Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Prostatitis karyanti 2023-12-13T10:35:30+07:00 2023-12-13T10:35:30+07:00
Prostatitis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Komplikasi
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Prostatitis

Oleh :
dr. Khrisna Rangga Permana
Share To Social Media:

Diagnosis prostatitis dapat ditegakkan melalui pemeriksaan urinalisis dan/atau kultur urine. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan urine midstream (porsi tengah) atau dengan uji 2 tabung menggunakan urine sebelum dan sesudah masase prostat. Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah analisis sekresi prostat, analisis urodinamik, dan pemeriksaan USG.

Anamnesis

Pada saat anamnesis, dokter perlu menanyakan ada tidaknya keluhan seperti demam, menggigil, dan lower urinary tract symptoms (LUTS) seperti frequency, urgency, dysuria, nokturia, hesitancy, pancaran urine lemah, dan urinasi tidak tuntas. Selain itu, dokter juga menanyakan keluhan lain seperti rasa sakit di area suprapubik atau perineal, disfungsi ereksi, dan ada tidaknya duh/discharge.

Riwayat yang perlu digali adalah riwayat penyakit menular seksual dan aktivitas seksual pasien, riwayat kateterisasi urine, riwayat diabetes atau kondisi immunocompromised lain, riwayat operasi genitourinaria, dan riwayat pengobatan.[1,2,9]

Pada prostatitis bakterial kronis, umumnya gejala di atas tidak spesifik. Pertimbangkan kemungkinan prostatitis bakterial kronis pada pasien dengan keluhan infeksi saluran kemih rekuren, atau dysuria dan gejala obstruksi saluran kemih intermiten.

Pada pasien dengan prostatitis nonbakterial, keluhan utama yang ditemukan adalah rasa nyeri, seperti nyeri punggung atau abdomen bawah, nyeri perineal, nyeri ujung penis, nyeri testikular, maupun nyeri rektal.[8,10]

Pemeriksaan Fisik 

Pemeriksaan fisik yang penting dilakukan pada prostatitis adalah pemeriksaan fisik lokalis di regio suprapubik dan perineal, serta digital rectal examination (rectal toucher). Pada prostatitis, kelenjar prostat umumnya membesar dan terasa nyeri saat ditekan.

Pemeriksaan Lokalis

Pasien prostatitis umumnya merasakan nyeri pada regio suprapubik saat dilakukan penekanan. Selain itu, bisa terdapat nyeri tekan perineal dan jika terdapat retensi urin, dapat terjadi pembesaran buli yang teraba saat palpasi abdomen.

Digital Rectal Examination

Pada pemeriksaan rectal toucher atau digital rectal examination, kelenjar prostat dapat teraba membesar dan nyeri. Kelenjar juga mungkin teraba nodular atau justru teraba normal. Pemeriksaan rectal toucher pada pasien dengan prostatitis inflamasi asimtomatik dapat menunjukkan hasil yang normal.[8,10]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding prostatitis adalah benign prostatic hyperplasia (BPH), inflammatory bowel disease (IBD), infeksi saluran kemih (sistitis atau uretritis), obstruksi saluran kemih seperti adanya batu, dan kanker prostat.[1,2]

Benign Prostatic Hyperplasia

BPH merupakan pembesaran jinak prostat yang juga dapat menimbulkan lower urinary tract symptoms (LUTS). Untuk membedakan prostatitis dari BPH, dapat dilakukan pemeriksaan urinalisis, USG transabdominal, CT scan pelvis, pemeriksaan histologi, atau uroflowmetri.

Inflammatory Bowel Disease

Penyakit ini dapat memberikan gejala nyeri yang mirip dengan prostatitis kronis yang tidak spesifik. Namun, IBD tidak menyebabkan gejala-gejala LUTS. Selain itu, diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan endoskopi dan biopsi traktus gastrointestinal.

Infeksi Saluran Kemih

Diagnosis infeksi saluran kemih seperti sistitis dan uretritis dapat ditegakkan melalui urinalisis dan kultur urine.

Obstruksi Saluran Kemih dan Kanker

Untuk membedakan prostatitis dari obstruksi saluran kemih (misalnya oleh batu uretra atau striktur uretra), dokter dapat melakukan pemeriksaan urinalisis dan radiologi seperti USG, rontgen, CT scan, atau MRI. Sedangkan untuk membedakan dari kanker prostat, selain menggunakan modalitas radiologi, dokter juga dapat memeriksa prostate specific antigen (PSA) pada pasien.[1,2]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang utama pada prostatitis adalah pemeriksaan urinalisis dan kultur urine. Pemeriksaan lainnya adalah analisis urodinamik, pemeriksaan sekresi prostat, USG dan modalitas radiologi lain seperti CT scan untuk menyingkirkan diagnosis banding seperti kanker.

Urinalisis

Pemeriksaan urinalisis penting untuk menentukan ada atau tidaknya inflamasi. Parameter yang penting adalah hitung leukosit untuk menentukan adanya inflamasi pada prostat dan hitung bakteri untuk membedakan apakah prostatitis bakterial atau nonbakterial.[1,11]

Kultur Urine

Pada prostatitis bakterial, kultur urine dapat dilakukan untuk menentukan organisme penyebab. Untuk konfirmasi hasil, dapat dilakukan 2 kultur sebelum dan sesudah masase prostat atau dikenal sebagai uji 2 tabung (prosedur Giessen). Walau demikian, masase prostat tidak boleh dilakukan pada pasien demam atau pasien prostatitis bakterial akut, karena akan meningkatkan risiko sepsis. Untuk kasus tersebut, kultur dilakukan hanya dengan urine midstream.

Uji 4 tabung Meares-Stamey dapat dilakukan untuk diagnosis prostatitis bakterial tetapi, pemeriksaan ini lebih kompleks dan memakan biaya dibanding uji 2 tabung, sehingga saat ini lebih banyak digunakan untuk kepentingan riset saja.

Uji 4 tabung terdiri atas 4 spesimen, yakni:

  1. Spesimen pertama: voided bladder (VB1), yakni 10 cc urine awal untuk menilai keadaan mukosa uretra
  2. Spesimen kedua: urine porsi tengah (VB2) untuk menilai keadaan mukosa kandung kemih
  3. Spesimen ketiga: sekresi prostat atau expressed prostatic secretion (EPS) yang dikeluarkan melalui masase prostat
  4. Spesimen keempat: 10 cc urine setelah masase prostat (VB3)

Keempat contoh itu dianalisis secara mikroskopik dan dikultur untuk mencari kuman penyebab infeksi. Sekitar 80% patogen adalah organisme gram negatif (misalnya, Escherichia coli, Enterobacter, Serratia, Pseudomonas, Enterococcus, dan Proteus). Campuran infeksi dari berbagai jenis bakteri jarang ditemukan.[1,2,12]

Expressed Prostatic Secretions

Expressed prostatic secretions (EPS) yang dihasilkan dari masase prostat bermanfaat dalam diagnosis dan tata laksana prostatitis nonbakterial. Jika pemeriksaan EPS menunjukkan sel-sel inflamatori, maka pasien langsung ditangani secara empiris dengan antibiotik selama 2 minggu. Jika EPS tidak menunjukkan adanya sel inflamatori, maka dokter perlu mencari penyebab lain berdasarkan kondisi klinis pasien.

Pemeriksaan Urodinamik

Pada prostatitis kronis, pemeriksaan urodinamik penting dilakukan untuk menghindari terjadinya misdiagnosis prostatitis dengan penyakit yang juga memiliki gejala iritatif dan obstruktif saat berkemih.

Ultrasonografi

Ultrasonografi (USG) transabdominal atau bladder scan dapat dilakukan untuk menilai pembesaran prostat dan retensi urin. USG transrektal tidak dapat diandalkan untuk diagnosis prostatitis. Pemeriksaan ini hanya dilakukan jika terdapat kecurigaan ke arah prostat abses dan harus dilakukan secara berhati-hati untuk mencegah bakteremia.

Computed Tomography Scan

CT scan dapat berguna jika terdapat kecurigaan ke arah abses prostat atau kanker prostat. Modalitas ini dapat membantu menyingkirkan diagnosis banding.[1,2,11]

Klasifikasi Prostatitis

National Institute of Health membagi klasifikasi prostatitis menjadi 4 kategori, yaitu prostatitis bakterial akut, prostatitis bakterial kronis, prostatitis nonbakterial kronis, dan prostatitis inflamasi asimtomatik.

Kategori I: Prostatitis Bakterial Akut

Prostatitis kategori ini disebabkan oleh infeksi bakteri pada prostat dan membutuhkan perawatan medis yang adekuat agar pasien terhindar dari risiko komplikasi.

Kategori II: Prostatitis Bakterial Kronis

Prostatitis bakterial kronis merupakan kondisi yang relatif jarang terjadi dan biasanya muncul sebagai infeksi saluran kemih intermiten. Prostatitis bakteri kronis umumnya tidak menimbulkan gejala klinis atau hanya memiliki gejala-gejala yang lebih ringan dari prostatitis bakterial akut.

Kategori III: Prostatitis Nonbakterial Kronis atau Sindrom Pelvik Kronis (Chronic Pelvic Pain Syndrome / CPPS)

Pada kategori ini, terdapat keluhan nyeri dan perasaan tidak nyaman pada pelvis yang terlah berlangsung paling sedikit 3 bulan. Kategori ini dibedakan dalam 2 subkategori, yaitu subkategori IIIA (sindrom pelvik kronis dengan inflamasi) dan subkategori IIIB (sindrom pelvik noninflamasi).

Kategori IV: Prostatitis Inflamasi Asimtomatik

Secara klinis, pasien tidak menunjukkan keluhan maupun tanda prostatitis. Prostatitis kategori ini umumnya ditemukan dari analisis cairan semen untuk pemeriksaan infertilitas atau dari jaringan prostat yang didapatkan pada biopsi maupun pada saat operasi prostat. Sebagian besar prostatitis kategori ini tidak memerlukan terapi.[1,2]

Referensi

1. Turek PJ. Prostatitis. Medscape. 2019. https://emedicine.medscape.com/article/785418-overview
2. Davis NG, Silberman M. Bacterial Acute Prostatitis. StatPearls Publishing. 2020. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459257/
8. Yoon BI, Han DS, Ha US, et al. Clinical courses following acute bacterial prostatitis. Prostate Int. 2013;1:89.
9. Nagy V, Kubej D. Acute bacterial prostatitis in humans: Current microbiological spectrum, sensitivity to antibiotics and clinical findings. Urologia Internationalis. 2012;89(4):445-450.
10. Gill BC, Shoskes DA. Bacterial prostatitis. Curr Opin Infect Dis. 2016;29:86.
11. Pontari M, Giusto L. New developments in the diagnosis and treatment of chronic prostatitis/chronic pelvic pain syndrome. Curr Opin Urol. 2013;23:565–9.

Epidemiologi Prostatitis
Penatalaksanaan Prostatitis
Diskusi Terbaru
Anonymous
Dibalas 09 Mei 2025, 16:20
Pemberian cotrimoksazol pada pasien Hiv-TB
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Halo dok, izin diskusi. Saya ada pasien tb dan juga terdiagnosis hiv. Hiv (+) lewat RDT saja tanpa cek cd4. Sudah di berikan arv dan cotrimoksazol 1x960mg....
Anonymous
Dibalas 09 Mei 2025, 16:09
Pemberian VAR dan SAR pada pasien terduga rabies
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, selamat sore. Saya ingin bertanya apakah pemberian VAR/SAR dapat diberikan pada pasien dengan risiko tinggi rabies yang kejadian tergigit hewan...
dr.fandi sukowicaksono
Dibalas 09 Mei 2025, 22:03
Apakah USG kehamilan dapat mendeteksi riwayat kehamilan sebelumnya yang tidak diketahui?
Oleh: dr.fandi sukowicaksono
3 Balasan
Alo Dokter. ini cerita pasien saya kemarin.mr X usia 26 th datang konsultasi sendiri , menceritakan kejadian saat usg kehamilan anak pertama istrinya dengan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.