Pendahuluan Scoliometer
Scoliometer adalah suatu alat genggam noninvasif yang bertujuan untuk mengukur sudut rotasi batang tubuh (angle of trunk rotation/ATR) pada pasien skoliosis. Scoliometer diletakkan di punggung pasien dalam posisi membungkuk ke depan (forward bending).[1,2]
Scoliometer diciptakan oleh W.P. Bunnel pada tahun 1984. Sejak itu, scoliometer telah banyak diadopsi dan digunakan. Saat ini, tersedia scoliometer yang berwujud fisik dan yang berbasis aplikasi perangkat seluler. Pemeriksaan scoliometer memiliki beberapa keuntungan, yaitu aman, tidak invasif, bebas radiasi, berkorelasi baik dengan pemeriksaan radiografi, dan mudah dilakukan, sehingga cocok untuk pemeriksaan skrining.[1-4]
Namun, scoliometer tidak hanya digunakan untuk skrining, bisa juga dipakai sebagai alat untuk membantu memutuskan apakah pencitraan radiografi perlu dilakukan untuk evaluasi lebih lanjut pada pasien yang mengalami kurvatura vertebra. Keuntungan lainnya adalah penggunaan scoliometer untuk memperkirakan sudut Cobb, yang dapat mengurangi pencitraan radiografi yang berlebihan.[3,4]
Scoliometer diindikasikan pada penderita skoliosis untuk pemeriksaan sudut rotasi aksial di antara dua sisi batang tubuh/torso. Scoliometer dapat digunakan untuk uji skrining adolescent idiopathic scoliosis. Namun, perlu diperhatikan bahwa tingkat akurasi skrining yang tertinggi (sensitivitas 93,8% dan spesifisitas 99,2%) dapat dicapai jika menggunakan 3 metode tes skrining, yaitu forward bend test, pemeriksaan scoliometer, dan topografi Moiré.[3,5]
Jika hanya menggunakan 1 atau 2 metode tes skrining, maka sensitivitasnya akan lebih rendah (71,1% bagi forward bend test dan pemeriksaan scoliometer, dan 84,4% untuk forward bend test saja). Apabila didapatkan hasil ATR ≥7,5° (sensitivitas 87%), maka pasien tersebut perlu dirujukan ke dokter spesialis ortopedi.[3,5]
Baku emas pada pemeriksaan skoliosis adalah pencitraan radiografi sinar X untuk mengukur sudut Cobb. Satu telaah sistematis oleh Prowse et al menunjukkan bahwa pemeriksaan dengan scoliometer tidak dapat digunakan sebagai dasar penentuan terapi meskipun memiliki validitas kriteria yang baik.[6]
Tabel 1. Kriteria Cut -Off Point Burnell Untuk Skrining Skoliosis
ATR | Interpretasi |
0° - 3° | Normal |
4° - 6° | Dalam tingkat menengah |
≥ 7° | Kemungkinan tinggi menderitas skoliosis |
Sumber: J. Chowanska, et al, 2012.[7]