Diagnosis Kanker Penis
Diagnosis kanker penis ditegakkan secara definitif melalui biopsi lesi primer. Tindakan ini merupakan standar baku emas untuk konfirmasi histopatologi dan staging. Namun, sebelum memutuskan untuk biopsi, dokter perlu melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang secara adekuat.[1,3,7]
Anamnesis
Dari anamnesis akan didapatkan keluhan utama berupa lesi atau massa pada penis yang tidak sembuh-sembuh. Mayoritas kanker muncul pada glans, sulkus koronal, atau preputium. Gejala yang dapat menyertai antara lain:
- Massa atau ulkus: biasanya tidak nyeri (25% kasus) atau berupa ulkus (13% kasus)
- Perdarahan: perdarahan spontan atau saat bersenggama
- Perubahan kulit: ruam (6% kasus), balanitis (4% kasus)
- Gejala lain: discharge, gatal, atau nyeri jika disertai infeksi sekunder
- Pembesaran limfonodi inguinal: dapat ditemukan pada 30–60% kasus pada presentasi awal[1,3,7]
Penting untuk menanyakan faktor risiko, seperti riwayat tidak sirkumsisi, infeksi HPV, fimosis, lichen sclerosus, kebiasaan merokok, praktik seksual tidak aman, dan status imunosupresi. Karena rendahnya kesadaran publik dan perasaan malu, kasus kanker penis mengalami keterlambatan presentasi dan sudah jelas secara klinis saat pertama kali diperiksa. Lesi besar bahkan dapat mengobstruksi meatus uretra. Tanyakan durasi keluhan dan disfungsi berkemih.[1,3,7]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik harus mencakup inspeksi dan palpasi seluruh penis untuk menilai:
- Karakteristik lesi primer: dimensi, lokasi anatomis (glans, preputium, atau batang penis), morfologi (papiler, nodular, ulseratif, fungating, atau flat), dan luasnya invasi lokal
- Keterlibatan korpus kavernosa: untuk membedakan stadium T2 dan T3; palpasi glans dan batang penis berkorelasi dengan luasnya invasi ke korpus spongiosum atau korpus kavernosum
- Lesi skip: lesi yang tidak bersambung dengan lesi primer; pemeriksaan yang cermat terhadap meatus uretra dan palpasi uretra proksimal dapat mendeteksi tumor yang berasal dari uretra anterior
- Palpasi inguinal: untuk menilai pembesaran KGB inguinal, mencakup jumlah, ukuran, lokasi, dan apakah melekat atau mobile
- Tanda-tanda metastasis jauh ditemukan pada kasus lanjut[1,3,7]
Kesulitan diagnosis muncul ketika kanker tertutup oleh preputium (fimosis) atau berasal dari dalam uretra distal. Pencitraan dapat digunakan sebagai alat bantu untuk diskusi multidisiplin dan follow-up.[1,3,7]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding kanker penis sangat luas, mencakup kondisi inflamasi, infeksi, lesi prakanker, hingga lesi jinak lain yang menyerupai kanker. Oleh karena itu, konfirmasi histologis melalui biopsi tetap menjadi standar emas penegakkan diagnosis.[7]
Psoriasis Genital
Kondisi inflamasi dapat menimbulkan lesi menyerupai kanker. Psoriasis genital muncul sebagai plak eritematosa yang berbatas tegas, meski sering tanpa skuama khas akibat kelembapan area genital. Psoriasis genital biasanya bersifat gatal atau asimtomatik, serta sering ditemukan lesi psoriatik di area lain tubuh.[7]
Lichen Planus dan Lichen Sclerosis
Lichen planus ditandai papul violaceus, kadang erosif, dengan keluhan gatal hebat dan nyeri. Sementara itu, lichen sclerosus atau balanitis xerotica obliterans tampak sebagai plak putih atrofi yang meluas, menyebabkan fimosis atau stenosis meatus, dan memiliki risiko transformasi ganas jangka panjang.[7]
Penyakit Infeksi
Pada kondisi infeksius, beberapa penyakit genital juga menyerupai kanker. Kondiloma akuminata akibat HPV tipe 6 dan 11 tampak sebagai pertumbuhan papilomatosa yang multipel, lunak, dan berkelompok, dengan risiko transformasi ganas bila terkait HPV risiko tinggi.[7]
Herpes genitalis menimbulkan ulkus nyeri multipel, yang sering disertai demam dan limfadenopati inguinal. Hal ini berbeda dengan kanker yang biasanya tidak nyeri. Sifilis primer dapat muncul sebagai chancre berupa ulkus tidak nyeri dengan dasar bersih dan tepi indurasi, yang sembuh spontan dalam 3–6 minggu.[7]
Lesi Prakanker dan Lesi Jinak
Terdapat lesi prakanker atau penile intraepithelial neoplasia (PeIN). Erythroplasia of Queyrat muncul sebagai plak eritematous beludru pada glans atau preputium dengan risiko progresi invasif 10–33%. Penyakit Bowen, biasanya di batang penis, berbentuk plak eritematosa skuamosa berkrusta dengan risiko progresi lebih rendah (sekitar 5%). Sementara papulosis bowenoid berupa papul multipel merah hingga ungu pada pria muda. Meskipun histologinya menyerupai karsinoma, lesi ini umumnya jinak.[7]
Berbagai lesi jinak lain juga dapat menimbulkan kesulitan diagnostik. Angiokeratoma berupa papul violaseus kecil multipel, biasanya tidak berbahaya. Leukoplakia tampak sebagai plak putih skuamosa soliter atau multipel, tetapi 10–20% dapat mengalami displasia.[7]
Cutaneous horn ditandai pertumbuhan keratin padat menyerupai tanduk, dengan risiko karsinoma di dasar lesi hingga 37%. Pseudoepitheliomatous keratotic and micaceous balanitis (PKMB) berupa plak hiperkeratotik soliter pada glans, yang dapat berkembang menjadi karsinoma verukosa.[7]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada kasus kanker penis meliputi pemeriksaan histopatologis dan pencitraan. Pemeriksaan histopatologis merupakan standar baku emas yang perlu dilakukan sebelum terapi. Pencitraan juga diperlukan untuk menilai staging.[1,3,7]
Pemeriksaan laboratorium umumnya tidak begitu membantu diagnosis kanker penis. Belum ada penanda tumor yang divalidasi untuk kanker penis. Pemeriksaan umumnya hanya dilakukan untuk persiapan sebelum tindakan bedah.[9]
Biopsi Lesi Primer
Biopsi merupakan standar baku emas untuk diagnosis dan wajib dilakukan sebelum terapi ablasi atau radioterapi. Spesimen biopsi harus diambil cukup dalam agar bisa mencakup korpus spongiosum untuk staging lokal yang akurat. Teknik dapat berupa:
● Punch biopsy atau incisional biopsy untuk lesi besar atau yang memerlukan preservasi struktur penis
● Excisional biopsy untuk lesi kecil yang dapat diangkat seluruhnya tanpa mengubah bentuk dan fungsi penis, lesi pada preputium dapat dengan mudah diangkat dengan sirkumsisi, yang sekaligus berfungsi sebagai terapi definitif[1,3,7]
Pada lesi yang tampilan klinisnya sudah jelas merupakan karsinoma sel skuamosa dan memiliki limfonodi inguinal yang teraba dan konfirmasi melalui fine needle aspiration, biopsi penis mungkin tidak diperlukan karena hasilnya tidak akan mengubah keputusan terapi pada pasien dengan penyakit metastasis.[1,3,7]
Pencitraan
Pemeriksaan MRI penis direkomendasikan ketika ada ketidakpastian mengenai invasi korpus kavernosum (stadium cT3) atau untuk perencanaan terapi organ-sparing. MRI dengan induksi ereksi farmakologis memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi (88% dan 98%). MRI penis merupakan alat bantu yang berguna dalam perencanaan pembedahan primer.[1,3,7]
Pemeriksaan USG penis dapat dipertimbangkan jika MRI tidak tersedia. USG dapat menggambarkan tumor dari korpus spongiosum normal dan tunika albuginea, serta memberikan penilaian invasi kavernosum yang lebih akurat daripada palpasi klinis. Akan tetapi, USG kurang akurat untuk tumor glans kecil.[1,3,7]
Pemeriksaan CT toraks, abdomen, atau pelvis maupun PET scan (positron emission tomography) bisa digunakan untuk identifikasi limfadenopati inguinal atau pelvis yang abnormal dan penyakit metastasis jauh.[1,3,7]
Tabel 1. Klasifikasi dan Karakteristik Histopatologis Lesi Penis Premaligna dan Karsinoma Sel Skuamosa
Fenotipe | Karakteristik Histopatologis |
I. Lesi Prakanker | |
1.PeIN terdiferensiasi (non-HPV) | Epitel menebal, ridge memanjang, maturasi abnormal halus, sel basal atipikal, mitosis basal |
2. PeIN tak terdiferensiasi (berhubungan dengan HPV) | |
PeIN 1 (displasia ringan) | Sel atipik dan mitosis terbatas pada sepertiga bawah epitel |
PeIN 2 (displasia sedang) | Sel atipik melibatkan dua pertiga epitel |
PeIN 3 (displasia berat) | Sel atipik full-thickness, mitosis di semua tingkat |
II. Karsinoma Sel Skuamosa Non-HPV | |
Tipe usual | Diferensiasi skuamosa dan keratinisasi bervariasi |
Pseudohiperplastik | Lesi datar multifokal, proliferasi nest ke bawah, sel terdiferensiasi baik |
Pseudoglandular | Penampilan honeycomb, pseudolumina berisi debris nekrotik, sel terdiferensiasi buruk |
Verukosa | Papilomatosis, hiperorthokeratosis, akantosis, pushing border |
Karsinoma kuniculatum | Pola pertumbuhan labirin endofitik, hiperkeratosis, papilomatosis |
Papiler not otherwise specified | Papila kompleks, sel skuamosa matur, interface tumor-stroma tidak beraturan |
Adenoskuamosa | Campuran nest tumor skuamosa dengan komponen kelenjar minor |
Sarkomatoid | Neoplasma bifasik (epithel-spindle), sel spindle atipikal, ± elemen heterolog |
III. Karsinoma Sel Skuamosa berhubungan dengan HPV | |
Basaloid | Pola nest dengan solid/nekrotik, sel basaloid kecil seragam, mitosis banyak |
Papiler-basaloid | Variasi papiler dari karsinoma basaloid, papila dengan inti fibrovaskular |
Warty (verukosa kondilomatosa) | Papila kondilomatosus, parakeratosis, koilositosis pleomorfik |
Warty-basaloid | Campuran fitur warty dan basaloid |
Clear cell | Nest sel besar poligonal sitoplasma jernih, nekrosis seperti komedo |
Karsinoma limfoepiteliona-like | Pola sinsitial, sel terdiferensiasi buruk, infiltrat limfoplasmasiotik padat |
Sumber: Thomas A, et al. 2021.
Tabel 2. Staging Kanker Penis (TNM dan Prognosis)
Kategori | Kode | Keterangan |
T (Tumor Primer) | ||
Tx | Tumor primer tidak dapat dinilai | |
T0 | Tidak ada bukti tumor primer | |
Tis | Karsinoma in situ (neoplasia intraepitelial penis) | |
Ta | Karsinoma sel skuamosa non-invasif terlokalisir | |
T1 | Tumor menginvasi dermis, lamina propria, atau jaringan subkutan | |
T1a | Tumor tanpa invasi limfovaskular/perineural, bukan derajat tinggi | |
T1b | Tumor dengan invasi limfovaskular/perineural atau derajat tinggi | |
T2 | Tumor menginvasi korpus spongiosum dengan/atau tanpa invasi uretra | |
T3 | Tumor menginvasi korpus kavernosum dengan/atau tanpa invasi uretra | |
T4 | Tumor menginvasi struktur sekitar (skrotum, prostat, tulang pubis) | |
N (Limfonodi Regional) | ||
Stadium Klinis (cN) | ||
cNX | Limfonodi regional tidak dapat dinilai | |
cN0 | Tidak ada pembesaran limfonodi regional yang terpalpasi maupun tervisualisasi | |
cN1 | Pembesaran limfonodi inguinal unilateral, mobile yang terpalpasi | |
cN2 | ≥2 limfonodi inguinal unilateral, atau bilateral mobile yang terpalpasi | |
cN3 | Massa nodal inguinal fixed, atau ada limfadenopati pelvis yang terpalpasi | |
Stadium Patologis (pN) | ||
pNX | Metastasis limfonodi tidak dapat ditentukan | |
pN0 | Tidak ada metastasis limfonodi | |
pN1 | ≤2 metastasis inguinal unilateral, tanpa ekstensi ekstranodal | |
pN2 | ≥3 metastasis inguinal unilateral, atau metastasis bilateral | |
pN3 | Metastasis dengan ekstensi ekstranodal atau ke kelenjar pelvis | |
M (Metastasis Jauh) | ||
M0 | Tidak ada metastasis jauh | |
M1 | Metastasis jauh ditemukan | |
Kelompok Stadium Prognosis | ||
Stadium | T | N |
0is | Tis | N0 |
0a | Ta | N0 |
I | T1a | N0 |
IIA | T1b–T2 | N0 |
IIB | T3 | N0 |
IIIA | T1–3 | N1 |
IIIB | T1–3 | N2 |
IV | T4 | N apa pun |
IV | T apa pun | N3 atau N apa pun |
Sumber: Peyraud F, et al. 2020.