Penggunaan terapi oksigen hiperbarik untuk peremajaan atau antiaging kulit telah banyak dilakukan, walaupun belum mendapat persetujuan FDA terkait manfaat dan keamanannya. Pasien yang menjalani terapi oksigen hiperbarik akan menghirup oksigen murni atau 100% dalam ruangan yang memiliki tekanan lebih dari tekanan atmosfer normal, yang biasanya mencapai 2,5 kali lebih tinggi.[1]
Ketika diberikan oksigen 100% dalam tekanan yang lebih tinggi, oksigen tidak hanya terikat di dalam hemoglobin tetapi juga larut dalam plasma darah. Dengan konsentrasi oksigen dalam darah yang lebih tinggi, maka jumlah oksigen yang didistribusikan ke jaringan dan organ menjadi lebih banyak.[1]
Terapi oksigen hiperbarik sudah dinyatakan aman oleh FDA sebagai terapi tambahan dalam tata laksana emboli udara atau emboli gas, keracunan karbon monoksida, barotrauma jenis decompression sickness, ulkus pada kaki, dan luka bakar.[1]
Di beberapa rumah sakit di Indonesia, terapi oksigen hiperbarik tersedia sebagai pengobatan utama penyakit penyelaman (decompression sickness dan emboli gas arteri) dan keracunan gas (CO, HCN, dan H2S) serta sebagai terapi adjuvan pada luka yang sulit sembuh seperti pada penderita diabetes.
Di sisi lain, terdapat juga penggunaan terapi hiperbarik yang belum terbukti secara klinis, baik dari segi manfaat maupun keamanannya, di antaranya untuk gangguan saraf seperti stroke, gangguan telinga, gangguan keseimbangan seperti vertigo, penyempitan pembuluh darah mata, infeksi jamur, dan alergi.[2,10,11]
Mekanisme Penuaan Kulit
Terdapat dua mekanisme penuaan kulit, yaitu photoaging dan angiogenesis. Paparan radiasi ultraviolet dari sinar matahari akan menyebabkan perubahan pada kulit yang merupakan gejala dari penuaan kulit (cutaneous aging) atau photoaging. Sedangkan angiogenesis adalah proses pembentukan pembuluh darah baru dari pembuluh darah yang sudah ada.[3,4,9]
Photoaging
Gejala dari photoaging meliputi hiperplasia atau atrofi epidermis, penebalan stratum korneum, kehilangan papila dermis, jumlah keratinosit dan melanosit yang tidak wajar, degradasi molekul matriks seperti kerusakan serabut kolagen, deposisi serabut elastis yang berlebih, dan peningkatan kadar glycosaminoglycans. Photoaging juga ditandai dengan kulit kering, lipatan kulit yang dalam, dan kerutan pada kulit.[3,9]
Paparan radiasi UV-B memicu aktivitas matrix metalloproteinases (MMPs) yang merusak membran basal dan juga memicu aktivitas kolagenase tipe I sehingga merusak kolagen tipe I yang mempunyai peran penting dalam menjaga kesehatan kulit. Paparan radiasi UV-B juga memicu protein HIF-1 yang merupakan salah satu faktor terjadinya angiogenesis pada kulit yang berujung pada pembentukan kerutan di kulit.[3,9]
Angiogenesis
Angiogenesis adalah pembentukan pembuluh darah baru HIF-1 memiliki dua subunit protein, yakni α dan β. HIF-1α pada keadaan dengan kadar oksigen yang normal akan mengalami degradasi proteasomal. Hal ini memberi kesan jika kadar oksigen ditingkatkan melalui terapi oksigen hiperbarik, degradasi proteosomal HIF-1α akan meningkat sehingga angiogenesis menurun dan pembentukan kerutan pada kulit diperlambat.[4]
Uji Hewan Terapi Oksigen Hiperbarik sebagai Antiaging
Penelitian terhadap 24 tikus yang dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok kontrol, kelompok paparan radiasi UVB, dan kelompok paparan radiasi UVB dengan oksigen hiperbarik. Hasil penelitian menyatakan bahwa pembentukan kerutan dan ketebalan epidermis meningkat secara signifikan setelah paparan radiasi UVB selama 5 minggu.[5]
Di mana terapi oksigen hiperbarik terbukti dapat menahan peningkatan penuaan kulit tersebut. Jumlah protein HIF-1α juga meningkat secara signifikan pada kelompok paparan radiasi UVB dengan oksigen hiperbarik.[5]
Penelitian lain pada tahun 2012 mengenai manfaat proteksi hyperbaric oxygen preconditioning terhadap kerusakan oksidatif pada kulit yang dipicu oleh paparan radiasi UV-A. Penelitian dilakukan terhadap 37 tikus percobaan yang dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu kelompok kontrol, kelompok paparan radiasi UVA, kelompok paparan radiasi UVA dengan terapi oksigen hiperbarik 2 kali/minggu, dan kelompok paparan radiasi UVA dengan terapi oksigen hiperbarik 4 kali/minggu.[6]
Dosis terapi oksigen hiperbarik yang digunakan sama dengan dosis yang biasa digunakan secara klinis, yakni oksigen murni dengan tekanan 2,4 atm yang diberikan selama 1 jam di dalam inkubator hiperbarik. Paparan radiasi UVA diberikan selama 22 minggu dengan dosis paparan yang ditingkatkan sebanyak 10% setiap minggu.[6]
Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa terapi oksigen hiperbarik secara signifikan dapat mengurangi apoptosis dan proliferasi jaringan kulit yang dipicu oleh paparan radiasi UVA. Terapi oksigen hiperbarik juga mencegah terbentuknya lipatan jaringan mikroskopik yang disebabkan oleh paparan radiasi UVA. Elastisitas kulit yang paling tinggi juga ditunjukkan oleh kelompok paparan radiasi UVA dengan terapi oksigen hiperbarik 4 kali/minggu.[6]
Penelitian Antiaging Kulit dengan Terapi Oksigen Hiperbarik pada Manusia
Pada tahun 2021, hasil studi klinis prospektif terhadap 30 laki-laki lansia yang sehat dan menjalani terapi oksigen hiperbarik selama 3 bulan setiap harinya. Biopsi kulit, yang diambil sebelum dan sesudah perawatan, digunakan untuk mengevaluasi efek dari intervensi target penuaan pada tingkat jaringan/seluler.[12]
Studi ini menunjukkan bahwa terapi oksigen hiperbarik setiap hari menghasilkan efek modulasi penuaan yang signifikan, seperti peningkatan kepadatan kolagen (p<0,001), panjang serat elastis (p<0,0001), dan jumlah pembuluh darah (p<0,02). Penulis mengklaim bahwa penelitian ini adalah studi pertama yang mengevaluasi efeknya pada kulit yang menua. Namun, beberapa keterbatasan penelitian perlu diperhatikan, seperti ukuran sampel yang kecil dan kurangnya kelompok plasebo.[12]
Kesimpulan
Terapi oksigen hiperbarik sudah dinyatakan aman oleh FDA untuk 13 penyakit, tetapi penggunaan terapi oksigen hiperbarik sebagai antiaging kulit untuk saat ini belum disetujui. Studi klinis terkait peremajaan kulit ini masih sangat terbatas dan belum dapat diekstrapolasi ke praktik klinis.
Uji pada hewan menemukan bahwa terapi oksigen hiperbarik dapat memperlambat pembentukan kerutan pada kulit dengan cara meningkatkan degradasi proteosomal dari HIF-1α sehingga memperlambat angiogenesis. Di sisi lain, penelitian terhadap manfaat terapi oksigen hiperbarik pada ulkus dan luka yang sulit sembuh justru menemukan hasil sebaliknya bahwa terapi oksigen hiperbarik akan meningkatkan angiogenesis sehingga membantu penyembuhan luka.[7,8].
Sedangkan studi pertama yang mengevaluasi efek terapi oksigen hiperbarik untuk menghambat penuaan kulit masih memiliki beberapa keterbatasan, seperti ukuran sampel yang kecil dan kurangnya kelompok plasebo. Dengan data klinis yang terbatas dan kontradiksi, terapi oksigen hiperbarik masih belum diindikasikan untuk peremajaan kulit. Diperlukan penelitian lebih lanjut terkait mekanisme kerja, manfaat, dan keamanannya.