Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Agorafobia general_alomedika 2024-02-16T11:08:31+07:00 2024-02-16T11:08:31+07:00
Agorafobia
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Agorafobia

Oleh :
dr. Audrey Amily
Share To Social Media:

Tata laksana agorafobia terdiri dari psikoterapi, misalnya cognitive behavioral therapy (CBT), dan farmakoterapi, seperti escitalopram, fluoxetin, atau sertraline. Penatalaksanaan bertujuan untuk mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup pasien.

Psikoterapi

Psikoterapi berbasis bukti klinis merupakan terapi agorafobia lini pertama, sama seperti farmakoterapi. Bukti klinis paling banyak didapatkan tentang cognitive behavioral therapy (CBT). CBT merupakan terapi jangka pendek, biasanya terdiri dari 8 sampai 20 pertemuan, yang berdasarkan psikologi perilaku dan kognitif. CBT dilakukan dengan melakukan paparan terhadap situasi yang ditakuti, baik secara langsung atau melalui gambar-gambar.[5]

Pada sebuah metaanalisis, CBT ditemukan memiliki respon yang lebih tinggi sebesar 2,5 kali lipat, dibanding penggunaan pil plasebo atau kontrol kondisi psikososial. Pada follow-up selama 6–12 bulan, didapatkan keberhasilan terapi tetap bertahan.[10]

Metaanalisis lain membandingkan CBT, terapi psikodinamik, psikoedukasi, psikoterapi suportif, terapi fisiologis, terapi kognitif, dan terapi perilaku. CBT merupakan psikoterapi yang paling banyak diteliti dan terbukti lebih superior dari metode lainnya, meskipun bukti tidak begitu kuat. Selain itu, kombinasi psikoterapi dan farmakoterapi terbukti lebih baik daripada farmakoterapi saja.[11,12]

Farmakologis

Farmakoterapi juga merupakan tata laksana lini pertama untuk agorafobia. Terdapat beberapa faktor yang mengindikasikan perlunya penggunaan obat-obatan, antara lain tidak berespon dengan psikoterapi, gejala kronis atau kompleks, dan ada komborbid gangguan depresi.[1,13]

Selective serotonin receptor inhibitors (SSRIs), seperti citalopram, escitalopram, fluoxetine, sertraline, umumnya digunakan sebagai terapi lini pertama. Serotonin-norepinephrine reuptake inhibitor (SNRI) misalnya desvenlafaxine, duloxetine, venlafaxine, golongan tricyclic antidepressants (TCA) seperti amitriptilin, trimipramine, imipramine, dan golongan benzodiazepin juga merupakan alternatif SSRI yang efektif dalam pengobatan agorafobia.[1,13]

SSRI umumnya lebih disukai, karena profil efek samping, keterjangkauan, ketersediaan, penurunan potensi penyalahgunaan, dan tolerabilitas yang lebih baik. Terdapat juga data yang menunjukkan bahwa kombinasi CBT dengan farmakoterapi mungkin paling efektif dalam pengelolaan gejala agorafobia dan gangguan panik.[1,13]

Pengobatan Fase Akut

Tata laksana agorafobia dapat dimulai dengan SSRI dosis rendah, lalu dititrasi hingga mencapai dosis minimum yang dapat mengontrol kecemasan. Sebagai contoh, sertraline dapat dimulai pada dosis 25 mg/hari, lalu seminggu kemudian dinaikkan ke dosis terapeutik 50 mg/hari, dan dilanjutkan selama 4 minggu.

Jika respon terhadap terapi setelah 6 minggu kurang baik, dosis SSRI dapat dinaikkan setiap 2 minggu hingga respon tercapai atau sampai dosis maksimal. Jika respon tetap kurang, pertimbangkan mengganti dengan SSRI lainnya, atau mengganti dengan golongan obat lain.

Benzodiazepin juga dapat diberikan sebagai terapi primer, tetapi lebih jarang digunakan karena kemungkinan ketergantungan dan penyalahgunaan obat. Jika pasien tidak memiliki riwayat penyalahgunaan obat, pemberian benzodiazepin, seperti alprazolam, dapat digunakan dalam jangka pendek untuk mengatasi gejala akut.[4,14]

Pengobatan Jangka Panjang

Studi double-blind menemukan bahwa penggunaan SSRI atau clomipramine selama 12–52 minggu meningkatkan respon terhadap pengobatan. Pada pasien yang berespon baik, pengobatan sebaiknya dilanjutkan selama 9–12 bulan, kemudian pertimbangkan melakukan tapering perlahan. Namun, jika gejala muncul kembali, lanjutkan pengobatan dan jangan dihentikan lagi.[4]

Referensi

1. Balaram K, Marwaha R. Agoraphobia. StatPearls. 2021 http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK554387/
4. Preda A. Phobic Disorders. Medscape. 2018. https://emedicine.medscape.com/article/288016-overview#a1
5. Penninx BW, Pine DS, Holmes EA, Reif A. Anxiety disorders. Lancet. 2021 Mar 6;397(10277):914-927. doi: 10.1016/S0140-6736(21)00359-7.
10. Hofmann SG, Smits JA. Cognitive-behavioral therapy for adult anxiety disorders: a meta-analysis of randomized placebo-controlled trials. J Clin Psychiatry. 2008 Apr;69(4):621-32. doi: 10.4088/jcp.v69n0415.
11. Pompoli A, Furukawa TA, Imai H, Tajika A, Efthimiou O, Salanti G. Psychological therapies for panic disorder with or without agoraphobia in adults: a network meta-analysis. Cochrane Database Syst Rev. 2016 Apr 13;4(4):CD011004. doi: 10.1002/14651858.CD011004.pub2.
12. Cuijpers P, Sijbrandij M, Koole SL, Andersson G, Beekman AT, Reynolds CF 3rd. Adding psychotherapy to antidepressant medication in depression and anxiety disorders: a meta-analysis. World Psychiatry 2014; 13: 56–67.
13. Carpenter JK, Andrews LA, Witcraft SM, Powers MB, Smits JAJ, Hofmann SG. Cognitive behavioral therapy for anxiety and related disorders: A meta-analysis of randomized placebo-controlled trials. Depress Anxiety. 2018 Jun;35(6):502–14.
14. Roy-Byrne PR, Craske M. Approach to treating panic disorder with or without agoraphobia in adults. UpToDate. 2021 https://www.uptodate.com/contents/approach-to-treating-panic-disorder-with-or-without-agoraphobia-in-adults

Diagnosis Agorafobia
Prognosis Agorafobia
Diskusi Terkait
dr.Peter Fernando
Dibuat 07 September 2023, 08:46
Mnemonic #34 : Gejala Agorafobia
Oleh: dr.Peter Fernando
0 Balasan
R - Rasa takut berlebihan akan Ruang terbuka atau keramaianA - Avoidance behavior (perilaku menghindar)M - Merasa kebingungan atau Mudah panikA - Anxiety...
dr.Tri Ratnawati
Dibuat 17 Juli 2023, 06:41
Mnemonic fobia
Oleh: dr.Tri Ratnawati
0 Balasan
F-Fearing- Ketakutan yang dialami seorang individuO-Object- objek yang sering dijumpai dalam fobia spesifik seperti air, kuman, kucing, anjing, api, dkkB-...
dr. Reren Ramanda
Dibalas 27 Desember 2021, 12:55
Terapi kasus Fobia pada pasien anak
Oleh: dr. Reren Ramanda
7 Balasan
Alo dokter, izin bertanya, apakah fobia yang dialami oleh anak-anak itu perlu untuk diterapi atau akan membaik seiring perkembangan emosional anak tersebut?...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.