Patofisiologi Ebola
Patofisiologi Ebola virus disease (EVD) pada manusia adalah virus Ebola menginfeksi banyak sel, seperti monosit, makrofag, sel dendritik, sel endotel, fibroblast, hepatosit, sel kortikal adrenal, dan sel epitel. Virus Ebola akan bermigrasi menuju kelenjar getah bening, lalu ke hati, limpa, serta kelenjar adrenal.[3,4]
Virus Ebola memiliki genom RNA beruntai negatif nonsegmented yang mengandung 7 gen struktural dan pengatur. Kode genome Ebola terdiri dari 4 protein struktural virion (VP30, VP35, nucleoprotein, dan protein polymerase [L]), dan 3 protein terkait membrane (VP40, glikoprotein [GP], dan VP24). Setelah manusia atau primata terinfeksi, masa periode awal replikasi virus akan berkembang cepat.[3,4]
Walaupun limfosit tidak terinfeksi virus ebola, tetapi limfosit tetap mengalami apoptosis yang menyebabkan penurunan jumlah limfosit dalam tubuh. Kemudian terjadi juga nekrosis hepatoseluler yang berhubungan dengan disregulasi proses pembekuan darah dan koagulopati. Selain itu, virus ebola juga memicu pelepasan sitokin pro-inflamasi yang menyebabkan kebocoran vaskuler dan gangguan pembekuan darah, sehingga terjadi kegagalan multiorgan dan syok hipovolemik.[3,4]
Referensi
(Konten ini khusus untuk dokter. Registrasi untuk baca selengkapnya)