Indikasi Kolposkopi
Indikasi kolposkopi akan dipertimbangkan berdasarkan pada risiko yang ada. Wanita yang dirujuk untuk pemeriksaan kolposkopi memiliki berbagai risiko yang mendasari, seperti adanya lesi premaligna pada serviks berdasarkan hasil pemeriksaan sitologi, adanya tes human papillomavirus (HPV) yang positif, dan riwayat displasia serviks.[1,3]
Abnormalitas Pap Smear dan IVA
Kolposkopi diindikasikan untuk mengevaluasi wanita dengan abnormalitas pada pemeriksaan pap smear, tanpa lesi yang tampak pada vagina atau serviks dengan tujuan :
- Untuk melokalisasi lesi
- Untuk memetakan luasnya lesi
- Untuk memilih situs biopsi
Kolposkopi juga diindikasikan untuk mengevaluasi wanita dengan pemeriksaan inspeksi visual asetat yang positif; atau jika pemeriksaan dengan tanpa alat menunjukkan serviks dan vagina yang tidak sehat, dicurigai adanya keganasan, khususnya setelah hasil pengolesan asam asetat yang positif.[1,3]
Infeksi dan Inflamasi
Indikasi kolposkopi terkait infeksi dan inflamasi antara lain:
- Evaluasi wanita yang positif atau berisiko tinggi terinfeksi HPV
- Adanya sel radang yang persisten walaupun dengan pengobatan yang adekuat
- Wanita dengan lesi pada serviks, vulva, dan vagina berupa kondilomata akuminatum, polip, dan ulkus
- Evaluasi keputihan abnormal yang persisten atau pruritus vulva
- Identifikasi dan pengelolaan infeksi papillomavirus subklinis[1,3]
Indikasi Lainnya
Kolposkopi juga diindikasikan pada kondisi yang berhubungan dengan neoplasi, seperti:
- Evaluasi munculnya lesi serviks yang mencurigakan, dan perdarahan pasca koitus atau pasca menopause, meskipun hasil pemeriksaan pap smear
- Adanya sel yang mengalami keratinisasi pada epitel serviks
- Wanita dengan perdarahan pasca koitus, metrorrhagia atau intermenstrual, dan perdarahan pasca menopause
- Evaluasi pada wanita dengan squamous intraepithelial lesion (SIL)
- Evaluasi preoperatif wanita yang didiagnosis kanker serviks stadium I A atau B
- Evaluasi wanita yang terpapar diethylstilbestrol (DES)
- Evaluasi serta tindak lanjut pasca radioterapi
- Manajemen konservatif dari neoplasia intraepitel
- Identifikasi dan pengelolaan neoplasia serviks ekstensi vagina
- Tindak lanjut pasca perawatan
- Evaluasi pasca pengobatan untuk karsinoma intraepitel dan invasif[1,3]
Pap Smear dan Kolposkopi
Tidak semua pemeriksaan pap smear harus diikuti dengan kolposkopi. Hasil pap smear yang berisiko rendah, yaitu low-grade squamous intraepithelial lesion (LSIL) atau atypical squamous cells of undetermined significance (ASCUS) dengan HPV negatif, kemungkinan tidak akan menunjukkan temuan kolposkopi yang signifikan yang menyebabkan displasia parah. Oleh karena itu, kolposkopi dini tidak diindikasikan, dan pasien cukup melakukan pemeriksaan pap smear pada tahun berikutnya.
Namun, jika tahun berikutnya, hasil pap smear tetap abnormal dengan LSIL lagi atau ASCUS positif untuk HPV, maka kolposkopi diindikasikan. Beberapa temuan pap smear yang berkaitan kuat dengan displasia serviks yang parah antara lain high-grade squamous intraepithelial lesions (HSIL) dan atypical squamous cells–cannot exclude high-grade intraepithelial lesions (ASC-H).
Ketika ada kecurigaan adanya lesi tingkat tinggi, maka pasien berisiko tinggi mengalami kanker serviks yang invasif. Pada pasien ini direkomendasikan untuk segera melakukan pemeriksaan kolposkopi.[1,5]