Pasien yang akan melakukan pemeriksaan profil lipid sering diminta untuk berpuasa, tetapi pengaruhnya terhadap hasil pemeriksaan belum terbukti. Profil lipid serum biasanya diukur untuk menentukan risiko kardiovaskular. Tes yang dilakukan mencakup empat parameter dasar, yaitu kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida.
Guidelines saat ini menyatakan bahwa pasien yang akan dilakukan pemeriksaan profil lipid perlu menjalani puasa selama 12 – 14 jam sebelumnya. Tidak sedikit pasien yang merasa tidak nyaman dengan aturan berpuasa yang cukup lama. Namun, beberapa studi saat ini menyatakan bahwa pemeriksaan profil lipid tanpa puasa tidak memberikan hasil yang jauh berbeda. [1,2]
Teori Pengaruh Puasa Terhadap Profil Lipid
Adanya dislipidemia, terutama hiperkolesterolemia dan hipertrigliseridemia, memiliki korelasi kuat dengan risiko kardiovaskular. Standar pengukuran profil lipid adalah kolesterol total (TC), low-density lipoprotein (LDL), high-density lipoprotein (HDL), dan trigliserida (TG).
Pada banyak laboratorium, kolesterol LDL dihitung berdasarkan rumus Friedewald (LDL=TC – HDL- TG/5). Perhitungan ini dibuat berdasarkan beberapa asumsi bahwa sebagian besar kolesterol ditransportasi oleh LDL, HDL, dan very low-density lipoprotein (VLDL) pada kondisi plasma puasa, sebagian besar trigliserida berhubungan dengan VLDL pada keadaan puasa, dan normal rasio trigliserida dan kolesterol pada VLDL adalah 5. Meskipun demikian, asumsi ini belum sepenuhnya benar. [2,3]
Pengukuran risiko kardiovaskular dan pemantauan terapi penurunan lipid berdasarkan LDL dan trigliserida perlu dilakukan pada spesimen dari pasien yang menjalani overnight fasting tanpa ada masukan nutrisi, kecuali air mineral dan obat-obatan. Hal ini disebabkan oleh trigliserida (sebagian besar dalam bentuk kilomikron) akan cenderung tinggi beberapa jam setelah makan. Jika pasien tidak menjalankan puasa, kadar trigliserida akan tinggi dan rasio trigliserida dan kolesterol menjadi berubah dari rasio normalnya dan membuat formula Friedewald menjadi tidak valid. Hal ini diduga dapat menyebabkan overestimasi hasil LDL. [3]
Bukti Klinis Hubungan Puasa dan Hasil Pengukuran Profil Lipid
Protokol berpuasa sebelum melakukan tes laboratorium profil lipid sudah menjadi rekomendasi dan dilaksanakan rutin dalam pelayanan kesehatan. Namun, beberapa studi saat ini menemukan bahwa hasil pemeriksaan profil lipid tanpa berpuasa tidak berbeda secara signifikan dan bahkan bisa bersifat superior dibandingkan dengan pemeriksaan yang didahului puasa. [5,6]
Sebuah studi cross sectional community-based yang meneliti hubungan antara waktu berpuasa dengan kadar lipid menunjukkan adanya asosiasi yang kecil antara waktu berpuasa dengan level subkelas lipid. Studi ini meneliti waktu berpuasa dari 1 jam hingga 16 jam dan mengukur rerata level subkelas kolesterol. Rerata perbedaan antara kelompok yang berpuasa dan yang tidak adalah > 2% untuk HDL dan kolesterol total, > 10% untuk LDL, dan > 20% untuk trigliserida. Studi ini menilai salah satu alasan tidak diperlukannya puasa dalam melakukan pemeriksaan profil lipid adalah dapat membuat pasien tidak nyaman dan akhirnya tidak menjalankan skrining secara rutin karena pemeriksaan biasanya dilakukan di pagi hari dan terdapat jumlah antrian yang besar. [6]
Laporan bahwa kolesterol total dan HDL memperlihatkan hasil yang relatif stabil terhadap waktu puasa memiliki implikasi klinis yang besar karena kedua pemeriksaan ini digunakan sebagai alat untuk prediktor risiko kardiovaskular, yaitu skor risiko Framingham. [6,7]
Meskipun demikian, pada beberapa kondisi keadaan berpuasa tetap dibutuhkan dalam pemeriksaan profil lipid. Untuk memantau respon terapi inisial dengan statin sebaiknya dilakukan pemeriksaan dengan berpuasa. Selain itu, apabila fokus terapi adalah penurunan level trigliserida, sebaiknya dilakukan dengan berpuasa karena kadar trigliserida dapat dipengaruhi oleh makanan. [7]
Studi kohort dilakukan oleh Cartier et al, membandingkan antara profil lipid pasien berpuasa dan tidak berpuasa. Studi ini juga mendapatkan hasil yang sama, yaitu parameter lipid pada saat postprandial hanya memberikan perubahan yang minimal pada kolesterol total dan HDL. Rerata perbedaan antara puasa dengan tidak pada kolesterol total sebesar 1,7%, HDL 0,8%, trigliserida 17%, dan LDL 6,6%. Studi ini merekomendasikan pemeriksaan trigliserida sebaiknya tetap diperiksa setelah berpuasa untuk mendapatkan hasil yang valid. Studi ini memiliki keterbatasan karena terdapat beberapa faktor perancu yang dapat mengganggu hasil pemeriksaan seperti pengobatan, aktivitas fisik, alkohol, dan jenis makanan. [8]
Pada tahun 2016, sebuah konsensus dipublikasikan terkait protokol puasa sebelum pemeriksaan profil lipid dilakukan. Konsensus ini merekomendasikan pengukuran profil lipid tanpa berpuasa terlebih dulu. Pengukuran yang didahului puasa boleh dipertimbangkan jika non-fasting trigliserida > 440 mg/dL.
Pada pengukuran profil lipid yang tidak didahului puasa, nilai ambang batas abnormal yang direkomendasikan adalah ≥175 mg/dL untuk trigliserida, ≥190 mg/dL untuk total kolesterol, ≥115 mg/dL untuk LDL, dan ≤40 mg/dL untuk HDL. [9]
Kesimpulan
Profil lipid serum rutin dilakukan terutama untuk menentukan stratifikasi risiko kardiovaskular. Sampai saat ini berbagai guidelines menganjurkan adanya protokol berpuasa 12-14 jam sebelum melakukan pemeriksaan profil lipid. Namun beberapa studi terkini menyatakan bahwa hasil pemeriksaan profil lipid puasa tidak memberikan perbedaan yang bermakna dengan yang tidak berpuasa. Konsensus pada tahun 2016 merekomendasikan pengukuran tanpa didahului puasa dilakukan secara rutin. Puasa dapat dipertimbangkan jika non-fasting trigliserida > 440 mg/dL.