Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Komplikasi Reduksi Terbuka Fraktur general_alomedika 2023-05-03T10:25:04+07:00 2023-05-03T10:25:04+07:00
Reduksi Terbuka Fraktur
  • Pendahuluan
  • Indikasi
  • Kontraindikasi
  • Teknik
  • Komplikasi
  • Edukasi Pasien
  • Pedoman Klinis

Komplikasi Reduksi Terbuka Fraktur

Oleh :
Graciella N T Wahjoepramono
Share To Social Media:

Komplikasi tindakan reduksi terbuka atau disebut juga open reduction, internal fixation (ORIF) dapat dibagi menjadi komplikasi dini dan komplikasi lambat atau jangka panjang. Contoh komplikasi dini adalah perdarahan, gangguan saraf, atau arteri. Sedangkan contoh komplikasi lambat atau jangka panjang adalah tromboemboli atau infeksi. [1,8]

Komplikasi Dini

Komplikasi dini yang mengancam nyawa terutama langsung disebabkan oleh kejadian fraktur. Komplikasi yang mengancam nyawa yang dapat terjadi termasuk perdarahan yang berat di pelvis atau femur, atau kontusio paru apabila terjadi fraktur multipel iga. [8]

Komplikasi awal yang dapat terjadi juga mencakup luka pada saraf dan sindroma kompartemen. Saraf mudah terkena luka karena lokasi nya yang berdekatan dengan lokasi fraktur. Contohnya, nervus medianus sering diasosiasikan dengan fraktur radius distal. Oleh karena itu, fungsi sensorik dan motorik sebaiknya diperiksa saat pemeriksaan awal.

Sindroma kompartemen terjadi saat ada peningkatan tekanan akibat adanya cairan intrakompartemen. Komplikasi ini sering terjadi pada fraktur tulang panjang seperti fraktur tibia, radius distal, daerah suprakondiler humerus dan femur. Selain dari peningkatan tekanan akibat cairan intrakompartemen, penggunaan bidai juga dapat menyebabkan sindrom kompartemen. [3,8]

Komplikasi Lambat/Jangka Panjang

Komplikasi lambat atau jangka panjang yang dapat terjadi mencakup gangguan tromboembolisme, infeksi, dan gangguan penyembuhan tulang.

Thromboembolisme:

Tromboembolisme dapat terjadi pada pasien trauma ortopedi dengan imobilisasi jangka panjang. Apabila dilakukan imobilisasi selama lebih dari 10 hari, angka kejadian thrombosis mencapai 67%. [1] Risiko deep vein thrombosis (DVT) tidak sama rata pada semua trauma ortopedi. Sebuah studi menyatakan bahwa risiko DVT tidak meningkat pada kejadian trauma distal dari lutut, dan risiko hanya meningkat sedikit pada trauma ekstremitas atas. [13] Pemberian profilaksis harus dipertimbangkan pada pasien yang berisiko.

Infeksi :

Infeksi selalu merupakan risiko saat melakukan tindakan operatif, namun risiko juga bertambah bila trauma menyebabkan fraktur terbuka. Komplikasi yang dapat terjadi mencakup infeksi lokal dalam bentuk selulitis, atau bahkan menyebabkan osteomyelitis, dan infeksi sistemik berupa sepsis.

Patogen yang paling sering menyebabkan infeksi adalah mikroorganisme komensal kulit, misalnya Staphylococcus aureus, Streptococcus grup A, Coagulase-negative Staphylococci, dan Enterococci. [1]

Osteomyelitis pasca trauma mencakup 47% dari seluruh kasus, dan risiko meningkat bila pasien mengalami fraktur terbuka. [8]

Gangguan Penyembuhan Tulang :

Gangguan penyembuhan tulang merupakan kondisi di mana fraktur tidak sembuh sepenuhnya. Keadaan dimana fragmen tulang tidak menyambung disebut non-unio. Bila fraktur sembuh dengan sebuah deformitas (misalnya angulasi atau rotasi) disebut malunion.

Penyebab tersering dari non-union dan malunion adalah aliran darah yang kurang, tindakan yang mempengaruhi penyembuhan tulang (misalnya merokok dan konsumsi alkohol berlebih), fiksasi tulang yang buruk, aposisi fragmen tulang (fragmen terlalu berjauhan), dan infeksi. [8]

Pasien yang memiliki risiko tinggi untuk non-union adalah yang memiliki komorbiditas diabetes, osteoporosis dan neuropati. Obat-obatan juga dapat menghambat penyembuhan tulang seperti nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) seperti ibuprofen atau naproxen, glukokortikoid, beberapa antibiotik seperfi fluoroquinolone seperti ciprofloxacin, dan obat kemoterapi.

Komplikasi Lain:

Beberapa komplikasi lain yang jarang ditemukan adalah complex regional pain syndrome (CROS), fat embolism syndrome (FES), dan artritis pasca trauma. [8]

Referensi

1. Buckley R. General Principles of Fracture Care Treatment & Management. Medscape. 2018.
3. Subcommittee A, Trauma AC of SC on, Group IA working. Advanced Trauma Life Support Student Course Manual. 9th ed. American College of Surgeons; 2013.
8. Howe A. General Principles of Fracture Management: Early and Late Complications. UpToDate. 2013.
13. Bhandari M. Evidence-Based Orthopedics. Hoboken, NJ: Wiley-Blackwell; 2012.

Teknik Reduksi Terbuka Fraktur
Edukasi Pasien Reduksi Terbuka F...

Artikel Terkait

  • Plat Logam Pasca Fraktur: Perlu Diangkat Atau Tidak
    Plat Logam Pasca Fraktur: Perlu Diangkat Atau Tidak
  • Perlukah Suplementasi Kalsium Pasca Fraktur?
    Perlukah Suplementasi Kalsium Pasca Fraktur?
  • Surgical Plating VS Reduksi Tertutup dalam Penatalaksanaan Fraktur Radius Distal Lansia – Telaah Jurnal Alomedika
    Surgical Plating VS Reduksi Tertutup dalam Penatalaksanaan Fraktur Radius Distal Lansia – Telaah Jurnal Alomedika
  • Fiksasi Pin vs Plate untuk Fraktur Metakarpal – Telaah Jurnal Alomedika
    Fiksasi Pin vs Plate untuk Fraktur Metakarpal – Telaah Jurnal Alomedika
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibuat 15 Agustus 2024, 16:32
Pasien post ORIF 6 bulan lalu yang mengeluhkan nyeri
Oleh: Anonymous
0 Balasan
Selamat sore dokter, terkhusus dokter Spesialis OrthopediMohon advisnya dokterJadi ada pasien mengeluhkan nyeri seperti tertusuk, tidak selalu, tapi sering,...
Anonymous
Dibalas 10 September 2023, 16:40
Menentukan garis fraktur pada os tibia pasien
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Saya cukup bingung dok untuk menentukan garis fraktur pada os tibia pasien, apakah ini termasuk fraktur inkomplit dok? Karena saya tidak melihat...
dr.fahmi abadi
Dibalas 24 Juni 2023, 22:59
Pembacaan hasil rontgen kasus KLL dengan ROM terbatas
Oleh: dr.fahmi abadi
2 Balasan
Alo dokter barusan di IGD saya temukan kasus post KLL dengan ROM terbatas dan di dapati hasil rontgen sbb.Apakah dari hasil rontgen tsb di kategorikan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.