Indikasi Rectal Swab
Indikasi rectal swab atau apusan rektal adalah untuk deteksi patogen infeksi saluran pencernaan maupun patogen penyakit menular seksual tertentu. Contoh infeksi saluran pencernaan yang dapat dideteksi melalui rectal swab adalah infeksi bakteri seperti Enterococcus, Clostridium difficile, Shigella, dan Campylobacter, ataupun infeksi virus seperti rotavirus dan parasit seperti cacing dan Giardia.[1,6,7]
Rectal swab juga dapat diindikasikan bagi penderita perdarahan rektum yang memiliki riwayat hubungan seksual secara anal. Rectal swab dengan amplifikasi asam nukleat dapat mendiagnosis infeksi menular seksual terkait hubungan seksual anal, misalnya chlamydial proctitis dan gonorrhea.[8]
Namun dari segi etiologi, menurut penelitian Kotar et al. (2018) saat membandingkan sampel tinja, rectal swab lebih sensitif untuk deteksi bakteri (86%) ketimbang virus (65.6%) dan parasit (57.1%). Penelitian The et al. (2022) mengungkap potensi rectal swab untuk membedakan mikrobiota penderita apendisitis perforasi dan apendisitis nonperforasi, tetapi potensi ini masih memerlukan studi lanjut untuk validasi.[3,9]
Rectal swab juga dapat digunakan sebagai alternatif pemeriksaan kondisi keragaman mikrobiota, penilaian efek antibiotik, dan resistansi antibiotik. Metode ini bisa digunakan pada pasien kritis yang dirawat di ICU, yang mayoritas mengalami konstipasi sehingga tidak memungkinkan pengambilan sampel feses.[10]
Penelitian Ng et al. (2022) menunjukkan bahwa rectal swab mungkin menjadi bahan penilaian disregulasi CD44, IL8, CXCR2 dan c-myc yang banyak ditemukan pada penderita kanker kolorektal. Potensi ini memungkinkan rectal swab menjadi skrining noninvasif untuk kanker kolorektal di masa depan.[10,11]