Indikasi Tes Depresi
Indikasi tes depresi adalah pada pasien dewasa atau anak dengan kecurigaan depresi ataupun sebagai alat skrining depresi pada populasi umum. Skrining dapat diisi sendiri atau dilakukan di pelayanan kesehatan primer dengan pendampingan tenaga medis terlatih. Pasien mungkin datang tanpa keluhan perasaan sedih, namun klinisi dapat mengenali tanda dan gejala depresi lainnya, misalnya sulit tidur, sulit konsentrasi, mudah lelah, dan pikiran bunuh diri.[3,5]
Indikasi Skrining Depresi
U.S. Preventive Services Task Force (USPSTF) dan American Academy of Family Physicians di Amerika Serikat telah merekomendasikan skrining depresi pada populasi dewasa umum dilakukan setiap kunjungan ke layanan kesehatan primer. Skrining depresi anak-anak dan remaja dianjurkan pada populasi anak berusia 12 hingga 18 tahun. Instrumen skrining yang disarankan adalah PHQ-9 (Patient Health Questionnaire-9).
Skrining depresi juga dilakukan pada wanita hamil setidaknya sekali selama periode perinatal. Instrumen yang digunakan adalah PHQ-2, PHQ-9, atau Edinburgh Postnatal Depression Scale.
Pada orang dewasa yang lebih tua, tes depresi dilakukan menggunakan Geriatric Depression Scale.
Untuk semua populasi, diagnosis perlu dikonfirmasi jika skrining positif. Konfirmasi diagnosis dilakukan menggunakan kriteria Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi ke-5 (DSM-5).[3,4]
Populasi yang Berisiko Depresi
Tes depresi perlu dipertimbangkan pada populasi yang berisiko mengalami depresi. Ini mencakup:
- Penderita penyakit kronik, seperti penyakit Parkinson, kanker, dan multiple sclerosis
- Kejadian traumatik dalam hidup, misalnya perceraian, pelecehan seksual, kematian orang terkasih
- Status pendidikan dan ekonomi yang rendah
- Tidak memiliki jaringan pendukung (support system)[3]
Pasien yang Sudah Terdiagnosis Depresi
Pada pasien yang sudah terdiagnosis depresi, tes depresi dapat bermanfaat mengidentifikasi pasien yang telah dirawat tetapi masih bergejala dan membutuhkan perawatan depresi yang lebih efektif, atau yang depresinya muncul kembali setelah remisi.[2-5]