Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Obstructive Sleep Apnea general_alomedika 2022-08-03T12:10:49+07:00 2022-08-03T12:10:49+07:00
Obstructive Sleep Apnea
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Obstructive Sleep Apnea

Oleh :
dr. Novita
Share To Social Media:

Penatalaksanaan obstructive sleep apnea (OSA) terbagi menjadi dua yakni terapi nonbedah dan bedah. Penatalaksanaan OSA disesuaikan berdasarkan Indeks Apnea-Hipopnea (AHI) pasien.

Terapi nonbedah dapat berupa penggunaan continuous positive pressure (CPAP), oral appliance therapy, dan obat-obatan. Sedangkan terapi bedah bertujuan untuk memperbaiki abnormalitas pada struktur anatomi saluran napas atas dan volume. Hingga saat ini CPAP adalah terapi pilihan utama yang digunakan untuk OSA.[15]

Terapi Nonbedah

Tata laksana yang dapat diberikan pada penderita obstructive sleep apnea (OSA) adalah CPAP, oral appliance therapy, serta penggunaan kombinasi obat domperidone dan pseudoefedrin. Namun CPAP masih menjadi pilihan utama terapi dari OSA.[15-17]

Continuous Positive Pressure (CPAP)

CPAP adalah sebuah alat penyokong pneumatik yang dapat mempertahankan patensi dengan meningkatkan tekanan saluran napas atas. Alat ini bekerja dengan memberikan tekanan positif melalui masker nasal atau oronasal selama jam tidur. Tekanan positif yang diberikan disesuaikan dengan derajat OSA, dan tekanan positif yang dibutuhkan semakin tinggi pada pasien dengan apnea yang muncul selama rapid eye movement (REM), dalam posisi supine, atau pada pasien dengan obesitas berat.

Efikasi dari CPAP biasanya baru mulai dirasakan setelah 2-7 hari. CPAP diindikasikan pada pasien dengan Indeks Apnea-Hipopnea (AHI) lebih dari 15 dan AHI kurang dari 15 yang disertai dengan gejala diurnal hypersomnolence, gangguan kognisi, gangguan mood, atau disertai dengan hipertensi dan penyakit arteri koroner.

Oral Appliance Therapy

Oral appliance therapy adalah terapi alternatif selain CPAP. Terdapat dua jenis oral appliance therapy yakni mandibular advancement devices dan tongue retaining devices.

Mandibular advancement devices dapat mempertahankan rahang pasien agar posisinya ke depan dan membuka jalan napas. Tongue retaining devices mempertahankan lidah agar tidak jatuh ke belakang dan membuka jalan napas. Namun mandibular advancement devices lebih terbukti efektif dibandingkan tongue retaining devices.

Pemberian Obat

Selain tata laksana berupa CPAP dan modifikasi gaya hidup, terdapat sebuah penelitian yang dilakukan oleh Larrain, et al yang menyatakan bahwa kombinasi obat antara domperidone dan pseudoefedrin bermanfaat dalam terapi pasien OSA. Kombinasi kedua obat tersebut masih jarang digunakan dalam praktik sehari-hari, namun dilaporkan dapat mengurangi dengkuran, rasa kantuk, episode apnea, dan desaturasi oksigen selama tidur.

Terapi yang diberikan adalah domperidone 10 mg dengan pseudoefedrin sulfat 60 mg selama 3-5 malam. Namun, bukti ilmiah terkait penggunaan kombinasi kedua obat ini masih terbatas, sehingga harus diteliti lebih lanjut.[16,17]

Pembedahan

Terapi pembedahan pada penderita obstructive sleep apnea (OSA) bertujuan untuk memperbaiki abnormalitas struktur anatomi saluran napas atas. Namun, tidak semua pasien dengan OSA perlu menjalani tindakan pembedahan. berikut ini adalah indikasi dari terapi pembedahan.

Indikasi tindakan bedah pada OSA adalah :

  • Indeks Apnea-Hipopnea (AHI) ≥ 20 kali per jam
  • Saturasi Oksigen kurang dari 90%
  • Tekanan esofagus di bawah -10 cmH2O
  • Terdapat gangguan kardiovaskular seperti aritmia dan hipertensi

  • Gejala neuropsikiatri
  • Gagal dengan terapi nonbedah
  • Kelainan anatomi pada obstruksi jalan napas

Jenis pembedahan yang dapat dilakukan pada pasien dengan OSA yakni uvulopalatopharyngoplasty (UPP), laser-assisted uvuloplasty (LAUP), radiofrequency ablation palatum (RA) dan trakeostomi.[15]

Uvulopalatopharyngoplasty / UPPP

UPPP merupakan salah satu teknik operasi dengan melakukan eksisi pada margo inferior palatum mole termasuk uvula dan tonsil. UPPP terbukti dapat menurunkan AHI, meningkatkan saturasi oksigen, dan mengurangi dengkuran. Hanya saja teknik UPPP tidak terlalu efektif pada pasien dengan usia lanjut dan dengan indeks massa tubuh lebih dari 30 kg/m2. Efek samping yang dapat ditimbulkan dari tindakan UPPP adalah tenggorokan mudah kering, sulit menelan, dan insufisiensi velofaring.

Laser- Assisted Uvuloplasty / LAUP

Teknik laser-assisted uvuloplasty hampir serupa dengan UPPP hanya saja menggunakan bantuan dari laser. LAUP tidak direkomendasikan pada pasien yang memiliki obstruksi pada area tonsil, terdapat penebalan mukosa faring, dan hipertrofi tonsil dengan Indeks Apnea-Hipopnea (AHI) lebih dari 30.

Radiofrequency Ablation Palatum / RAP

Teknik dengan RAP diindikasikan kepada pasien dengan obstruksi palatum dan dengan Indeks Apnea-Hipopnea (AHI) lebih dari 15. Menurut sebuah studi, RAP berhasil menghilangkan keluhan mendengkur, namun tidak mengubah hasil AHI. Teknik RAP lebih tidak invasif jika dibandingkan dengan UPPP.

Trakeostomi

Trakeostomi adalah teknik pembedahan terakhir yang dilakukan apabila seluruh teknik pembedahan tidak efektif, atau apabila pasien dalam keadaan nyawa terancam dengan OSA derajat berat.[5]

Terapi Suportif

Selain tata laksana medikamentosa dan bedah, terdapat terapi suportif lainnya yang juga tidak kalah penting, yakni modifikasi gaya hidup. Modifikasi gaya hidup pada penderita OSA meliputi penurunan berat badan, menghindari konsumsi minuman alkohol, obat penenang atau golongan sedatif, serta nikotin dan kafein pada malam hari. Tujuannya adalah untuk memperbaiki tonus otot saluran napas atas dan mekanisme pernapasan sentral.[15]

 

 

Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri

Referensi

5. Slowik JM, Sankari A, Collen JF. Obstructive Sleep Apnea. 2022 Jun 28. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan–. PMID: 1029083619.
15. Spicuzza L, Caruso D, Maria GD. Obstructive sleep apnoea syndrome and its management. Ther Adv Chronic Dis. 2015; 6(5): 273-285
16. Arredondo E, DeLeon M, Masozera I, Panahi L, Udeani G, Tran N, Nguyen CK, Atphaisit C, de la Sota B, Gonzalez G Jr, Liou E, Mayo Z, Nwosu J, Shiver TL. Overview of the Role of Pharmacological Management of Obstructive Sleep Apnea. Medicina (Kaunas). 2022 Feb 2;58(2):225. doi: 10.3390/medicina58020225. PMID: 35208549; PMCID: PMC8874508.
17. Hedner J, Zou D. Drug Therapy in Obstructive Sleep Apnea. Sleep Med Clin. 2018 Jun;13(2):203-217. doi: 10.1016/j.jsmc.2018.03.004. PMID: 29759271.

Diagnosis Obstructive Sleep Apnea
Prognosis Obstructive Sleep Apnea

Artikel Terkait

  • Perawatan Alat CPAP di Rumah
    Perawatan Alat CPAP di Rumah
  • Agonis Reseptor Glucagon-like Peptide-1 pada Penanganan Obstructive Sleep Apnea
    Agonis Reseptor Glucagon-like Peptide-1 pada Penanganan Obstructive Sleep Apnea
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 05 November 2024, 21:48
Sleep apnea pada anak yang sudah pernah tonsilektomi
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Hallo dok, saya ijin konsultasi. Ada anak yang sudah pernah riwayat operasi Amandel, namun keluhannya masih mengorok dan tiba2 seperti henti nafasnya. Apa...
Anonymous
Dibalas 03 Februari 2024, 07:06
Kapan perlu merujuk pasien dengan Obstructive Sleep Apnea (OSA)?
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, izin konsultasi dok saya memiliki pasien dengan curiga ke arah Obstructive Sleep Apnea (OSA) dengan score ESS 7. Yang saya tanyakan dok, kapan...
dr.Olvy Sekarsari Octaviana
Dibalas 28 April 2023, 09:09
Tata Laksana Obstructive Sleep Apnea (OSA) di layanan primer
Oleh: dr.Olvy Sekarsari Octaviana
1 Balasan
ALO Dokter, izin berdiskusi.. ketika dalam praktek layanan primer atau dalam praktek telemedicine ditemukan pasien dengan diagnosis mengarah pada OSA, terapi...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.