Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Kolera general_alomedika 2024-03-18T09:55:28+07:00 2024-03-18T09:55:28+07:00
Kolera
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan
  • Panduan E-prescription Alomedika

Diagnosis Kolera

Oleh :
dr. Evelyn Ongkodjojo
Share To Social Media:

Diagnosis definitif kolera umumnya tidak diperlukan untuk tata laksana karena prioritas manajemen semua diare profus adalah penggantian cairan dan elektrolit. Umumnya, diagnosis kolera, terutama di area endemik, cukup ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Namun, pemeriksaan tinja untuk mengidentifikasi Vibrio cholerae mungkin diperlukan di area di mana penyakit ini tidak endemik.

Anamnesis

Anamnesis dilakukan untuk mengetahui perjalanan penyakit kolera. Masa inkubasi bisa berkisar antara beberapa jam hingga beberapa hari. Manifestasi klinis biasanya berupa diare cair akut yang tidak berdarah, tidak berlendir, dan tidak disertai nyeri perut. Diare pada kolera sering digambarkan sebagai ”air cucian beras” yang disertai bau amis.

Pasien dapat mengalami dehidrasi berat dalam hitungan jam sejak gejala muncul. Volume diare yang keluar selama kolera jauh lebih banyak daripada volume diare yang disebabkan oleh infeksi lainnya. Pada kondisi berat, volume feses yang keluar dapat mencapai 250 mL/kgBB dalam 24 jam.[2,3]

Gambaran klinis pasien dapat bervariasi dari asimtomatik, ringan, sedang, hingga berat. Keluhan penyerta dapat berupa rasa tidak nyaman atau kram perut yang disebabkan oleh distensi usus halus akibat sekresi intestinal dalam volume besar. Pasien kolera umumnya tidak mengalami demam tetapi dapat mengalami borborygmus dan muntah. Pada kondisi awal, muntah disebabkan oleh penurunan motilitas gaster dan intestinal, tetapi pada tahap lanjut, muntah disebabkan oleh asidemia.[2,3]

Menurut World Health Organization (WHO), kasus kolera dapat dicurigai bila dijumpai:

  • Pasien usia ≥5 tahun yang mengalami dehidrasi berat atau meninggal dunia akibat diare akut di area di mana kasus kolera belum pernah dijumpai
  • Pasien usia ≥5 tahun yang mengalami diare akut dengan atau tanpa muntah di area epidemik kolera[2]

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik pasien kolera, bisa ditemukan tanda dehidrasi karena diare akut yang profus. Tanda dehidrasi dapat berupa rasa haus, membran mukosa kering, mata cowong, kulit teraba basah dan dingin, serta hipotensi.

Pada tahap awal, pasien bisa mengalami takikardi. Namun, seiring dengan perburukan dehidrasi, nadi dapat menjadi sulit teraba. Oliguria dapat muncul dan berkembang menjadi anuria. Pasien yang telah mengalami asidosis juga dapat menunjukkan gejala pernapasan Kussmaul.[3]

Secara umum, tanda kolera berkaitan dengan jumlah cairan yang hilang. Kehilangan 3–5% dari berat badan normal dikaitkan dengan rasa haus yang hebat, sedangkan kehilangan 5–8% dari berat badan normal dikaitkan dengan hipotensi postural, takikardi, dan mukosa membran atau mulut kering. Kehilangan >10% berat badan normal dikaitkan dengan oliguria, mata cowong, ubun-ubun cekung (pada bayi), washerwoman skin, somnolen, dan koma.[2]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding dari kolera adalah gastroenteritis akibat infeksi Escherichia coli dan rotavirus. Gastroenteritis akibat agen infeksi lain juga dapat menjadi pertimbangan.

Infeksi Escherichia

Pasien dengan traveler’s diarrhea yang disebabkan oleh enterotoksin Escherichia coli umumnya mengeluhkan diare tanpa darah dan mengalami dehidrasi. Kondisi ini bisa disertai kram abdominal. Namun, bila kasus disebabkan oleh enteroinvasif E. coli dan enterohemoragik E. coli, pasien biasanya datang dengan keluhan demam dan diare berdarah. Selain itu, dapat juga dijumpai leukosit polimorfonuklear dalam tinja.[2]

Infeksi Rotavirus

Infeksi Rotavirus terutama menyerang anak usia <5 tahun di negara berkembang. Saat anamnesis, sering dijumpai riwayat kontak dengan pasien diare sebelumnya. Gejala dapat berupa penurunan nafsu makan, demam, diare tanpa darah, muntah, dan kram abdomen. Penegakkan diagnosis definitif untuk membedakan dari kolera mungkin akan membutuhkan pemeriksaan tinja.[7]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis definitif kolera pada dasarnya tidak wajib dilakukan. WHO menyatakan bahwa kasus kolera dapat dicurigai bila ditemukan kriteria seperti yang telah disebutkan di bagian anamnesis.

Pada area endemik kolera, konfirmasi biokimia dan isolasi tidak terlalu diperlukan. Akan tetapi, isolasi dan konfirmasi ini mungkin bermanfaat di area yang tidak endemik kolera. Bila diperlukan, konfirmasi diagnosis dapat dilakukan melalui pemeriksaan mikroskopik feses (dark-field), Gram stain, kultur, dan identifikasi serotipe.[2]

Pemeriksaan Feses

Vibrio cholerae merupakan basil gram negatif yang motil dengan flagela. Sampel feses pasien dapat diperiksa secara mikroskopik dengan dark-field atau dengan Gram stain. Bakteri dapat tampak pada kedua pemeriksaan. Namun, karakteristik motilitas spesies Vibrio tidak dapat diidentifikasi dengan pemeriksaan gram dan hanya dapat dievaluasi secara langsung dengan pemeriksaan mikroskopik dark-field.[2]

Kultur feses merupakan pemeriksaan laboratorium baku emas untuk menegakkan diagnosis kolera. Koloni V. cholera bersifat negatif terhadap laktosa, positif terhadap sukrosa, dan positif terhadap oksidase.[2,4]

Pemeriksaan Hematologi

Gangguan hematologi pada pasien kolera berasal dari perubahan volume intravaskular dan perubahan konsentrasi elektrolit. Sampel darah pasien dapat menunjukkan peningkatan hematokrit dan serum protein akibat hemokonsentrasi. Selain itu, dapat dijumpai leukositosis ringan dengan shift-to-the-left.[2,4]

Panel Metabolik

Kadar natrium serum biasanya berkisar antara 130–135 mmol/L karena ada kehilangan natrium melalui feses. Kadar kalium biasanya normal pada fase akut karena ada pertukaran kalium intraseluler dengan ion hidrogen ekstraseluler sebagai upaya koreksi asidosis. Hiperglikemia dapat muncul akibat pelepasan epinefrin, glukagon, dan kortisol karena hipovolemia. Namun, anak-anak dapat mengalami hipoglikemia.

Pasien dapat mengalami peningkatan blood urea nitrogen (BUN) dan serum kreatinin akibat azotemia prerenal. Penurunan kadar bikarbonat dan peningkatan anion gap juga dapat terjadi akibat peningkatan serum laktat, protein, dan fosfat. Selain itu, kalsium dan magnesium biasanya meningkat karena ada hemokonsentrasi.[2]

Pemeriksaan Serologi

Pemeriksaan serologi dilakukan untuk menentukan serotipe. Metode yang digunakan adalah uji aglutinasi dengan antiserum monovalen Vibrio cholerae, yang terdiri dari antiserum Inaba dan Ogawa.[8]

Referensi

2. Handa S. Cholera. Medscape. 2018. https://emedicine.medscape.com/article/962643-overview
3. Davies HG, Bowman C, Luby SP. Cholera – Management and Prevention. Journal of Infection. 2017:74(1):66-73.
4. Mood BS, Metanat M. Diagnosis, Clinical Management, Prevention, and Control of Cholera: A Review Study. International Journal of Infection. 2014:1(1):e18303.
7. Nguyen DD. Rotavirus. Medscape. 2018. https://emedicine.medscape.com/article/803885-overview
8. Guntina RK, Kusuma SAF. Deteksi Bakteri Vibrio Cholerae. Farmaka. 2017:15(1):92-104.

Epidemiologi Kolera
Penatalaksanaan Kolera

Artikel Terkait

  • Penggunaan Terapi Antibiotik pada Pasien Kolera Dewasa
    Penggunaan Terapi Antibiotik pada Pasien Kolera Dewasa
  • Manajemen Kolera yang Tepat pada Anak
    Manajemen Kolera yang Tepat pada Anak
Diskusi Terkait
dr. Gabriela
Dibalas 13 Januari 2023, 18:06
Manajemen Kolera yang Tepat pada Pasien Anak - Artikel SKP Alomedika
Oleh: dr. Gabriela
3 Balasan
ALO Dokter!Seorang anak usia 4 tahun datang dibawa ibunya dengan keluhan BAB lebih dari 8 kali sejak kemarin. Ibu mengeluhkan BABnya seperti air cucian beras...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.