Pendahuluan Tes Depresi
Tes depresi adalah alat ukur atau instrumen psikologi yang dapat digunakan dalam penapisan maupun diagnosis gangguan depresi. Contoh tes depresi yang dapat digunakan secara klinis adalah PHQ-9 (Patient Health Questionnaire-9) dan BDI (Beck Depression Inventory).
Depresi merupakan salah satu penyebab disabilitas terbanyak di dunia. Pasien dengan depresi tidak hanya mengalami sedih yang menetap, namun juga hilang minat, mudah lelah, sulit konsentrasi, perubahan pola tidur, perubahan pola makan, hingga ide bunuh diri dan gejala psikotik yang mempengaruhi kualitas hidup secara bermakna.[1,2]
Di Amerika Serikat, U.S. Preventive Services Task Force (USPSTF) dan American Academy of Family Physicians merekomendasikan skrining depresi dilakukan pada populasi dewasa umum. Selain itu, USPSTF merekomendasikan skrining anak-anak dan remaja berusia 12 hingga 18 tahun untuk gangguan depresi mayor.
PHQ-9 merupakan alat skrining yang paling banyak digunakan, serta sudah tervalidasi. Sensitivitas PHQ-9 sebanding dengan instrumen PHQ-2, tetapi memiliki spesifisitas lebih tinggi yaitu 91% sampai 94%.
Pada wanita hamil, tes depresi dilakukan setidaknya sekali selama periode perinatal menggunakan PHQ-2, PHQ-9, atau Edinburgh Postnatal Depression Scale. Pada orang dewasa yang lebih tua, tes depresi dilakukan menggunakan Geriatric Depression Scale. Jika skrining positif untuk kemungkinan depresi, diagnosis dikonfirmasi menggunakan kriteria Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi ke-5 (DSM-5).[3,4]