Perawatan Sawar Kulit pada Penderita Dermatitis Atopik di Era Pandemi COVID-19

Oleh :
dr.SK Sulistyaningrum, Sp.DVE, FINSDV, FAADV, IFAAD

Perawatan sawar kulit (skin barrier) merupakan bagian utama dalam penatalaksanaan dan pencegahan pada pasien dermatitis atopik (DA). Selama era pandemi COVID-19, kebiasaan untuk sering mencuci tangan, mandi, membersihkan wajah, serta menggunakan masker wajah dan sarung tangan dapat meningkatkan risiko kerusakan sawar kulit terutama pada penderita DA.[1]

Dermatitis atopik (DA) merupakan kelainan kulit yang ditandai dengan disfungsi sawar kulit, peradangan, dan pruritus kronik. Sebelumnya, DA dilaporkan banyak terjadi pada populasi anak, tetapi kini juga sering dilaporkan DA pada populasi dewasa dan lansia. Disfungsi sawar kulit dan disregulasi imun berperan penting dalam patogenesis dermatitis atopik.[1]

shutterstock_1723221199-min

Kerusakan Sawar Kulit pada Dermatitis Atopik

Kulit merupakan organ tubuh paling luas yang berinteraksi langsung dengan lingkungan eksternal. Kulit berfungsi sebagai sawar pelindung fisik dan imunologis dengan cara membatasi kehilangan cairan melalui kulit, menyerap bahan kimia dari lingkungan, serta mencegah infeksi mikroba.[1,2]

Penderita DA memiliki imunitas kulit yang terganggu, kinerja sawar kulit yang menurun, dan rentan terhadap infeksi Staphylococcus aureus, seperti selulitis dan impetigo. Penyebab utama kerusakan sawar kulit pada DA di antaranya penurunan filaggrin, ceramide, dan peptida antimikroba; peningkatan serine protease (SP); penurunan penghambat SP; dan kelainan pada tight junctions.[1,3]

Kelainan kulit pada penderita DA bervariasi, bisa akut, subakut, maupun kronik. Gejala berupa pruritus dan lesi kulit yang polimorfik, seperti  eritema, vesikel, erosi, hingga ekskoriasi disertai krusta, xerosis, dan likenifikasi. Penderita DA biasanya memiliki riwayat atopik dalam diri atau keluarga.[1]

Perawatan Kulit Sehari-Hari

Beberapa kebiasaan sehari-hari di era pandemi COVID-19 dapat meningkatkan risiko kulit kering hingga kerusakan sawar kulit, misalnya sering mandi, membersihkan wajah, dan mencuci tangan baik menggunakan hand sanitizer atau sabun antiseptik. Selain itu, penggunaan masker wajah dan sarung tangan semakin meningkat di era COVID-19, di mana keduanya dapat memperburuk gejala DA.

Sebenarnya, perawatan kulit yang tepat dan menggunakan produk yang tepat akan dapat mempertahankan sawar kulit dan mencegah eksaserbasi DA.

Mencuci Tangan

Kandungan di dalam sabun dan hand sanitizer dapat merusak kulit melalui beberapa mekanisme, yaitu denaturasi protein stratum korneum, perubahan lipid interseluler, serta penurunan kohesi korneosit dan kapasitas stratum korneum dalam mengikat air. Selain itu, dapat juga terjadi penipisan sawar lipid akibat paparan berulang dengan deterjen dan alkohol, sehingga berpotensi mengganggu keseimbangan flora normal kulit.[4]

Zat-zat yang memiliki efek risiko iritasi kulit di antaranya iodophors, chlorhexidine, chloroxylenol, triclosan, dan alkohol. Diantara produk berbasis alkohol, etanol memiliki sifat iritan kulit paling sedikit jika dibandingkan dengan n-propanol dan isopropanol.[4]

Membersihkan Wajah

Pasien DA dengan kulit yang kering dan sensitif dapat memilih produk yang mengandung surfaktan nonsoap, micellar water, deterjen sintetis (syndets) dengan pH asam atau netral, dan lotion pembersih bebas lipid untuk kulit sensitif/kering yang dapat dihilangkan tanpa air. Kebiasaan membersihkan wajah 2 kali sehari dengan sabun alkali/basa (pH 10,2), dan menggosok wajah dengan handuk berisiko menyebabkan abrasi stratum korneum dan iritasi. Oleh karena itu, saat membersihkan wajah jangan menggosok kulit dengan kasar, cukup dengan diusap/ditepuk dengan lembut.[5]

Selain itu, penggunaan minyak pembersih secara signifikan dapat memperbaiki kulit kering, bersisik, iritasi, dan eritema, serta  dapat mengurangi gejala gatal. Hal ini karena minyak pembersih wajah mengandung minyak dan surfaktan yang dapat menghapus kosmetik berbasis minyak, serta mudah dibilas dengan air. Minyak pembersih memiliki kemampuan membersihkan lebih tinggi daripada pembersih berbasis air dan umumnya tidak perlu menggosok kulit.[6]

Mandi

Penderita DA disarankan untuk mandi selama 5−10 menit, sebanyak 2 kali sehari, dengan air biasa (bukan air hangat), dan tidak dianjurkan menggunakan scrub setiap hari. Direkomendasikan untuk menggunakan pembersih non-soap, nonirritant, hypoallergenic, dengan pH netral. Terdapat pedoman yang secara khusus merekomendasikan penggunaan detergen sintetis (syndets) sebagai alternatif. [5]

Perlu diingat bahwa sabun konvensional umumnya menghilangkan minyak alami kulit dan membuat pH stratum korneum menjadi alkali (basa). Penambahan cairan antiseptik ke dalam bak mandi akan memberikan efek antibakteri, sehingga dapat membantu manajemen DA yang seringkali disertai peningkatan kolonisasi Staphylococcus aureus dan patogen lainnya. Namun, antiseptik dapat berisiko menyebabkan kulit menjadi kering.[2]

Menggunakan Pelembab

Setelah mandi dan mencuci tangan, dianjurkan untuk menggunakan pelembab saat kulit masih terasa lembab, untuk dapat meningkatkan hidrasi kulit dan mengurangi gejala seperti rasa perih maupun gatal. [7,8]

Manfaat dan Komposisi Pelembab

Di era pandemi COVID-19, mencuci tangan yang sering dilakukan harus diiringi dengan mengaplikasikan pelembab lebih sering juga. Bentuk sediaan pelembab dapat berupa lotion, krim, gel, body butter, dan salep, dengan konsistensi yang bervariasi dari ringan hingga berat/lebih lengket. Pelembab yang ideal harus memiliki sifat berikut ini:

  • Fungsi mengurangi dan mencegah transepidermal water loss

  • Fungsi meningkatkan mekanisme retensi pelembab kulit sebagai fungsi sawar kulit
  • Hipoalergenik, tidak sensitif, bebas pengharum, non komedogenik
  • Daya serap cepat sehingga memberikan efek hidrasi segera
  • Secara kosmetik dapat diterima dan harga terjangkau[7,8]

Manfaat pelembab di antaranya hidrasi kulit, antiinflamasi ringan, antimitotik, antipruritus, fotoprotektif, antimikroba, serta dapat meningkatkan kualitas hidup penderita DA. Berbagai komposisi/formulasi pelembab memiliki fungsi berbeda dan saling melengkapi. Bahan spesifik yang baik digunakan dalam pelembab di antaranya adalah ceramide 1,3,6, phytosphingosine, gliserin, sucrose stearate, minyak bunga matahari, canola, serta palmitoylethanolamide.

Ceramide 1,3,6 dan Phytosphingosine

Ceramide atau N-acyl sphingosine merupakan bagian dari sphingolipid. Ceramide adalah salah satu lipid yang banyak terdapat pada sawar kulit, yang  berfungsi untuk mencegah kehilangan air berlebih serta menghambat penetrasi zat asing, alergen, dan mikroba dari luar tubuh. Ceramide mengatur beberapa proses seluler, seperti proliferasi, diferensiasi, dan apoptosis.[11,12]

Kadar ceramide menurun pada pasien DA dan penuaan. Matsumoto et al melaporkan bahwa ceramide 1 menurun pada 52% pada pasien DA. Selain itu, ceramide 1 dan ceramide 3 berkurang pada kulit yang mengalami lesi. Sehingga, aplikasi ceramide topikal dapat memperbaiki sawar kulit pada DA  dan mencegah peradangan.[11,12]

Spada et al melaporkan bahwa phytosphingosine, ceramide 1, ceramide 3, dan ceramide 6-2 yang terkandung dalam krim berperan dalam melembabkan kulit dan mengurangi TEWL bila dibandingkan dengan plasebo.[13]

Gliserin

Gliserin atau glycerol berperan dalam kelembaban, elastisitas, dan perbaikan sawar kulit. Gliserin dapat meningkatkan hidrasi stratum korneum dan fungsi sawar kulit, melindungi kulit dari iritasi, meningkatkan degradasi desmosom, serta mempercepat penyembuhan luka. Aplikasi gliserin topikal dapat memperbaiki kulit penderita DA.[8]

Sucrose Stearate

Sucrose stearate merupakan kombinasi dari sukrosa dan asam stearat. Pada produk perawatan kulit, sucrose stearate dapat berfungsi sebagai emolien yang melembutkan dan menghaluskan. Selain itu, sucrose stearate dapat berfungsi sebagai pengemulsi, pengawet, dan antioksidan dalam produk perawatan kulit.[8]

Minyak Bunga Matahari dan Canola

Minyak tumbuhan memiliki efek oklusif, sehingga dapat melindungi sawar kulit, mempertahankan kelembaban, dan menurunkan TEWL. Terutama minyak bunga matahari, yang mengandung asam oleat dan linoleat. Minyak bunga matahari telah terbukti dapat menjaga integritas stratum korneum dan meningkatkan hidrasi kulit tanpa menyebabkan eritema. [14,15]

Asam linoleat berfungsi sebagai agonis PPAR-α, yang meningkatkan proliferasi keratinosit dan sintesis lipid sehingga memperkuat sawar kulit. Adapun minyak canola dapat menginduksi perubahan kadar air sehingga kulit menjadi lebih lembab.[14,15]

Palmitoylethanolamide

Palmitoylethanolamide (PEA) merupakan salah satu zat yang sering digunakan dalam produk perawatan kulit untuk mengatasi gatal, terutama pada pasien DA. Gatal merupakan rangsangan nosiseptif yang diaktivasi oleh sel mast, mediator inflamasi, sitokin proinflamasi, dan neuromediator. PEA telah terbukti dapat mengatasi gatal, terutama pada pasien DA, karena sifatnya yang menghambat pelepasan mediator inflamasi, histamin, sitokin proinflamasi, dan neuromediator.[16]

PEA adalah asam lemak endogen, yang terbentuk dari derivat asam lemak atau minyak sawit nabati. PEA diaktifkan ketika ada kerusakan jaringan, dan dilepaskan oleh tubuh jika terjadi peradangan. [16]

Perawatan Sawar Kulit di Era Pandemi

Pandemi COVID-19 meningkatkan kebiasaan mencuci tangan dan mandi dengan antiseptik. Kebiasaan tersebut berisiko merusak sawar kulit dan menyebabkan eksaserbasi DA. Sebenarnya, penggunaan sabun ringan yang dibilas air mengalir saja sudah cukup dalam mencegah penularan COVID-19.

Terapi  dan pencegahan DA yang fokus memperbaiki sawar kulit termasuk cara mencuci tangan, mandi, dan membersihkan wajah dengan tepat.

Perawatan Sawar Kulit Tangan

Cara tepat perawatan sawar kulit tangan pada penderita DA adalah:

  • Memilih hand sanitizer dan sabun cuci tangan yang tepat untuk kondisi kulit DA yang kering, yaitu produk dengan bahan yang mengandung pelembab dan tidak menyebabkan iritasi maupun alergi seperti pengharum maupun antiseptik[4]
  • Mencuci tangan dengan teknik yang benar, yaitu menggunakan air hangat dan sabun, mencuci tangan kurang lebih 20 detik, kemudian menepuk-nepuk kulit dengan lembut hingga kering. Hindari kebiasaan menggosok kulit dengan kasar menggunakan tisu/handuk saat mengeringkan tangan[18]
  • Menggunakan pelembab setiap setelah mencuci tangan, saat kulit masih lembab. Sebelum tidur dianjurkan untuk mengaplikasikan ke tangan dengan tebal krim atau ointment pelembab tanpa pengharum, seperti petroleum jelly[4,18]
  • Menggunakan hand sanitizer hanya apabila tidak ada akses terhadap air dan sabun[18]
  • Menggunakan sarung tangan setiap kali mencuci atau membersihkan benda/produk dengan desinfektan, misalnya mencuci baju, alat makan, lantai, dan perabotan[18]

Perawatan Sawar Kulit Wajah

Cara tepat perawatan sawar kulit wajah pada penderita DA adalah:

  • Membersihkan wajah dengan minyak pembersih, micellar water, atau pembersih ringan lainnya dengan diusap/ditepuk lembut[6]
  • Menggunakan masker kain yang berbahan katun (bukan bahan yang mengiritasi seperti wol) dan bebas dari pewarna sintetis[18]
  • Mencuci masker kain secara rutin bersama dengan pakaian lainnya, menggunakan detergen bebas pengharum yang tidak menyebabkan reaksi alergi maupun iritasi[18]

Perawatan Sawar Kulit Tubuh

Cara tepat perawatan sawar kulit seluruh tubuh pada penderita DA adalah:

  • Mandi tidak lebih dari 2x sehari, selama 5−10 menit, dengan air biasa, dan menggunakan pembersih non-soap, nonirritant, hypoallergenic, dengan pH netral. Lebih direkomendasikan menggunakan pembersih sindet sintetis[5]
  • Menambahkan cairan antiseptik ke dalam bak mandi untuk mengendalikan kolonisasi kuman patogen di kulit, tetapi berisiko menyebabkan kulit menjadi kering. Oleh karena itu tidak dianjurkan rutin setiap hari[2]
  • Menggunakan pelembab setelah mandi saat kulit masih terasa lembab, untuk meningkatkan hidrasi kulit[7]

Kesimpulan

Penderita dermatitis atopik memiliki gangguan sawar kulit, sehingga membutuhkan perawatan kulit dengan tepat.  Sawar kulit yang baik akan mengurangi insiden eksaserbasi DA dan meningkatkan kualitas hidup penderita.[1,2]

Pada era pandemik COVID-19, anjuran untuk sering mencuci tangan maupun mandi dengan antiseptik dapat berisiko meningkatkan kerusakan sawar kulit, termasuk eksaserbasi gejala pada penderita DA. Terdapat beberapa anjuran perawatan kulit pada penderita dermatitis atopik di era pandemi COVID-19, yaitu dengan menggunakan produk pembersih dan pelembab yang tepat secara rutin sehari-hari.[1,2,18]

Penggunaan masker dan sarung tangan sehari-hari juga dapat menyebabkan keluhan eksaserbasi DA pada tangan dan wajah. Sehingga, perawatan kulit area wajah dan tangan yang tepat menjadi sangat penting. Selain itu, pasien DA memiliki tingkat ansietas dan depresi yang lebih tinggi dibandingkan populasi umum. Stress dan kondisi isolasi selama pandemik COVID-19 juga dapat berperan meningkatkan eksaserbasi DA.[18]

Pelembab merupakan komponen utama perawatan kulit sehari-hari, terutama pada penderita DA. Edukasi harus menjelaskan pilihan bahan-bahan yang aman dan baik untuk digunakan sebagai pelembab, serta seberapa sering penggunaan pelembab yang dapat membantu dalam manajemen DA. Bahan spesifik pelembab yang baik untuk DA adalah ceramide 1,3,6, phytosphingosine, gliserin, sucrose stearate, minyak bunga matahari, canola, serta palmitoylethanolamide.

Referensi