Pendahuluan Reduksi Tertutup Fraktur
Reduksi tertutup fraktur adalah sebuah tindakan non operatif yang dilakukan apabila terjadi fraktur yang displaced atau angulated. Tindakan reduksi tertutup fraktur biasanya diikuti dengan imobilisasi menggunakan cast atau splint. Salah satu jenis fraktur yang dapat ditata laksana dengan reduksi tertutup adalah fraktur klavikula, fraktur os nasal, dan fraktur Colles.[1,2]
Apabila tindakan reduksi tertutup tidak adekuat dalam memperbaiki alignment fraktur, maka tindakan reduksi terbuka dapat dilakukan.[1,2]
Saat pasien mengalami trauma, prioritas utama yang perlu diperhatikan adalah tindakan life saving yaitu manajemen airway, breathing, dan circulation sesuai dengan advanced trauma life support (ATLS). Apabila kondisi yang mengancam nyawa sudah diatasi, maka manajemen fraktur dapat dilakukan.[2-4]
Tujuan utama penatalaksanaan fraktur adalah untuk memastikan segmen ekstremitas yang terkena dapat kembali ke fungsi normalnya ketika fraktur sembuh. Kontraindikasi reduksi tertutup adalah fraktur tidak displaced, fraktur displaced tetapi tidak mempengaruhi outcome fungsional, tidak mungkin didapatkan perbaikan bila dilakukan reduksi tertutup (misalnya pada fraktur comminuted berat), dan fraktur disebabkan oleh gaya traksi (misalnya pada fraktur patella displaced).[1-4]
Setelah dilakukan tindakan reduksi tertutup, pemantauan pada pasien dapat dibagi menjadi pemantauan dini dan jangka panjang. Pemantauan dini terutama dilakukan untuk memastikan pemasangan alat dan penyembuhan tulang. Pemantauan jangka panjang dapat dilakukan untuk melihat perkembangan fungsi dan perbaikan range of motion pasien.[1,2,5,6]
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien seringkali adalah gangguan sirkulasi, infeksi, luka pada kulit, dan luka pada saraf. Untuk menghindari komplikasi, pemantauan harus dilakukan secara ketat dan berkala, serta pasien sebaiknya diberikan edukasi tanda-tanda awal agar jika terjadi komplikasi dapat segera dilakukan intervensi.[1,2]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini