Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Agorafobia general_alomedika 2022-06-29T14:25:53+07:00 2022-06-29T14:25:53+07:00
Agorafobia
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Agorafobia

Oleh :
dr. Audrey Amily
Share To Social Media:

Patofisiologi agoraphobia diduga melibatkan interaksi antara faktor biologis, seperti genetik, neurobiologi, kognitif, faktor psikologis, misalnya kepribadian introvert, serta faktor sosial, yaitu proses pembelajaran berdasarkan situasi sosial.

Genetik

Riwayat keluarga menderita agorafobia dan gangguan panik lainnya diketahui meningkatkan risiko terjadinya gangguan kecemasan secara keseluruhan. Peran faktor keturunan pada terjadinya agorafobia mencapai 61%. Sebuah studi genomik menemukan gen GLRB berkaitan dengan gangguan ansietas, salah satunya agorafobia.[5–7]

Studi lain mendapatkan adanya korelasi genetik yang bermakna antara pasien ansietas, depresi, dan gangguan neurotik lainnya. Hal ini menunjukkan adanya faktor risiko genetik yang dapat menjelaskan tingginya komorbiditas antar gangguan jiwa.[5]

Neurobiologi

Pada pemeriksaan magnetic resonance imaging (MRI), ditemukan pasien dengan agorafobia menunjukkan aktivasi striatum ventral bilateral dan insula kiri yang lebih kuat, ketika diberikan stimulus spesifik agorafobia, seperti kendaraan umum, ketinggian, dan keramaian, dibanding saat melihat gambar-gambar netral. Pasien pada kelompok kontrol tidak menunjukkan perubahan gambaran MRI ketika ditunjukkan stimulus spesifik agorafobia.[5,6]

Temuan ini mengonfirmasi dugaan klinis bahwa ansietas yang dialami saat mengantisipasi kondisi yang ditakutkan lebih berat gejalanya, dibandingkan saat benar-benar berada dalam kondisi yang ditakutkan. Peningkatan aktivasi pada striatum ventral dan insula kiri merupakan salah satu faktor yang menyebabkan penderita agorafobia sangat awas terhadap berbagai keadaan yang ingin dihindarinya, autonomic readiness, dan siap bertindak saat merasa terancam.[5,6]

Kepribadian

Beberapa karakteristik kepribadian seseorang turut berperan dalam terjadinya agorafobia, antara lain:

Extrovert/ Introvert

Tipe kepribadian introvert dihubungkan dengan peningkatan angka diagnosis agorafobia. Hal ini diduga berhubungan dengan kebiasaan menghindari situasi-situasi sosial tertentu (situational avoidance).[6]

Sensitivitas Terhadap Ansietas

Sensitivitas terhadap ansietas merupakan keyakinan bahwa gejala fisik yang muncul akibat ansietas membahayakan jiwa. Keadaan ini diketahui meningkatkan terjadinya serangan panik, juga agorafobia tanpa serangan panik.[6]

Ketergantungan

Tipe kepribadian avoidant, yaitu menghindari situasi sosial, ketergantungan/dependent, dan kepribadian lainnya yang sejenis, juga ditemukan dapat menjadi prediktor munculnya agorafobia.[6]

Lain-lain

Kurangnya kontrol diri, kemampuan komunikasi yang kurang baik, dan rasa percaya diri rendah, juga dihubungkan dengan agorafobia.[6]

Kognitif

Pasien agorafobia sangat takut memikirkan kemungkinan terjadinya serangan panik, maupun gejala kecemasan lainnya. Ekspektasi pasien terhadap seberapa berbahayanya serangan panik berperan dalam terus dalam terjadinya perilaku menghindar.[5,6]

Selain itu pasien agorafobia terkadang memiliki ketakutan terserang penyakit, berfokus pada kekurangan pada tubuh (bodily preoccupation), rasa takut terjebak dalam suatu keadaan karena keterbatasan fisik, dan adanya efikasi diri yang rendah, yaitu merasa tidak mampu mengatasi situasi yang ditakutinya. Didapatkan juga adanya gangguan pada sirkuit yang mengatur berbagai fungsi psikologis, seperti atensi, emosi, belajar, dan memori.[5,6]

Sosial

Agorafobia dapat terbentuk akibat pasien belajar adanya rasa lega setelah meninggalkan situasi yang ditakuti, misalnya pergi dari keramaian dengan cepat dapat mengatasi rasa cemas yang muncul. Hal ini menyebabkan adanya proses belajar bahwa menghindari atau pergi/escape dari  situasi tertentu dapat mengurangi gejala, sehingga dapat dilakukan kembali jika terjadi rasa cemas di masa mendatang.[6]

Referensi

5. Penninx BW, Pine DS, Holmes EA, Reif A. Anxiety disorders. Lancet. 2021 Mar 6;397(10277):914-927. doi: 10.1016/S0140-6736(21)00359-7.
6. McCabe RE. Agoraphobia in adults: Epidemiology, pathogenesis, clinical manifestations, course, and diagnosis. UpToDate. 2018. https://www.uptodate.com/contents/agoraphobia-in-adults-epidemiology-pathogenesis-clinical-manifestations-course-and-diagnosis?search=agoraphobia&source=search_result&selectedTitle=1~33&usage_type=default&display_rank=1#H899377
7. Deckert J, Weber H, Villmann C, et al. GLRB allelic variation associated with agoraphobic cognitions, increased startle response and fear network activation: a potential neurogenetic pathway to panic disorder. Mol Psychiatry. 2017 Oct;22(10):1431-1439. doi: 10.1038/mp.2017.2.

Pendahuluan Agorafobia
Etiologi Agorafobia
Diskusi Terkait
dr.Peter Fernando
Dibuat 07 September 2023, 08:46
Mnemonic #34 : Gejala Agorafobia
Oleh: dr.Peter Fernando
0 Balasan
R - Rasa takut berlebihan akan Ruang terbuka atau keramaianA - Avoidance behavior (perilaku menghindar)M - Merasa kebingungan atau Mudah panikA - Anxiety...
dr.Tri Ratnawati
Dibuat 17 Juli 2023, 06:41
Mnemonic fobia
Oleh: dr.Tri Ratnawati
0 Balasan
F-Fearing- Ketakutan yang dialami seorang individuO-Object- objek yang sering dijumpai dalam fobia spesifik seperti air, kuman, kucing, anjing, api, dkkB-...
dr. Reren Ramanda
Dibalas 27 Desember 2021, 12:55
Terapi kasus Fobia pada pasien anak
Oleh: dr. Reren Ramanda
7 Balasan
Alo dokter, izin bertanya, apakah fobia yang dialami oleh anak-anak itu perlu untuk diterapi atau akan membaik seiring perkembangan emosional anak tersebut?...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.