Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Skleritis general_alomedika 2023-03-02T09:00:51+07:00 2023-03-02T09:00:51+07:00
Skleritis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Skleritis

Oleh :
dr. Felicia
Share To Social Media:

Patofisiologi skleritis tidak terlepas dari anatominya. Sklera menyelimuti bagian luar bola mata, dari kornea sampai dengan nervus optikus. Pada bagian posteriornya, lapisan terluar sklera berhubungan dengan lapisan dura dari saraf optikus dan lapisan bagian dalamnya diteruskan menjadi lamina cribrosa. Sklera berfungsi mempertahankan struktur bola mata dan sebagai tempat perlekatan otot-otot ekstraokular.[7]

Sklera terdiri dari 3 lapisan, yaitu episklera, stroma, dan lamina fusca. Episklera merupakan lapisan yang menyelimuti sklera, yang berada di antara konjungtiva dan sklera, yang terdiri dari jaringan penyambung yang mendapatkan perdarahan dari arteri siliaris anterior dan membentuk pleksus episklera, serta kaya akan pembuluh darah.[7,8]

Stroma merupakan lapisan avaskular yang berada di tengah dan dibentuk oleh kolagen tipe 1, proteoglikan, dan elastin. Struktur ini menyerupai komponen sendi, sehingga menyebabkannya rentan mengalami reaksi inflamasi. Bagian paling dalam adalah lamina fusca. Bagian ini terbentuk dari jaringan penyambung dan melekat pada jaringan koroid di bawahnya.

Stroma yang avaskular menyebabkan infeksi dan inflamasi pada sklera lebih sulit diobati karena sulitnya penetrasi obat serta proses regenerasi. Karena avaskular, maka kebutuhan metabolit sklera akan dipenuhi oleh difusi nutrisi dari episklera dan koroid yang memiliki vaskularisasi yang baik.[5,7,9–11]

Reaksi Inflamasi pada Skleritis

Skleritis melibatkan proses inflamasi yang kompleks dan multifaktorial. Dasar patofisiologi skleritis adalah reaksi hipersensitivitas tipe III dan reaksi granulomatosa (hipersensitivitas tipe IV) yang menyebabkan terjadinya mikroangiopati serta kerusakan sel pada jaringan dan pembuluh darah sklera.[5]

Reaksi hipersensitivitas tipe III merupakan reaksi yang dimediasi oleh kompleks antigen-antibodi yang mengendap dan menyebabkan kerusakan jaringan. Dugaan peran reaksi hipersensitivitas tipe III pada patofisiologi skleritis disebabkan karena ditemukannya pengendapan kompleks imun dan infiltrasi neutrofil pada dinding pembuluh darah pasien yang mengalami skleritis. Reaksi hipersensitivitas tipe IV juga diduga berperan dalam patofisiologi skleritis. Hal ini karena ditemukan sel T dan makrofag pada spesimen biopsi.[12–14]

Reaksi inflamasi mengaktivasi mekanisme lokal yang menyebabkan terjadinya degradasi proteoglikan dan kolagen yang kemudian menyebabkan penipisan dan hilangnya jaringan sklera. Selain itu, oklusi pembuluh darah dan iskemia menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan dan nekrosis.[5]

Pada skleritis yang terjadi karena komplikasi operasi, trauma saat operasi menginduksi fibroblas sklera untuk memproduksi komplemen C1 yang kemudian berlanjut pada kaskade reaksi inflamasi. Reaksi inflamasi yang terjadi menyebabkan peningkatan permeabilitas vaskular dan “memanggil” sel-sel inflamatori ke area tersebut. Pada pasien rheumatoid arthritis, trauma operasi dapat menginduksi terjadinya pengendapan kompleks imun pada pembuluh darah sklera.[12]

Klasifikasi

Skleritis diklasifikasikan menjadi skleritis anterior dan posterior berdasarkan lokasi anatominya. Skleritis anterior merupakan skleritis yang terjadi pada bagian depan ora serrata, sedangkan skleritis posterior melibatkan bagian belakang ora serrata. Pada saat resolusi, sklera akan memberikan warna kebiruan karena adanya “penyusunan kembali” benang-benang kolagen.[1,2,5,15]

skleriits

Gambar 1. Klasifikasi Skleritis.

Skleritis Anterior

Skleritis anterior kemudian dibagi menjadi non-necrotizing dan necrotizing. Skleritis non-necrotizing dibagi kembali menjadi nodular dan difus. Skleritis non-necrotizing merupakan tipe yang kurang destruktif daripada tipe necrotizing serta memiliki risiko kehilangan penglihatan yang lebih rendah. Namun, 20% kasus dapat berkembang menjadi necrotizing scleritis, sehingga perlu dilakukan monitoring dengan hati-hati.[5,16]

Tabel 1. Perbedaan Skleritis Nodular dan Difus

Skleritis Nodular Skleritis Difus

  1. Inflamasi bersifat lokal
  2. Membentuk nodul immobile yang keras dan nyeri tekan, berwarna keunguan dengan adanya kongesti pembuluh darah
  3. Area predominan : dekat limbus

  1. Inflamasi terjadi pada seluruh bagian depan sklera
  2. Membentuk warna kemerahan yang difus pada seluruh bagian depan sklera
  3. Tidak ada area predominan karena sifatnya menyeluruh, namun bentuk ini adalah bentuk yang paling ringan

Sumber: dr. Felicia, 2023

Skleritis necrotizing adalah bentuk yang paling berat, karena dapat merusak jaringan, dan pada kasus tertentu dapat menyebabkan kehilangan penglihatan. Pada beberapa pasien, onset ditemukannya skleritis tipe necrotizing dapat menjadi onset terjadinya vaskulitis sistemik yang mematikan.

Skleritis necrotizing dibagi menjadi dengan dan tanpa inflamasi (scleromalacia perforans). Skleritis necrotizing dapat menyebabkan nyeri yang luar biasa, namun pada bentuk yang tanpa inflamasi, nyeri tidak dirasakan.[2,5,16]

Skleritis necrotizing ditandai dengan perubahan warna sklera dari putih menjadi kekuningan, kemudian menjadi biru-keabuan karena adanya absorbsi serta disintegrasi jaringan sklera, sehingga jaringan koroid di bawahnya terekspos. Skleritis necrotizing yang tidak diobati akan menyebar ke posterior dan seluruh bagian anterior orbita (panskleritis), sehingga berakhir pada kehilangan jaringan yang berat.[17]

Tabel 2. Skleritis Necrotizing Dengan dan Tanpa Inflamasi

Skleritis Necrotizing dengan Inflamasi Skleritis Necrotizing tanpa Inflamasi (Scleromalacia Perforans)

  1. Ditandai dengan lesi berwarna biru-abu yang sangat nyeri
  2. Biasanya terlokalisir dengan tepi yang lebih aktif
  3. Dapat membentuk bercak edema yang avaskular

  1. Ditandai dengan destruksi jaringan sklera dengan tanda inflamasi minimal/tidak ada, tidak nyeri, dan disertai dengan hilangnya jaringan episklera di atasnya
  2. Tipe yang paling destruktif, karena dapat menyebabkan perforasi bola mata tanpa menimbulkan keluhan nyeri

 

Sumber: dr. Felicia, 2023

Skleritis Posterior

Skleritis posterior adalah inflamasi sklera di bagian posterior insersi otot ora serrata. Skleritis posterior ditandai dengan flattening dan penebalan bagian posterior orbita karena adanya edema retrobulbar.

Skleritis posterior merupakan tipe yang paling sulit didiagnosis karena dapat tumpang tindih dengan kelainan bola mata posterior lainnya, pemeriksaan dengan b-scan ultrasonography dapat membantu dalam menentukan diagnosis. Apabila tidak ditangani dengan baik, akan berlanjut menjadi ablasio retina, glaukoma sudut tertutup, dan kebutaan.[1,7,17,18]

 

 

Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri

Referensi

1. Yoshida A, Watanabe M, Okubo A, et al. Clinical characteristics of scleritis patients with emphasized comparison of associated systemic diseases (anti-neutrophil cytoplasmic antibody-associated vasculitis and rheumatoid arthritis). Jpn J Ophthalmol. 2019 Sep;63(5):417–24.
2. Nevares A, Raut R, Libman B, et al. Noninfectious Autoimmune Scleritis: Recognition, Systemic Associations, and Therapy. Curr Rheumatol Rep. 2020 Apr;22(4):11.
3. Dong Z-Z, Gan Y-F, Zhang Y-N, et al. The clinical features of posterior scleritis with serous retinal detachment: a retrospective clinical analysis. Int J Ophthalmol. 2019 Jul 18;12(7):1151–7.
4. Hau SC, Devarajan K, Ang M. Anterior Segment Optical Coherence Tomography Angiography and Optical Coherence Tomography in the Evaluation of Episcleritis and Scleritis. Ocul Immunol Inflamm. 2019 Nov 12;1–8.
5. Valenzuela FA, Ocular Surface Center, Bascom Palmer Eye Institute, University of Miami, Florida, US, Perez VL, Ocular Surface Center, Bascom Palmer Eye Institute, University of Miami, Florida, US. Scleritis—Infectious Versus Inflammatory. US Ophthalmic Rev. 2016;09(02):92.
7. Quist TS, Vogelgesang S, Goins KM. Scleritis: A Case Report and Overview. Ophthalmol Vis Sci - Univ Iowa Health Care. 2018 Nov 16; https://webeye.ophth.uiowa.edu/eyeforum/cases/281-scleritis.htm
9. Murthy SI, Sabhapandit S. Infectious Scleritis. In: Gupta V, Nguyen QD, LeHoang P, Herbort Jr. CP, editors. The Uveitis Atlas. New Delhi: Springer India; 2016. p. 1–7. https://doi.org/10.1007/978-81-322-2506-5_111-1
10. Dana R. Clinical manifestations and diagnosis of scleritis. 2020; https://www.uptodate.com/contents/clinical-manifestations-and-diagnosis-of-scleritis/print
11. Lagina A, Ramphul K. Scleritis. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499944/
12. Ryu SJ, Kang MH, Seong M, et al. Anterior scleritis following intravitreal injections in a patient with rheumatoid arthritis: A case report. Medicine (Baltimore). 2017 Nov;96(47):e8925.
13. Gan YK, Ahmad SS, Alexander SM, et al. Acute anterior necrotizing scleritis: A case report. J Acute Dis. 2016 Sep 1;5(5):439–41.
14. Galor A, Thorne JE. Scleritis and Peripheral Ulcerative Keratitis. Rheum Dis Clin North Am. 2007 Nov;33(4):835–54.
15. Stem MS, Todorich B, Faia LJ. Ocular Pharmacology for Scleritis: Review of Treatment and a Practical Perspective. J Ocul Pharmacol Ther. 2017 Mar 29;33(4):240–6.
16. Djordjević-Jocić J, Janković-Veličković L, Cekić S, et al. Clinicopathologic Analysis of “Idiopathic” Scleritis and Scleritis Associated with Rheumatoid Arthritis -mini Review. Acta Medica Median. 2019;8.
17. Yelumalai M, Tharmathurai S. Tubercular Scleritis: A Case report. Int J Sci Res Publ IJSRP. 2019 Mar 6;9(3):p8744.
18. Oray M, Meese H, Foster CS. Diagnosis and management of non-infectious immune-mediated scleritis: current status and future prospects. Expert Rev Clin Immunol. 2016 Aug 2;12(8):827–37.

Pendahuluan Skleritis
Etiologi Skleritis
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 04 Februari 2024, 11:58
Mata kiri merah, fotofobia, nyeri, dan berair
Oleh: Anonymous
3 Balasan
Seorang wanita usia 26 tahun datang dengan keluhan mata kiri merah sudah sejak 4 hari, penglihatan seperti ada yang menghalangi/kabur, fotofobia + , nyeri...
dr. Ni Luh Putu Wulan Budyawati
Dibalas 13 Agustus 2019, 07:03
Mata merah dan nyeri sejak seminggu
Oleh: dr. Ni Luh Putu Wulan Budyawati
8 Balasan
Selamat pagi dokter, ijin share kasus, perempuan usia 18 th dengan keluhan mata sakit dan merah sudah sejak seminggu. Pagi-pagi bangun tidur sering ada...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.