Ruam pada bayi usia 3 bulan pada badan, leher, dan telinga, tidak demam - Diskusi Dokter

general_alomedika

Izin konsultasi dokter. Bayi usia 3 bulan dengan berat badan 5.7 kg, ASI eksklusif, sebelumnya keluhan muncul ruam kemerahan pada badan, leher, dan telinga,...

Diskusi Dokter

  • Kembali ke komunitas
  • Ruam pada bayi usia 3 bulan pada badan, leher, dan telinga, tidak demam

    Dibalas 12 jam yang lalu

    Izin konsultasi dokter. Bayi usia 3 bulan dengan berat badan 5.7 kg, ASI eksklusif, sebelumnya keluhan muncul ruam kemerahan pada badan, leher, dan telinga, tidak demam, sudah berobat ke dokter dan diberikan ryvel drop dan collergis membaik. 1-2 minggu kemudian muncul ruam kembali, kali ini disertai demam 1 hari namun dari pengakuan ibu memang habis imunisasi. Mohon diskusinya dok untuk dd kasus ini dan tatalaksana yang bisa dilakukan difaskes 1, terimakasih🙏🏻

20 jam yang lalu

Diagnosis bandingnya menurut saya baby acne dan heat rash dok. Dua-duanya tidak perlu diberikan obat apa-apa. Nanti bisa hilang sendiri.

Untuk heat rash, pengasuh pasien bisa diedukasi untuk menggunakan pakaian yang menyerap keringat, saat mandi jangan pakai air terlalu panas, dan kalo memang mengganggu sekali untuk baby-nya bisa diberi calamine lotion.

Kalo untuk baby acne, tidak perlu diapa-apakan. Nanti juga hilang sendiri.

Kalo demam 1 harinya, saya setuju kemungkinan besar memang dari vaksin. Kalo dokter ada kecurigaan ke arah ruam terkait infeksi (misal ada kontak dengan pasien varicella atau measles), cukup diobservasi dulu saja dok. Nanti kalo dalam beberapa hari muncul gambaran ruam yang khas infeksi, baru ditindaklanjuti.

.

Apakah ini anak pertama ortunya? Jika iya, boleh diedukasi ibunya bahwa kebanyakan ruam pada anak usia <2tahun tidak berbahaya dan bisa hilang sendiri tanpa intervensi. Tapi, kalau disertai warning sign (seperti demam, flu-like symptom, iritabilitas, gangguan menyusu), segera bawa ke dokter. cmiiw.

19 jam yang lalu
Terimakasih dokter untuk penjelasannya. Izin melanjutkan diskusi dok, ibu pasien juga mengatakan sebelum muncul ruamnya beliau sempat konsumsi seafood dan telur, apakah mungkin ruamnya ini bisa disebabkan alergi telur/seafood secara tidak langsung dari ASI?
12 jam yang lalu

Nah, ini topik yang sangat menarik dok... Apakah alergen dari makanan ibu bisa dikeluarkan ke ASI dan mencetuskan reaksi alergi pada bayi? Waktu saya masih menyusui anak saya, terus terang saya juga baca-baca soal ini karena banyak orang sekitar yang bilang "jangan makan itu, nanti anaknya begini/begitu"..  sedangkan saya tipe yang maunya ada basis buktinya, huehehe.

Dari kebanyakan studi yang saya baca, hasilnya masih conflicting/saling bertentangan (ada studi bilang iya, studi lain bilang tidak). Logikanya, jika memang alergen tersebut bisa dikeluarkan ke ASI: (1) signifikan kah jumlahnya? (2) apakah alergen terebut tidak hancur saat terkena asam-asam dan enzim-enzim pencernaan di perut bayi?

Ada beberapa studi yang membuktikan jenis alergen tertentu bisa mensensitisasi si bayi, yaitu: kasein, whey protein, gliadin, ovalbumin (dari putih telur), ovomucoid, alergen kacang Ara h 2 dan Ara h 6. Selain alergen-alergen tersebut, saya belum menemukan basis bukti yang mendukung teori tercetusnya alergi pada bayi dari makanan ibu, termasuk seafood. Untuk seafood sendiri, beberapa studi yang saya baca itu bukan menekankan ke arah potensi alergennya justru, tapi kandungan merkuri yang ada di dalamnya. 

Nah, apakah itu perlu membuat si ibu menghindari makan telur dan seafood? Ini kita harus pertimbangkan rasio manfaat dan risiko dok, soalnya kan seafood dan telur itu tinggi protein esensial yang bagus untuk bayi dan juga busuinya kan..  hehe (tidak menjawab pertanyaannya yaaakk, maaffff)

.

Kalo melihat kasus pasien dokter, menurut saya ruamnya yang di foto tuh tidak parah, dok, dan ngga worth it untuk sampai memberi pantangan pada ibunya.. Jadi, mending diedukasi saja bahwa telur dan seafood itu boleh dimakan busui dalam jumlah yang wajar + ruam yang timbul di anak beliau insyaALLAH tidak membahayakan dan akan hilang sendiri.