Epidemiologi Gangguan Mood
Data epidemiologi menunjukkan bahwa prevalensi gangguan mood lebih besar pada perempuan dibandingkan laki-laki. Prevalensi gangguan mood juga bervariasi berdasarkan kelompok usia.[1,3]
Global
Gangguan mental yang termasuk dalam kelompok gangguan mood adalah gangguan bipolar, depresi, siklotimia, gangguan depresif persisten (distimia), gangguan disregulasi mood disruptif, dan premenstrual dysphoric disorder.
Prevalensi depresi secara global adalah 5-17% dengan prevalensi pada perempuan dilaporkan dua kali lebih banyak dibandingkan laki-laki. Median usia onset untuk depresi adalah 32 tahun, meskipun depresi juga bisa terjadi pada semua kelompok usia.
Sementara itu, prevalensi untuk gangguan bipolar adalah 2,8%. Usia onset terbanyak gangguan bipolar adalah pada kelompok usia 15–24 tahun dan pada usia 45–54 tahun.[1,2]
Prevalensi gangguan mood pada anak dan remaja mencapai 15%. Gangguan yang paling sering ditemukan pada anak dan remaja adalah depresi, dengan prevalensi pada perempuan sebesar 18-22% dan pada laki-laki sebesar 7-10%. Sementara itu, prevalensi gangguan bipolar pada anak dan remaja adalah sebesar 2,4%.[1]
Indonesia
Belum ada data nasional epidemiologi gangguan mood di Indonesia. Sebuah penelitian di Surabaya oleh Maramis et al (2017) menemukan prevalensi gangguan bipolar sebesar 10,7%, dengan prevalensi pada laki-laki sebesar 4,8% dan perempuan sebesar 5,9%. Penelitian lain mengenai depresi pada populasi lansia menemukan prevalensi sebesar 42,5%, dengan prevalensi pada perempuan sebesar 31,5% dan laki-laki sebesar 11%.
Meski demikian, perlu dicatat bahwa data ini belum tentu merepresentasikan prevalensi nasional. Oleh karenanya, diperlukan studi epidemiologi lebih lanjut untuk mengetahui prevalensi dan insidensi gangguan mood di Indonesia.[7,8]
Mortalitas
Mortalitas gangguan mood sangat dipengaruhi oleh risiko bunuh diri. Perilaku bunuh diri cukup sering ditemukan pada pasien dengan gangguan bipolar. Hingga 4-19% pasien dengan gangguan bipolar mengakhiri hidup dengan bunuh diri. Sekitar 20-60% pasien gangguan bipolar mencoba bunuh diri setidaknya sekali seumur hidup. Risiko kematian bunuh diri pada pasien gangguan bipolar dilaporkan 10–30 kali lebih tinggi daripada populasi umum.[20]
Sementara itu, depresi telah sangat banyak dikaitkan dengan ide dan upaya bunuh diri. Dalam sebuah studi di Australia, 364 dari 1051 partisipan melaporkan pernah mengalami depresi. Dari jumlah tersebut, 48% melaporkan ide bunuh diri dan 16% melaporkan upaya bunuh diri. Tingkat keparahan depresi berkorelasi signifikan dengan bunuh diri pada pria dan wanita. Upaya bunuh diri secara signifikan lebih sering terjadi pada wanita dengan usia onset depresi yang lebih muda dan jumlah komorbiditas psikiatri yang lebih tinggi.[21]
Penulisan pertama oleh: dr. Immanuel Natanael Tarigan