Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Teknik Pemeriksaan Mata Eksternal general_alomedika 2025-02-10T11:52:20+07:00 2025-02-10T11:52:20+07:00
Pemeriksaan Mata Eksternal
  • Pendahuluan
  • Indikasi
  • Kontraindikasi
  • Teknik
  • Komplikasi
  • Edukasi Pasien
  • Pedoman Klinis

Teknik Pemeriksaan Mata Eksternal

Oleh :
dr. Felicia
Share To Social Media:

Teknik pemeriksaan mata eksternal cukup sederhana dan dilakukan tanpa membutuhkan alat yang bersifat invasif. Namun, sebelum mengetahui teknik pemeriksaan mata eksternal, seorang klinisi perlu memahami anatomi normal mata bagian eksternal dulu.

Anatomi Mata

Mata bagian eksternal terdiri dari alis, palpebra, apparatus lakrimalis, konjungtiva, kornea, sklera, iris, dan pupil, termasuk juga nodus limfatik dan arteri temporalis. [3,4] Sistem limfatik mata bagian medial mengalir ke nodus limfatik submandibular, sedangkan bagian lateral mengalir ke nodus limfatik preaurikular dan nodus cervicalis profunda. Di bagian lateral mata, area pelipis terdapat arteri temporalis. Adanya nyeri tekan atau penurunan pulsasi pada arteri temporalis merupakan salah satu kriteria diagnosis Giant Cell Arteritis (GCA) atau arteritis temporal.[7,8]

Persiapan Pasien

Persiapan pasien dalam pemeriksaan mata bagian eksternal pertama-tama adalah melakukan anamnesis mengenai keluhan pasien. Anamnesis meliputi keluhan utama dan tambahan, riwayat penyakit, penggunaan obat-obatan, serta alergi. Riwayat penyakit sistemik yang sifatnya kronis, seperti diabetes mellitus, hipertensi, gangguan tiroid, dan penyakit yang diturunkan, dapat mempengaruhi mata. Riwayat penyakit keluarga, tempat tinggal, dan pekerjaan juga perlu diketahui karena dapat menjadi faktor risiko gangguan pada mata. Misalnya, pterygium memiliki faktor risiko berupa bekerja pada alam terbuka dan paparan sinar ultraviolet dalam jangka waktu lama dan sering.[3,33]

Pada anak-anak, anamnesis akan dilakukan lebih banyak pada orang tua atau caregiver. Anamnesis pada anak-anak mirip dengan anamnesis pada orang dewasa, namun ditambah pula dengan riwayat kehamilan dan persalinan beserta komplikasinya, dan riwayat tumbuh kembang anak. Riwayat penyakit herediter sangat penting diketahui.[34]

Peralatan

Peralatan yang diperlukan pada pemeriksaan mata bagian eksternal sebenarnya sederhana, yaitu penlight dan apabila ada, dapat juga menggunakan slit lamp. Peralatan lain yang dibutuhkan adalah penggaris, exophthalmometer, dan stetoskop.[3]

Di beberapa daerah di Indonesia, slitlamp masih jarang digunakan karena keterbatasan sarana dan prasarana, sehingga masih menggunakan lup dan senter atau penlight. Namun, slitlamp sebenarnya sudah disarankan sebagai alat pemeriksaan rutin oleh American Academy of Ophthalmology (AAO) karena dapat memberikan detail struktur mata baik segmen anterior maupun posterior.

Posisi Pasien

Seperti pemeriksaan mata pada umumnya, pada pemeriksaan mata bagian eksternal idealnya pasien diposisikan duduk dengan mata pasien sejajar dengan mata pemeriksa. Namun, pada keadaan tertentu misalnya pada saat pasien tidak sadar, maka pemeriksaan mata dapat dilakukan dengan memposisikan pasien supinasi.[35]

Prosedural

Prosedur pemeriksaan mata eksternal diawali dengan mempersiapkan alat-alat serta melakukan penyesuaian posisi kepala dan mata pasien pada slit lamp apabila menggunakan slit lamp.

Pemeriksaan mata eksternal dilakukan dengan menggunakan pencahayaan yang medium. Pemeriksaan meliputi inspeksi alis, palpebra, konjungtiva, kornea, sklera, iris, dan pupil. Anestesi lokal dapat diberikan untuk mengatasi nyeri dan mempermudah pemeriksaan. Fluoresensi topikal juga bisa digunakan untuk mendeteksi abrasi kornea, ulkus kornea, trauma penetrasi, ataupun kelainan kornea lainnya.[4]

Pemeriksaan Alis dan Palpebra

Pemeriksaan alis dan palpebra dilakukan dengan melihat distribusi rambut pada alis, bulu mata, serta permukaan palpebra dengan melihat adanya abnormalitas anatomi dan kontur (massa atau lesi abnormal).[4]

Untuk menilai ptosis, dilakukan pengukuran margin-reflex distance 1 (MRD1). Pengukuran ini dilakukan dengan pencahayaan medium menggunakan penlight dan penggaris. Central corneal light reflex ditemukan dengan tahapan sebagai berikut:

  1. Meminta pasien untuk melihat lurus jauh ke depan
  2. Lakukan pencahayaan pada bagian midline di antara kedua bola mata dari jarak kurang lebih 60 cm
  3. Lihat adanya bayangan “titik” cahaya, normalnya pada bagian medial pupil. Deviasi ke bayangan cahaya ke lateral pupil (esotropia) atau ke medial pupil (exotropia) menunjukkan adanya abnormalitas[10]

Bayangan titik cahaya ini dikenal dengan central corneal light reflex, dari titik ini kemudian diukur tegak lurus ke margin palpebra superior (MRD1) dan inferior (MRD2) dengan menggunakan penggaris untuk melihat adanya ptosis.

Selain itu, pemeriksaan ini dilakukan bersamaan dengan identifikasi lagophthalmos, dengan cara:

  1. Meminta pasien untuk melihat ke bawah dan perlahan menutup mata
  2. Apabila terdapat ruang antara margin palpebra superior dan inferior pada saat melihat jauh ke bawah, maka dapat dikatakan lagophthalmos
  3. Derajat lagophthalmos diukur dengan penggaris
  4. Pada kondisi ditemukan kelainan, perlu dilakukan pemeriksaan nervus kranialis, pergerakan bola mata, kekuatan otot orbikularis okuli, dan Bell’s phenomenon

Konjungtiva dan Sklera

Pemeriksaan konjungtiva dilakukan juga dengan menggunakan penlight atau slit lamp. Pemeriksaan ini dilakukan dengan melihat permukaan dan kontur, ada atau tidaknya injeksi, dan lesi. Teknik pemeriksaan sebagai berikut:

  1. Pada palpebra inferior, pemeriksaan konjungtiva dilakukan dengan menarik bagian bawah kelopak mata untuk memvisualisasi secara detil seluruh konjungtiva.
  2. Pada palpebra superior, pemeriksaan konjungtiva dilakukan dengan melakukan eversi palpebra superior untuk memvisualisasi seluruh konjungtiva[4,36]

Pemeriksaan sklera dilakukan dengan melihat warna, kontur, ada atau tidaknya injeksi dan lesi. Normalnya sklera berwarna putih. Pemeriksaan sklera dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan konjungtiva karena posisi anatominya yang saling tumpang tindih.

Kornea

Pemeriksaan kornea dilakukan dengan menyinari mata, baik dengan senter ataupun slit lamp. Kornea normalnya jernih. Adanya defek pada epitel kornea, sekecil apapun, adalah abnormal. Pada pemeriksaan kornea bisa terdapat opasitas seperti awan akibat inflamasi atau trauma terdahulu, misalnya akibat abrasi kornea. Garis-garis radial berwarna putih menunjukkan adanya pembuluh darah inaktif yang tumbuh dari tepi ke tengah kornea, disebut juga ghost vessels, akibat infeksi sifilis sebelumnya.

Penyakit sistemik juga dapat menimbulkan deposit pada tepi kornea. Adanya garis sirkuler perifer, biasanya berwarna kehijauan, dapat timbul akibat penyakit Wilson. Sedangan adanya gambaran kornea yang suram atau berkabut menunjukan edema kornea.

Pada kecurigaan adanya defek pada kornea, misalnya akibat abrasi atau ulkus kornea, dapat digunakan tetes fluoresensi topikal yang kemudian disinari dengan cahaya berwarna biru dari senter atau slit lamp.[42,43]

Iris dan Pupil

Pemeriksaan iris dilakukan dengan melihat warna serta permukaan iris. Sedangkan, pemeriksaan pupil dilakukan dengan melihat bentuk, lokasi, ukuran pupil, serta refleks cahaya langsung dan tidak langsung. Pada pemeriksaan ini juga perlu dilihat adanya defek transiluminasi iris karena defek atau hilangnya pigmen epitel iris bagian posterior, serta adanya nodul.[21,37]

Pemeriksaan ini dapat digabung dengan pemeriksaan bilik mata depan (camera okuli anterior/CoA) untuk melihat kedalaman CoA. Kedalaman bilik mata secara sederhana dapat diperiksa dengan menggunakan penlight dengan penyinaran secara oblik dari temporal. Apabila bayangan terlihat pada > 2/3 iris, maka dapat dikatakan bahwa bilik mata depan dangkal.

Pada CoA juga perlu dideteksi adanya cells, level perdarahan, dan apakah ada penetrasi pada kasus trauma.[38]

Palpasi Nodus Limfatik dan Arteri Temporalis

Pemeriksaan arteri temporalis dilakukan dengan melakukan palpasi pada area pelipis tepat di atas arteri temporalis untuk merasakan pulsasi, nyeri tekan, serta tonjolan atau lesi pada area tersebut. Setelah dilakukan palpasi, dapat dilakukan auskultasi dengan bagian bel dari stetoskop di atas arteri temporalis untuk mendengar adanya bruit.[39]

Palpasi nodus limfatik dilakukan pada area yang dicurigai terdapat pembesaran nodus limfatik. Pembuluh limfatik dari mata bagian medial palpebra mengalir ke nodus limfatik submandibular, sedangkan bagian lateral palpebra mengalir ke nodus limfatik preaurikular dan nodus servikalis profunda.

Palpasi dilakukan untuk melihat adanya pembesaran nodus limfatik serta nyeri tekan. Bila terdapat pembesaran, dilakukan identifikasi bentuk, ukuran, permukaan, serta hubungan dengan jaringan di bawahnya (mobile/immobile).[8]

Proptosis dan Enophthalmos dengan Exophthalmometer

Exophthalmometer adalah alat untuk mengukur protrusi bola mata dari rima orbita lateral ke bagian terdepan kornea. Pembesaran pada salah satu atau beberapa struktur yang mengisi ruang orbita (bola mata, otot ekstraokular, jaringan lemak retroorbita, dan vaskular), akan menyebabkan protrusi okuli.

Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:

  1. Meminta pasien untuk melihat lurus ke depan
  2. Meletakkan kedua ujung prisma exophthalmometer pada rima orbita kiri dan kanan
  3. Pada bagian dalam prisma terdapat kaca di mana pada kaca tersebut terdapat pantulan skala yang dapat dilihat dengan bagian terdepan kornea[31,40]

Follow Up

Follow up pada pemeriksaan mata bagian eksternal dilakukan sesuai dengan keadaan klinis pasien. Pada pasien-pasien tertentu dengan hasil pemeriksaan yang normal, perlu diedukasi untuk tetap melakukan pemeriksaan mata secara berkala. Sedangkan, pada pasien dengan hasil pemeriksaan fisik yang tidak normal harus dilakukan follow up.

Orang dewasa tanpa manifestasi klinis dan faktor risiko penyakit mata harus mulai melakukan pemeriksaan berkala pada usia 40 tahun. Interval pemeriksaan fisik mata yang direkomendasikan adalah sebagai berikut:

  • Usia ≥40 tahun : interval 2-4 tahun
  • Usia 55-64 tahun : interval 1-3 tahun.
  • Usia ≥ 65 tahun : interval 1-2 tahun[41]

Pemeriksaan mata eksternal dapat dilakukan sejalan dengan pemeriksaan visus, tonometri, pemeriksaan retina, dan pemeriksaan mata lain sesuai dengan kondisi klinis masing-masing pasien.

Referensi

3. Yadav S, Tandon R. Comprehensive eye examination: what does it mean? Community Eye Health J. 2019 Dec 17;32(107):S1–4.
4. Rupp JD. The 8-Point Eye Exam. American Academy of Ophthalmology. 2016. Available from: https://www.aao.org/young-ophthalmologists/yo-info/article/how-to-conduct-eight-point-ophthalmology-exam
7. Baig IF, Pascoe AR, Kini A, et al. Giant cell arteritis: early diagnosis is key. Eye Brain. 2019 Jan 17;11:1–12.
8. Vascular and lymphatic supply. American Academy of Ophthalmology (AAO) 2019. Available from: https://www.aao.org/bcscsnippetdetail.aspx?id=57a4f0a3-b0c3-4e65-80d3-d536efd096d5
10. Pavone P, Cho SY, Praticò AD, et al. Ptosis in childhood: A clinical sign of several disorders: Case series reports and literature review. Medicine (Baltimore). 2018 Sep;97(36):e12124.
21. Masumoto H, Tabuchi H, Yoneda T, et al. Severity Classification of Conjunctival Hyperaemia by Deep Neural Network Ensembles. Journal of Ophthalmology. 2019. Available from: https://new.hindawi.com/journals/joph/2019/7820971/
31. Karti O, Selver OB, Karahan E, et al. The Effect of Age, Gender, Refractive Status and Axial Length on the Measurements of Hertel Exophthalmometry. Open Ophthalmol J. 2015 Jun 8;9(1):113–5.
33. Malekifar P, Esfandiari H, Behnaz N, et al. Risk Factors for Pterygium in Ilam Province, Iran. J Ophthalmic Vis Res. 2017;12(3):270–4.
34. Konjevoda S, Striber N, Čanović S, et al. Ophthalmologic Examination of the Child. Eye Motil. 2019 Jan 26; Available from: https://www.intechopen.com/books/eye-motility/ophthalmologic-examination-of-the-child
35. Evans MR, Morrow JM. The pupillary examination. Br J Hosp Med. 2015 Apr 2;76(4):C50–4.
36. Beal C, Giordano B. Clinical Evaluation of Red Eyes in Pediatric Patients. J Pediatr Health Care. 2016 Sep 1;30(5):506–14.
37. Iris Transillumination. American Academy of Ophthalmology (AAO) 2020. Available from: https://www.aao.org/bcscsnippetdetail.aspx?id=d0fe6973-e911-4be0-b834-c01b577fc16d
38. Shikino K, Hirose Y, Ikusaka M. Oblique Flashlight Test: Lighting Up Acute Angle-Closure Glaucoma. J Gen Intern Med. 2016 Dec;31(12):1538.
39. Shim J-S, Oh JH, Chung SJ, et al. Concurrent bilateral juvenile temporal arteritis and hypereosinophilic syndrome: a case report and review of the literature. Asia Pac Allergy. 2019 Jul 8;9(3). Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6676065/
40. Inspection. American Academy of Ophthalmology (AAO) 2019. Available from: https://www.aao.org/bcscsnippetdetail.aspx?id=0fc0c2a1-4f5f-455d-942e-164083d19860
41. Frequency of Ocular Examinations - 2015. American Academy of Ophthalmology (AAO). 2015. Available from: https://www.aao.org/clinical-statement/frequency-of-ocular-examinations
42. Bell FC. The External Eye Examination. In: Walker HK, Hall WD, Hurst JW, editors. Clinical Methods: The History, Physical, and Laboratory Examinations. 3rd edition. Boston: Butterworths. Chapter 114. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK218/
43. Martin R. Cornea and anterior eye assessment with slit lamp biomicroscopy, specular microscopy, confocal microscopy, and ultrasound biomicroscopy. Indian J Ophthalmol. 2018 Feb; 66(2): 195–201.

Kontraindikasi Pemeriksaan Mata ...
Komplikasi Pemeriksaan Mata Ekst...

Artikel Terkait

  • Anatomi Fungsional Mata
    Anatomi Fungsional Mata
  • Eye Patch Tidak Diindikasikan pada Abrasi Kornea
    Eye Patch Tidak Diindikasikan pada Abrasi Kornea
  • Diagnosis dan Penanganan Cedera Mata Terkait Pekerjaan Mengelas di Layanan Kesehatan Primer
    Diagnosis dan Penanganan Cedera Mata Terkait Pekerjaan Mengelas di Layanan Kesehatan Primer
  • Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ulkus Kornea Bakteri dan Penyembuhannya
    Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ulkus Kornea Bakteri dan Penyembuhannya
  • Tetracaine Topikal Jangka Pendek Efektif untuk Tata Laksana Nyeri pada Abrasi Kornea – Telaah Jurnal Alomedika
    Tetracaine Topikal Jangka Pendek Efektif untuk Tata Laksana Nyeri pada Abrasi Kornea – Telaah Jurnal Alomedika

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 09 Juni 2021, 09:55
Mata silau - Mata Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dr. Utami, ijin untuk bertanya. Terdapat seorang pasien anak laki2 usia 10 tahun dengan keluhan mata silau saat bangun pagi sampai anak menjerit2...
dr. Wiji Hastuti
Dibalas 13 September 2018, 16:34
Tata laksana serpihan biji besi di mata
Oleh: dr. Wiji Hastuti
3 Balasan
dok, tatalaksana terkena serpihan biji besi di kornea bagaimana ya dok?btk
dr. Priskila Kristiawan
Dibalas 10 September 2018, 21:52
kornea mata terkena percikan lem superglue
Oleh: dr. Priskila Kristiawan
2 Balasan
hai dok saya mau konsul.Pasien ibu2 usia 50 tahun mata kiri terkena percikan lem cina 3 jam sebelum dtg ke dokter. ada bekas lem yg sudah mengeras di bagian...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.