Indikasi Scoliometer
Indikasi pemeriksaan scoliometer adalah skrining penyakit skoliosis pada anak usia sekolah ataupun dewasa yang dilakukan bersamaan dengan Adams forward bending test. Pemeriksaan scoliometer juga dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya kelengkungan tulang belakang pada orang dengan riwayat keturunan skoliosis.[8]
Skrining Skoliosis
Pemeriksaan awal scoliometer ini digunakan untuk menentukan kebutuhan pemeriksaan lanjutan dengan pencitraan radiografi untuk menentukan sudut Cobb pada pasien dengan adolescent idiopathic scoliosis. Meskipun hasil pemeriksaan antara scoliometer dengan sudut Cobb dapat bervariasi, namun secara umum hasil pengukuran radiografi sudut Cobb tiga kali lebih besar dibandingkan dengan pengukuran scoliometer.[5]
Sudut Cobb biasa digunakan oleh dokter Spesialis Ortopedi dalam pembahasan kasus skoliosis dan dipakai sebagai dasar penentuan tatalaksana skoliosis.[5]
Hasil pemeriksaan angle of trunk rotation/ATR dengan scoliometer tidak dapat digunakan sebagai satu-satunya dasar penentuan terapi bagi pasien. Hal ini dikarenakan tingkat sensitivitasnya yang lebih rendah (71,1% bagi forward bend test dan pemeriksaan scoliometer, dan 84,4% untuk forward bend test saja).[3,9]
Namun, apabila digunakan 3 metode pemeriksaan forward bend test (pada pemeriksaan tulang belakang), pemeriksaan scoliometer, dan topografi Moiré, maka akan menghasilkan tingkat akurasi skrining yang tinggi (sensitivitas 93,8% dan spesifisitas 99,2%).[3,9]
Berdasarkan studi yang dilakukan Coelho et al, dengan menggunakan ATR 5 derajat sebagai kriteria rujukan mempunyai tingkat sensitivitas 87% bagi pasien skoliosis idiopatik dengan kurvatura lateral >10 derajat Cobb dan tingkat sensitivitas 100% bagi kurvatura >20 derajat Cobb. [3]
Skrining Skoliosis di Masa Sekolah
Skrining atau penapisan skoliosis dapat dilakukan dengan pengukuran antropometri manual seperti scoliometer. Dalam jangka panjang, deteksi dini skoliosis akan meningkatkan jumlah pasien yang memerlukan perawatan konservatif dan menurunkan persentase pasien yang membutuhkan pembedahan.[6]
Namun, hingga saat ini, keputusan untuk skrining atau tidak masih kontroversial. U.S. Preventive Services Task Force atau Satuan Tugas Layanan Pencegahan Amerika Serikat tidak merekomendasikan skrining rutin skoliosis idiopatik pada adolesen asimptomatik sedangkan pernyataan bersama oleh American Academy of Pediatrics, American Association of Orthopedic Surgery, Scoliosis Research Society, dan Pediatric Orthopedic Society of North America sangat menyarankan untuk dilakukan skrining.[1,5]
Satu telaah sistematis oleh Sabirin et al. juga menunjukkan bahwa program skrining skoliosis sekolah aman, meningkatkan angka deteksi dini, mengurangi jumlah operasi, dan cost-effective. Berdasarkan telaah sistematis ini, skrining skoliosis pada anak sekolah direkomendasikan pada kelompok risiko tinggi seperti anak perempuan pada usia dua belas tahun.[8]
Kombinasi modalitas uji skrining seperti Adams forward-bending test dan skoliometer dengan ATR 7 derajat direkomendasikan untuk mengurangi jumlah rujukan kasus yang benar-benar memerlukan perawatan.[8]