen orbita dari pemeriksaan tekanan intraokular dan gangguan visus.[2,11]

Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa selulitis orbita yang sudah menghasilkan abses intraorbita dapat memberikan gambaran sindrom kompartemen orbita. Pada kondisi ini, drainase abses diperlukan untuk mempertahankan visus.[2,11]

Thyroid Eye Disease

Thyroid eye disease (TED) dapat muncul dengan kondisi proptosis dan rasa tidak nyaman pada mata. Pasien juga dapat mengalami gangguan visus dan diplopia. Pasien dengan TED memiliki gejala klasik lagophthalmos dan tanda patognomonik lateral flare. Lateral flare adalah gambaran setengah lateral mata seolah melebar ke atas dan lateral. Hal ini yang membedakannya dengan sindrom kompartemen orbita.[2,12]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dipertimbangkan bila gambaran klinis sindrom kompartemen orbita belum jelas dan penurunan visus tidak didapatkan. Namun, bila diagnosis sudah jelas, pemeriksaan penunjang tidak wajib dilakukan sebelum dekompresi orbita karena akan menunda tata laksana dan memperburuk outcome. Pemeriksaan penunjang yang dapat dipertimbangkan pada kondisi ini adalah CT scan kepala dan MRI otak.[2,4]

Radiologi

Pemeriksaan radiologi untuk sindrom kompartemen orbita pada awal pasien datang dapat dilakukan hanya bila gambaran klinis belum jelas dan belum ada penurunan visus untuk menegakkan diagnosis. Pemeriksaan yang disarankan adalah CT scan kepala untuk identifikasi area intraorbita dan kemungkinan lesi intrakranial lain. Pemeriksaan radiologi lebih lanjut dapat dipertimbangkan pascaterapi saat follow up.[3,4]

CT Scan Kepala:

Pemeriksaan CT scan kepala pada kasus sindrom kompartemen orbita dilakukan untuk melihat ada tidaknya hematoma retrobulbar, benda asing, emfisema, lesi, atau massa yang menyebabkan peningkatan volume intraorbita.[4]

Pada sindrom kompartemen orbita, gambaran “globe tenting” pada CT scan kepala bisa ditemukan. Gambaran ini muncul karena bola mata mengalami dislokasi ke anterior, sehingga saraf optik terkesan menarik bagian belakang bola mata dan menunjukkan gambaran seperti kemah (“tenting”) pada bagian posterior bola mata. Bila sudut “tenda” yang terbentuk <120°, biasanya gambaran klinis proptosis akan sangat jelas dan risiko kehilangan penglihatan lebih tinggi.[4]

MRI:

Pemeriksaan MRI tidak selalu diperlukan pada kasus sindrom kompartemen orbita. Akan tetapi, pada kondisi di mana ada kecurigaan lesi vaskular sebagai etiologi, pemeriksaan magnetic resonance angiography dan venography dapat dipertimbangkan untuk identifikasi kelainan pembuluh darah. Hindari pemeriksaan MRI apabila dicurigai ada benda asing berbahan metal.[4,5]

Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium pada sindrom kompartemen orbita yang sering kali memiliki makna klinis adalah profil koagulasi, seperti aPTT (activated partial thromboplastin time) maupun PT (prothrombin time) pada pasien yang dicurigai mengalami koagulopati atau mengonsumsi antikoagulan tertentu.

Selain itu, pemeriksaan lain seperti faktor pembekuan darah dan pemeriksaan darah lengkap mungkin diperlukan pada kecurigaan penyakit yang melibatkan sel-sel darah, seperti anemia berat, leukemia, dan hemofilia.[5]

Referensi

2. American Academy of Ophthalmology (AAO). BCSC. 7.Oculofacial Plastic and Orbital Surgery AAO 2022-2023. 2022.
3. Turgut B, Karanfil FC, Turgut FA. Orbital Compartment Syndrome. Beyoglu Eye J. 2019 Feb 12;4(1):1–4.
4. McCallum E, Keren S, Lapira M, Norris JH. Orbital Compartment Syndrome: An Update With Review Of The Literature. Clin Ophthalmol Auckl NZ. 2019 Nov 7;13:2189–94.
5. Lima V, Burt B, Leibovitch I, Prabhakaran V, Goldberg RA, Selva D. Orbital Compartment Syndrome: The Ophthalmic Surgical Emergency. Surv Ophthalmol. 2009 Jul 1;54(4):441–9.
6. Murali S, Davis C, McCrea MJ, Plewa MC. Orbital compartment syndrome: Pearls and pitfalls for the emergency physician. J Am Coll Emerg Physicians Open. 2021 Mar 6;2(2):e12372.
10. Simakurthy S, Tripathy K. Marcus Gunn Pupil. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557675/
11. Danishyar A, Sergent SR. Orbital Cellulitis. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507901/
12. Shah SS, Patel BC. Thyroid Eye Disease. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK582134/

Epidemiologi Sindrom Kompartemen...
Penatalaksanaan Sindrom Komparte...

Artikel Terkait

  • Cedera Optik Akibat Paparan Sinar Laser
    Cedera Optik Akibat Paparan Sinar Laser
  • Anatomi Fungsional Mata
    Anatomi Fungsional Mata
  • Red Flag Mata Merah Disertai Nyeri
    Red Flag Mata Merah Disertai Nyeri
Diskusi Terkait
dr.Elizabeth Anastasya
Dibalas 03 Juni 2025, 22:40
Mata Lebam - ALOPALOOZA Mata
Oleh: dr.Elizabeth Anastasya
3 Balasan
Dok, saya pernah dapat pasien dengan keluhan matanya bengkak. Pasien bercerita habis bertengkar dan terkena pukulan pada matanya. Keluhan ketajaman...
dr.M Fauzan Maulana
Dibalas 11 November 2024, 10:25
Tatalaksana trauma mata tersiram air panas
Oleh: dr.M Fauzan Maulana
3 Balasan
Pasien Laki Laki usia 16 th, datang dengan keluhan mata sisi kanan tersiram air panas sejak 1 jam smrs. Mata dirasa perih + nyeri + dan berair + pandangan...
dr.Heri Satryawan
Dibalas 24 April 2024, 08:24
Apakah bisa menggunakan lidocain 7% sebagai anestesi topikal untuk mata?
Oleh: dr.Heri Satryawan
1 Balasan
Mohon arahan dari TS Sekalian, sy bertugas di perifer sering mendapatkan kasus corpal di mata, beberapa kasus di sertai rasa nyeri dan perih, keterbatasan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.