Komplikasi Terapi BiPAP
Komplikasi penggunaan bilevel positive airway pressure atau BiPAP yang mengancam nyawa adalah ventilator-associated lung injury yang berisiko pneumotoraks, serta instabilitas hemodinamik. Komplikasi BiPAP yang tidak mengancam nyawa tetapi lebih sering terjadi adalah sulit makan, rasa kembung akibat udara pada lambung, dan iritasi kulit daerah masker dan strap.[1,5]
Untuk mencegah komplikasi yang berbahaya, penggunaan BiPAP harus dilakukan oleh tenaga terlatih, disertai monitoring ketat, serta titrasi oksigen dan tekanan dengan hati-hati.
Ventilator-Associated Lung Injury dan Barotrauma
Ventilator-associated lung injury dan barotrauma biasanya terjadi karena pemberian target volume tidal maupun tekanan inspirasi yang terlalu tinggi. Kondisi ini menyebabkan barotrauma, yang ditunjukkan dengan kerusakkan pada lapisan epitel alveolus. Lama-kelamaan cedera yang ditimbulkan dapat bertambah berat dan dapat menyebabkan pneumotoraks, emfisema subkutan, maupun pneumomediastinum.[1,5]
Untuk mencegah komplikasi tersebut, pemasangan, pengaturan setting ventilator, serta titrasi tekanan harus dilakukan perlahan dengan memperhatikan klinis dan hasil analisis gas darah (AGD). Pada pasien dengan acute respiratory distress syndrome (ARDS), volume tidal dapat menggunakan angka yang lebih rendah, yaitu 4–8 mL/kgBB.[5]
Instabilitas Hemodinamik
Instabilitas hemodinamik terjadi karena tekanan positif yang diberikan BiPAP dapat memengaruhi tekanan intratorakal dan cardiac output. Hal ini terjadi karena tekanan dari ventilator dapat meningkatkan tekanan intratorakal, sehingga vena cava inferior dan atrium kanan ikut tertekan. Kondisi ini kemudian menurunkan preload jantung dan cardiac output.
Pada pasien yang sudah mengalami instabilitas hemodinamik sebelumnya, efek samping ini akan lebih prominen. Maka dari itu, penilaian klinis yang cermat sangat diperlukan sebelum memulai terapi.[1,5]
Ventilator-Associated Pneumonia
Ventilator-associated pneumonia (VAP) sering dialami pada pasien yang mendapatkan bantuan napas dengan ventilasi tekanan positif. Pastikan sirkuit yang digunakan steril dan lakukan pemeriksaan follow up untuk darah lengkap, kultur bakteri, dan pemeriksaan rontgen toraks sesuai klinis pasien.[5]
Iritasi dan Laserasi Kulit Wajah
Iritasi dan laserasi kulit wajah dapat terjadi karena penggunaan masker BiPAP. Hal ini karena pemakaian masker agak ketat agar tidak terjadi kebocoran udara dan tekanan. Pada kondisi jarang, ulkus pada batang hidung dapat terjadi karena tekanan masker.[1,5]
Untuk mencegah iritasi dan laserasi kulit wajah, dressing dengan material yang lembut pada area yang mungkin tertekanan masker dapat diberikan. Dressing dapat menggunakan hidrokoloid, foam pad, atau dressing transparan. Follow up keadaan kulit perlu dilakukan setiap 4–6 jam.[7]
Aspirasi
Aspirasi lebih sering terjadi pada pasien dengan risiko muntah, misalnya penurunan kesadaran. Udara yang dihantarkan ke masker BiPAP yang menutupi mulut dapat memasuki lambung menyebabkan distensi gaster dan menstimulasi muntah yang dilanjutkan dengan aspirasi.[1,5]
Patient-Ventilator Dyssynchrony
Patient-ventilator dyssynchrony adalah ketidaksesuaian antara siklus maupun trigger pernapasan inspirasi dan ekspirasi antara pasien dan mesin. Misalnya, pasien memiliki pola napas yang cepat, tetapi setting inspirasi dan ekspirasi BiPAP terlalu lambat. Akibatnya, pada titik tertentu mesin sedang berada pada siklus inspirasi saat pasien ekspirasi sehingga pasien melawan mesin, begitu pula sebaliknya.[1]
Transmisi Infeksi
Risiko transmisi infeksi dari pasien yang menggunakan BiPAP seringkali terjadi karena kebocoran udara maupun udara yang keluar dari sirkuit. Kebocoran dapat meningkat akibat tekanan mesin ventilasi yang lebih tinggi. Kondisi ini dapat dikurangi dengan menggunakan masker helmet dan face mask.[7]
Transmisi infeksi juga dapat dikurangi dengan filter partikel 0,3 mm untuk virus-bakteri antara masker dengan exhalation port. Akan tetapi, penggunaan filter ini memiliki risiko blockage dengan sekret lembab dari saluran pernapasan pasien. Pencegahan transmisi infeksi juga dapat dilakukan dengan mematikan alat ventilator sebelum melepas masker dan melakukan dekontaminasi ventilator pasien.[7]