Pendahuluan Pemeriksaan Nervus Kranialis
Pemeriksaan nervus kranialis atau pemeriksaan saraf kranial dapat dilakukan untuk membantu diagnosis stroke, Bell’s palsy, cedera otak traumatik, dan tumor intrakranial. Nervus kranialis mempersarafi seluruh struktur di kepala dan leher. Ada 12 pasang nervus kranialis dengan beragam fungsi motorik, sensorik, dan autonom.
Masing-masing nervus kranialis keluar dari bagian otak yang spesifik. Saraf kranialis I dan II keluar dari otak besar, sedangkan saraf kranialis III sampai XII keluar dari batang otak. Oleh karena itu, abnormalitas pada pemeriksaan nervus kranialis bisa membantu lokalisasi lesi yang spesifik pada otak atau batang otak. Lesi batang otak sering melibatkan >1 saraf kranialis karena lokasi keluar nervus yang berdekatan.
Meskipun abnormalitas nervus kranialis dapat divisualisasi dengan pencitraan seperti magnetic resonance imaging (MRI) atau computed tomography (CT) scan, tidak semua fasilitas kesehatan memiliki fasilitas ini. Oleh karena itu, keterampilan pemeriksaan nervus kranialis harus tetap dikuasai oleh klinisi.[1,2]
Pemeriksaan nervus kranialis bersifat aman, sehingga umumnya tidak menimbulkan komplikasi. Akan tetapi, pasien mungkin merasa tidak nyaman dengan pemeriksaan tertentu, misalnya pemeriksaan refleks muntah. Pemeriksaan nervus kranialis juga biasanya tidak memiliki kontraindikasi, kecuali jika pemeriksaan tertentu membutuhkan mobilisasi leher tetapi pasien memiliki cedera servikal.[3,4]
Penulisan pertama oleh: dr. Yelvi Levani