Pedoman Klinis Terapi CPAP
Terapi CPAP (continuous positive airway pressure) adalah pemberian aliran udara bertekanan positif ke saluran napas untuk menjaga patensi jalan napas. CPAP digunakan pada pasien yang masih bisa bernapas secara spontan.
CPAP termasuk non-invasive positive pressure ventilation (NIPPV), yang bermanfaat untuk mempertahankan positive end-expiratory pressure (PEEP), menurunkan risiko atelektasis, meningkatkan luas permukaan alveolus, serta memperbaiki oksigenasi.
Indikasi penggunaan CPAP adalah untuk mencegah gagal napas tipe I, termasuk pneumonia, bronkitis, bronkiolitis, pneumonitis, edema paru akut, dan emboli paru. Selain itu, CPAP juga digunakan untuk menjaga patensi jalan napas pada pasien obstructive sleep apnea (OSA).
Kontraindikasi CPAP adalah pada pasien dengan penurunan kesadaran, penurunan preload jantung, gagal napas tipe II, atau adanya abnormalitas struktur wajah, saluran pernapasan, dan saluran pencernaan atas.
Teknik terapi CPAP didahului dengan edukasi yang baik guna mempersiapkan pasien dapat mengantisipasi dampak CPAP. Kemudian memastikan kelengkapan komponen peralatan CPAP yang digunakan, menentukan posisi pasien saat dilakukan terapi CPAP, melakukan prosedur lengkap pemasangan CPAP, serta melakukan follow up pada pasien yang sedang menggunakan CPAP.
Beberapa parameter yang harus diikuti pada pasien di rumah sakit yang sedang dalam perawatan menggunakan CPAP adalah status kesadaran, tanda-tanda vital, saturasi oksigen, analisis gas darah, tekanan CPAP, serta FiO2.
Terapi CPAP dapat dihentikan bila frekuensi napas pasien <25 kali/menit, saturasi oksigen >93%, FiO2 <40%, dan usaha pernapasan normal (tidak ada distress maupun pemakaian otot pernapasan tambahan).[1,3,4,9]
Direvisi oleh: dr. Bedry Qintha