Pedoman Klinis Skrining Kanker Payudara
Skrining kanker payudara bertujuan untuk menurunkan morbiditas dan risiko kematian, melalui identifikasi dini dan akses tatalaksana yang efektif. Metode skrining kanker payudara meliputi breast self examination atau pemeriksaan payudara sendiri (SADARI), clinical breast examination atau pemeriksaan payudara klinis (SADANIS), serta mamografi. Metode penunjang lain di antaranya USG atau MRI payudara.[1-3,5]
Penentuan grup usia para wanita untuk mengikuti skrining kanker payudara, haruslah tepat. Apabila skrining dilakukan kepada para wanita usia muda yang memiliki risiko rendah, kemungkinan mendeteksi kasus kanker hanya sedikit. Namun, pemeriksaan tersebut dapat menemukan banyak kasus tumor jinak payudara.[1-3]
Metode breast self examination atau pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) masih cukup kontroversial karena berbagai studi mengungkapkan tes tersebut tidak menurunkan risiko kematian akibat kanker payudara. Namun, pada prakteknya SADARI dapat menjadi suatu dorongan kuat kepada para wanita untuk bertanggungjawab atas kesehatannya sendiri, dan menyadari bila ada perubahan yang tidak normal pada payudaranya.[1,3-5,9]
Mamografi masih sering digunakan sebagai pemeriksaan primer kanker payudara, tetapi banyak studi terbaru yang memberikan hasil yang tidak signifikan antara mamografi dengan penurunan mortalitas kanker payudara. Perlu diwaspadai sisi negatif dari mamografi untuk skrining, yaitu:
- Overdiagnosis yang berakibat pengobatan yang tidak perlu dan justru merugikan
False positive yang menyebabkan tes tambahan dan kecemasan pasien
False negative yang menyesatkan rasa aman pasien, serta diagnosis yang tertunda akan menjadikan kanker berlanjut dan menyebar
- Paparan radiasi dengan dosis tinggi pada usia kurang dari 30 tahun berisiko radiation induced breast cancer[6,16-18]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini